still running ..

741 97 16
                                    

.

"never expect"

TAEYONG X JENNIE

*

.

.

"Bukan. Dia bukan pencuri pak!".

Sebuah suara menghentikan langkah polisi itu untuk menyeret Jennie.

Polisi itu dan juga Jennie menoleh memastikan siapa pemilik suara itu.

"Taeyong?" benaknya.

"Maaf, anda siapa?" .tanya polisi itu.

"Dia pacar saya pak. Dan rumah ini miliknya. Tetapi, kuncinya ada pada saya. Ini". Taeyong menunjukkan kunci rumah milik Jennie dihadapan polisi itu.

'Dia barusan nyebut gue pacar. Kegoblogan apa lagi yang dia buat?'. Benak Jennie tak percaya.

Jennie hendak membantah dengan ucapan Taeyong yang mengaku kekasihnya.

Tapi ini bukan timing yang tepat.

Taeyong meraih lengan Jennie. Menjauhkannya dari polisi itu.

"Penjelasan apalagi yang kurang Pak?". Tanya Taeyong lagi.

Polisi itu mengangguk mulai mempercayai ucapan Taeyong.

"Maafkan saya, ini salah duga. Baiklah, anda terbebaskan. Selamat pagi .." pamit polisi itu kemudian meninggalkan Taeyong dan Jennie.

--

"Kok Elo bego banget sih . Gue yakin Tante Sandara udah ngasi tau kalau kunci rumah elo ada ada sama gue?". Taeyong mulai mengomeli Jennie.

Gadis itu hanya menunduk sambil menahan sakit dilengannya.

Mata pria itu beralih pada lengan Jennie yang tampak masih mengucurkan darah.

"Ayo masuk ". Pintanya kemudian menyeret Jennie menuju rumahnya sendiri.

"Apaan sih, harusnya gue kali yang nyuruh masuk. Ini kan rumah gue." Gumam Jennie membuntut Taeyong

--

"Dimana Kotak Obatnya?", Tanya Taeyong selepas ia menyuruh Jennie duduk di sofa ruang tamu.

"Ada dibelakang, disamping kamar gue. Aduh sakit banget". Jennie tak henti-hentinya meronta kesakitan.

Perasaan canggung mulai menjalari tubuh Jennie.

Taeyong. mantan sekaligus seniornya yang dulu mempermalukan Jennie dihadapan para calon mahasiswa itu sekarang tengah berada di rumahnya. Masih ada sedikit perasaan kesal terhadap laki-laki itu, namun ketika melihat simpatinya saat ini, niat untuk memberontak dan memarahi lelaki itu ia urungkan.

Ia kembali mengingat ucapan Taeyong saat mereka masih dihadapan Polisi itu, dimana ia mengaku sebagai kekasihnya.

Taeyong keluar dari ruangan yang sudah Jennie sebutkan tadi bersama kotak obat yang ia butuhkan.

"Pantes aja gue dulu ngehukum elo. Masih aja slengean". Gumam Taeyong sembari mendudukan tubuhnya disamping Jennie. Mata gadis itu memanas.

"Apa?. Lo ngatain gue slengean. Kurang ajar emang ya Lo. ADUH SHITTTT!". Sungut Jennie diakhiri rasa nyeri yang muncul.

'sialan awas aja lo taeyong!'

"Udah deh, marah-marahnya ntaran dulu."

Pria itu menarik lengan Jennie, menyuruhnya untuk sedikit mengulurkannya.

Taeyong mengompres dibagian sayatan itu dengan air hangat.

Ia tampak hati-hati melakukannya, kemudian berhenti saat Jennie memekik kesakitan.

"Jangan banyak gerak Jen". Nasehatnya. Membuat Jennie merasa tak enak hati menerima perlakuan darinya.

Selama Taeyong sibuk dengan kegiatannya mengobati Jennie, gadis itu memperhatian secara rinci wajah pria bernama Lee Taeyong di hadapannya itu.

