E

927 108 16
                                    

Present.

Jadi seperti yang ku katakan
setiap keputusan yang kau ambil mengarah ke pilihan lain dan beberapa pilihan bisa mengubah segalanya. setiap momen dalam hidupmu bergantung padanya.
dan aku punya sebuah pilihan untuk ku tentukan.

..

"aku tak ingin kau kesini lagi, lekas sembuh Mr. Park"

Suara Jaehyun terdengar dari lobi, dia berdiri dihadapan Taeyong masih tampan dengan menggunakan jas putihnya dan tampak terlihat lebih mapan.

"apa itu untuk seseorang yang istimewa?"

"seseorang yang layak untuk mendapat bintang dan rembulan"

"bagaimana anak-anakmu?"

"Hyoje sudah bisa membaca" kedua lelaki itu berjabat tangan.

"aku disini untuk berbicara dengannya.."

"silahkan"

"jangan terlalu keras pada dirimu Taeyong" Jaehyun meninggalkan Taeyong yang masih berdiri dengan sebuket lili ditangannya.

...

"hai sayang, aku bawa bunga lili kesukaanmu" Taeyong membuka tirai putih di ruangan itu agar cahaya matahari dapat masuk.

"aku punya keputusan yang ku buat. selama ini aku telah menundanya, dan menundanya. ini lebih sulit dari yang orang lain bisa bayangkan" Taeyong memandang Ten "dan semua orang punya pendapat tentang hal itu. tapi karena kau adalah satu satunya pendapat yang aku pedulikan, aku hanya ingin menyerahkan semuanya kepadamu" Taeyong memegang tangan Ten yang tak kunjung bergerak dan mengecupnya.

Ruangan serba putih itu menyesakkan. seberapa seringpun ia berada disana, bahkan dirinya juga seseorang berjas putih dengan tuntutan terbiasa dengan ruangan itupun masih tercekat saat orang terkasihnya lah yang harus ia temui. dengan segala peralatan penunjang kehidupannya Ten terlihat jauh lebih kurus dari terakhir Taeyong ingat. kulit putihnya memucat, bibirnya sedikit kering dan pipinya tak merona seperti sedia kala.

"apa yang harus aku lakukan sayang?" Taeyong kembali mengecup jemari Ten.

"apa yang harus aku lakukan dengan truck pick up ku? apa aku harus membeli mobil keluaran baru? dan berkendara dengan cepat agar aku selalu bisa menyusulmu? atau aku harus perbaiki saja?"

Taeyong menatap Ten menunggu jawaban darinya.

"perbaiki saja. baiklah bagus. itu juga yang aku inginkan"

Ten masih terpejam, Taeyong tersenyum sebelum senyum manis itu berubah menjadi senyum miris.

"apa yang terjadi padamu ? kembalilah padaku sayang. kita kehabisan waktu" Taeyong meletakkan tangan Ten ke pipinya membiarkan air mata itu mengalir melewati tangan dinginnya.

"kembalilah, dan ganggulah aku"

Nafas teratur itu cukup meyakinkan Taeyong bahwa Ten akan baik-baik saja.

...

"Taeyong aku hanya ingin kau tahu bahwa waktunya sembilan puluh hari lagi"

"darimana kau tahu angka itu?"

"jurnal medis dan studi kasus" Jaehyun menjelaskan lebih rinci.

"itu hanya kata-kata diatas kertas, hanya statistik"

"ini hasil ilmiah dr. Lee"

"setelah 90 hari presentase pasien trauma yang sadar menurun hingga kurang dari satu persen itu adalah faktanya, aku minta maaf Taeyong"

The Choice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang