DUA

5 0 0
                                    

Hahh... rasanya melelahkan, matahari mulai bersinar dengan terik membuat udara jogja yang tadinya sejuk berubah panas, belum lagi ditambah dengan asap kendaraan yang saling beradu menjadi satu. Jogja sudah berubah menjadi kota metropolitan sekarang. Dengan kepala menegadah membiarkan hembusan angin lembut membelai wajah dan rambut gue yang dikucir tinggi. Gue duduk dikursi yang sengaja ditata berjajar disepanjang trotoar jalan, kepala gue mulai pusing melihat orang-orang yang berlalu lalang dihadapan gue. Ditambah lagi perut gue yang mulai terasa keroncongan. Handphone gue bergetar lembut, Nanda.

"Iya Nda.."

"Lo lagi dimana?" tanya Nanda.

"Lagi jalan-jalan aja di Malioboro, lagi mau nyari makan. Kenapa lagi?"

"Loe stay aja disitu, gue udah booking orang buat jadi tour guide loe. Dia sepupunya temen gue, namanya Mandala. Gue udah kasih dia nomer loe, bentar lagi pasti dia bakal telepon loe"

"Apaan lagi sih Nda..."

"Apanya yang apaan, ini demi keamanan dan keselamatan loe selama disana"

"Gue cuma pengen sendirian Nda" jelas gue.

"Sendirian? Emang loe mau ngapain sedirian jauh-jauh ke jogja?"

"Gue cuma mau nenangin diri aja, gue nggak bakal ngelakuin hal gila lagi" ucap gue.

Sejenak Nanda terdiam "Bukan gitu maksud gue," nada suaranya melembut "Gue cuma pengen loe bener-bener ngerasa have fun sama liburan loe, gue tahu loe nggak ada tempat tujuan pasti kan disana. Oke.. nanti malem gue telepon lagi, ceritain ke gue tentang Mandala gue liat dari fotonya sih ganteng" jelas Nanda nyengir.

"Dasar loe, bye"

Dan bener nggak lama setelah telepon Nanda terputus sebuah panggilan dengan nomer yang nggak gue kenal masuk. Mandala. Untungnya nggak susah buat ngejelasin lokasi gue ke Mandala. Nggak sampai 10 menit gue nunggu sebuah motor klasik gaya brath style berhenti didepan gue. Jadi ini yang namanya Mandala, untuk sejenak gue cukup terkejut dengan penampilan dia. Dari suaranya yang dalam dan lembut gue kira Mandala adalah cowok dengan tubuh berisi, rambut rapi dengan gaya berpakaian yang rapi juga. Tapi yang ada dihadapan gue sekarang adalah cowok tinggi dengan kaos polos hitam dibalut dengan kemeja biru bermotif kotak-kotak dengan lengan yang digulung.

"Pamella?" tanyanya dengan senyum tipis yang tersungging, suaranya terdengar berat sekarang. Gue cuma mengangguk lemah sambil menatap kaku.

Dia mengulurkan tangan "Mandala" ucapnya.

Gue menyambutnya dengan masih menatap seperti orang bodoh, seperti yang Nanda bilang, Mandala adalah cowok yang cukup mampu untuk membuat padangan cewek-cewek teralih padanya.

"Mau kemana kita sekarang?" tanyanya.

"Emm... untuk sekarang kayaknya kita makan aja dulu" ajak gue.

Dengan motor klasiknya, kami menyusuri jalanan kota jogja. Melewati beberapa gang sempit akhirnya kami berhenti disebuah rumah makan yang lebih terlihat seperti tempat tinggal. Dengan bangunan joglo khas jawa Mandala mengajak gue duduk disalah satu meja kosong. Seorang pelayan berpakaian batik langsung menghampiri kami.

"Kayak biasa" ucap Mandala yang sepertinya sudah sangat dipahami oleh pelayan itu, pandangannya kemudian beralih ke gue.

"Nggak lengkap ke jogja kalau belum makan nasi gudeg. Gudeg disini yang paling enak, menurutku sih" jelasnya sambil melipat kedua tangan diatas meja. Gue cuma nanggepin dengan anggukan kecil, dengan tatapan menyapu kesekeliling rumah makan yang cukup ramai.