'Fuck. Kok pas udah jadi mantan nambah cakep banget sih!'

kemudian Jennie menggelengkan kepalanya cepat, berusaha membuang pikiran anehnya.

Tiba-tiba Taeyong mendongak, ia menaikkan sebelah alisnya.

"Apa? mau balikan?, gue tau gue nambah ganteng, tapi biasa aja ngeliatinnya." ujarnya Sombong.

"Sumpah ya lo kenapa makin nyebelin banget sih" geram Jennie dengan wajah setengah menangis.

.

Terakhir, ia membalutkan perban kelengan Jennie.

"HHhh Makasih". singkat gadis itu.

.

Untuk setelahnya Taeyong tampak ingin memulai sebuah pembicaraan.

"Jen".

"Apa?"

"Kenapa sih suka banget nyelakain diri sendiri?."

"Lah. Siapa yang gitu sih?. Gue cuma pengen masuk rumah kok." Jawabnya tanpa melihat ke arah Taeyong.

"Cuma buat ngehindari gue, elo rela tangan elo luka begitu?"

Ia menggerutu didalam hati.

'Apasih, gak introspeksi diri banget' lagi, Jennie menggeram dalam hati

"Hemm .. masalah itu?. Yauda gue minta maaf. Lagian siapa suruh sih ngelanggar aturan. Coba kalo pas waktu itu elo nggak telat berangkat, elo patuh sama peraturan yang dibikin panitia. Dan elo nggak ngebentak gue dihadapan warga kampus."

"Oh.. jadi lo balas dendam bikin malu gue di depan orang-orang." tantangnya yang kini sudah berani menatap wajah lelaki ber rahang tegas itu.

"Sekali lagi, itu cuma peraturan yang di buat panitia Ospek. Tanyain deh ke semua temen-temen lo di kampus lain. Peraturannya juga malah ada yang lebih ketat.

Kamu itu udah dewasa, belajar buat kendaliin emosi. Coba buat belajar nerima hal-hal yang sebenernya nggak kamu inginkan. Aku mau kamu bisa sedikit lebih dewasa. ." ujar Taeyong panjang lebar masih memandangi wajah Jennie.

'Apaansih kok tiba-tiba aku-kamu-an'

"Hngg.. iya iya." singkat Jennie enggan menanggapi banyak.

Taeyong itu senior Jennie di kampus. Dan juga mereka pernah pacaran pas masih SMA sampai Jennie masuk Kuliah. Alasan kenapa Jennie masuk kampus yang sama dengan Taeyong adalah karena dulu saat masih pacaran, lelaki itu memaksanya untuk masuk ke kampus dia. Salah satu kampus favorit di Kota.

Taulah kenapa ngotot nyuruh masuk ke kampus sendiri. Ya biar bisa barengan terus.

Namun ketika h-1 Jennie mengikuti kegiatan Ospek, Taeyong terpaksa meminta break kepada Jennie, hanya karena dia sedikit ingin fokus pada kegiatan Olimpiade Matematika Nasional.

Maaf, bagi Taeyong Matematika adalah segalanya, dan Jennie nomor kedua.

Dan jangan lupakan kejadian memalukan yang diterimanya ketika mengikuti kegiatan ospek. Dibentak dan dipermalukan oleh pacar sendiri didepan warga kampus.

Mendengar penjelas Taeyong, Jennie ingin sekali angkat kaki dari Kampus tersebut. Dan mulai membenci Taeyong. Namun sayangnya tidak semudah itu.

Entah apa yang membuat keduanya tampak serius memandangi satu sama lainnya.

Jennie menunduk.

"Dan.. ". Kalimat Taeyong menggantung.

"Soal ucapanku dihadapan polisi tadi. Karena aku .."

GREB ...

..

Tbc

Bhayyy ..
Makasih yang udah baca dan mau komen.
Nggak makasih buat yang nggak komen..
Hahhahakk ..

never expect | jennie ft. taeyong [au]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora