1.Hujan dibulan Juni

1K 85 5
                                    

June, 18th 20XX
Niat kita menciptakan realita kita.

Hujan mengguyur kota Seoul. Tidak biasanya hujan mengguyur dibulan Juni. Bahkan angin juga ikut bersemilir kencang. Sampai saat ini, tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti.

Namja itu sibuk memainkan handphonenya. Tidak ada yang salah. Karena jam sekolah telah berakhir lima belas menit yang lalu. Hanya saja ia tidak ingin mengalihkan pandangannya dari handphonenya.

Beberapa yeoja menyapanya dan hanya dibalas dengan anggukan. Sudah biasa.  Mereka semua sudah terbiasanya dengan sikap acuh dari namja itu.

Namanya Jimin.

Namja tampan yang menjabat sebagai keta tim basket 3 tahun berturut-turut. Ya, kalian benar. Ini adalah tahun terakhirnya. Artinya tahun ini, ia akan bertaruh harga diri dengan semua warga Korea Selatan. Bertaruh pendidikan, Bertaruh waktu, dan mungkin Bertaruh kepedulian.  Hal ini sudah biasa terjadi dan Jimin membenci ini dan ditambah lagi....

"Jimin Oppa? Kau lama menungguku?"

Yeoja itu, Jeon Jungkook. Hoobae Jimin yang masih berada dikelas satu dan yeojachingu-nya sejak tahun lalu. Kalian bertanya bagaimana cinta mereka bersemi? Jawabannya tidak akan dimengerti sebelum cerita ini berakhir.

"Tidak sama sekali, kau mau pulang sekarang?

Jungkook mengangguk dengan antusias. Ia tidak peduli dengan hujan yang masih setia mengguyur Seoul itu. Ia hanya ingin pulang bersama Jimin. Itu saja.

"Silakan pulang sendiri! Aku masih ingin menunggu Taehyung!"

Jimin bergegas berjalan menyusuri koridor meninggalkan Jungkook yang mempoutkan bibirnya. Tidak apa. Jungkook sudah biasa akan hal ini. Asalkan Jimin bahagia, Jungkook tidak apa.

...Boederschap...

Berlainan dengan Jimin, Namja bernama Taehyung itu justru banyak menghabiskan tawa bersama teman-temannya dikantin. Menikmati hari-harinya dengan tawa.

"Lho? Jimin? Dimana Jungkook?" tanya Taehyung ketika melihat Jimin menghampirinya.

"Dia ingin pulang"

"Kau tidak mengantarnya?"

"Malas. Aku ingin makan ramyeon dikantin. Bisakah kau memesannya untukku?"

Taehyung mengerutkan dahinya. Tidak biasanya Jimin mengingkan makanan jenis mie. Tapi, kenapa tiba-tiba menginginkan ramyeon.

Tanpa basa-basi Taehyung pergi memesan dua mangkuk ramyeon. untuk dirinya dan untuk Jimin. Ia meletakkan semangkuk ramyeon didepan Jimin. Ia sempat melirik dan menyadari bahwa teman-temannya menghilang karena canggung.

Jimin hanya menatapnya tanpa berniat menyentuh mangkuk berisi ramyeon itu.

"Kau ada masalah Jim?"

Jimin menggeleng, "Tae, menurutmu kebahagian itu apa?"

"Senyumanmu, Appa, dan Eomma sudah cukup"

"Kau yakin?"

"Ada apa? Kau salah minum obat?"

Jimin menggeleng, "Bagaimana seandainya aku menghilang dari hidupmu?"

"Kau mabuk? Yak! ada apa denganmu bodoh?

Jimin tidak menjawab. Ia sibuk menikmati aroma tanah basah yang dihasilkan dar hujan. Ia sibuk mendengarkan rintikan hujan yang masih tak kunjung mereda. Ia masih menikmati waktu berdua mereka. Tidak! Jimin tidak sedang jatuh cinta pada Taehyung dan itu tidak mungkin.

Broederschap [COMPLETED]Where stories live. Discover now