Nggak sampai 5 menit pesenan kami sampai, satu set nasi gudeg lengkap dengan semua lauknya tumpah ruah diatas piring yang terbuat dari tanah liat yang dialasi dengan daun pisang.

Tiba-tiba dia menyunggingkan senyum kecil, "Kok diem aja sih, ngobrol dong. Cerita apa kek" ucapnya.

Bener, gue baru sadar kalau sejak 30 menit yang lalu pertemuan kami gue nggak ngobrol apa-apa sama dia.

"Sorry, gue maksudnya aku nggak maksud nyuekin kamu. Cuma masih canggung aja, nggak tahu mau ngobrolin apa" jelas gue jujur.

"It's oke, wajar kok. Namanya juga baru pertama kali ketemu. Mau kemana kita setelah ini?" tanyanya disela makan kami.

"Gue ehh.. aku sebenernya nggak ada tujuan kemana-mana, cuma pengen jalan-jalan sendirian"

Mandala tertawa "Udah.. pake gue-elu juga nggak papa, senyaman loe aja. Gue juga pindahan dari Jakarta kok, udah setahun ini gue pindah ke jogja. Jadi mau kemana kita sekarang?" tanya Mandala.

Gue cuma mengangkat bahu "Terserah loe aja" balas gue.

Mandala nampak sedang berfikir "Kayaknya yang pertama harus kita lakuin adalah mencairkan suasana kita dulu, bikin loe nyaman sama gue maka liburan loe juga bakal terasa asik. Kalau loe aja masih nggak nyaman sama tour guide loe ya liburan loe bakalan garing. Mumpung udah sore gimana kalau kita nogkrong aja dikali code?" usul Mandala.

Seketika dahi gue mengkerut "Nongkrong dikali?"

Mandala tertawa melihat ekpresi kaget gue "Maksud gue didaerah kali code ada taman yang biasa dipakai buat nongkrong-nongkrong anak muda disini. Kita bisa cerita sambil minum kopi" jelasnya.

ᴥᴥᴥ

Untuk beberapa saat kami tenggelam dalam keheningan. Berjalan menyusuri jalan setapak, senja mulai menjelang suasana berubah menjadi lebih berwarna kini. Rumah-rumah warga yang dicat berwarna-warni seperti menyala dikeremangan senja. Ditambah dengan lampu-lampu hias yang digantung menghiasi sepanjang jalan yang kami lewati. Sisi kota jogja yang ngga pernah gue tahu kalau ada tempat seperti ini. Kami duduk diatas bantaran kali code, dengan beralaskan tikar dan bertemankan secangkir kopi dan kacang rebus kami menikmati senja dari atas tebing kali. Gue sibuk dengan bidikan kamera, sedangkan Mandala hanya menatap dalam diam, seakan dia sedang memberikan kesempatan ke gue yang sedang asik dengan kamera.

"Mau gue fotoin?" tanyanya.

"Boleh" ucap gue sambil mengulurkan kamera.

Beberapa kali dia membidikkan jepretan kameranya kearah gue.

"Jadi di Jakarta loe sibuk apa" tanyanya.

"Bikin komik"

"Komik apaan?"

"Komik tentang percintaan"

"Oh ya.. judulnya apa?"

"Popcorn"

"Kata loe ceritanya tentang percintaan, kok judulnya makanan"

"Popcorn maksudnya, kisah cinta anak muda yang meletub-letub layaknya saat kita sedang masak popcorn, kadang terasa manis, kadang terasa asin, tapi kadang ada juga yang rasanya hambar" jelas gue

"Filosofi yang bagus" kata Mandala sambil mengangguk kecil.

"Buka aja di webtoon kalau loe mau baca"

"Emang nggak dibukuin?"

"Masih proses, masih nunggu penerbit yang mau garap komik gue. Komikus indo jarang dilirik dinegeri sendiri, orang justru lebih bangga dengan hasil karya orang luar negeri, sedangkan orang asing justru apresiasi banget hasil karya gue makanya gue kirim karya gue keluar. Di korea karya seni lebih diakui, mereka lebih open minded dan komik disana lebih ngejual dari pada di indo" jelas gue panjang.

ᴥᴥᴥ

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 11, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

REMEMBER MINEWhere stories live. Discover now