08: Knowing Kaka

33.5K 3.5K 119
                                    

On Media: Amanda Manopo as Kinandia Riris Tanaya


Sayangnya gue nggak pernah sampai kepikiran kalau kenyataannya bakal seperti ini.

"Kaka udah tiga hari ini nggak masuk kuliah. Alpa. Nggak ada kabar apapun dari dia atau orang tuanya."

Tadi begitu gue nginjakkin kaki di depan Fakultas Sastra dan nanyain dua anak cewek yang gue ketahui sebagai temen sejurusan Kaka, gue malah ngedapetin jawaban itu.

"Kira-kira, kenapa dia nggak masuk, ya?" tanya gue penasaran. "Apa mungkin dia sakit sampe-sampe nggak masuk tiga harian ini?"

Mendengar apa yang gue katakan, cewek-cewek kuncir kuda dan kepang dua dengan gaya berpakaian yang begitu old fashioned itu justru menggelengkan kepala.

"Kayaknya nggak deh, Kak," ujar si cewek kuncir kuda. "Biasanya kalau dia sakit, ayahnya pasti nelpon ke kampus. Tapi tiga harian ini, nggak ada kabar apapun dari ayah ataupun ibunya."

Atas apa yang dikatakan oleh cewek itu, gue cuma bisa mendesah pelan seraya garuk-garuk kepala yang padahal sama sekali nggak gatel. Apa si Kaka ini beneran segitu down-nya sampai-sampai dia yang biasanya terkenal rajin itu sampai nggak masuk kuliah tiga hari ini?

"Emangnya, ada apa, Kak?" Karena gue terlarut dalam lamunan yang tiba-tiba muncul, dua cewek yang masih menatap gue dengan pandangan penuh tanda tanya itu kembali bertanya. "Apa sesuatu terjadi sama si Kaka, sampai-sampai Kakak segitu khawatirnya terhadap cowok itu? Biasanya, nggak ada yang peduliin dia sebab di mata orang-orang dia adalah sosok yang hanya pantas untuk di-bully, bukan dikhawatirkan."

Gue juga nggak tahu, neng! Gue menyimpan cerocosan itu di dalam hati. Itulah alasan kenapa sekarang gue berdiri di sini, nanya ke kalian ke mana perginya Kaka.

"Kalau Kakak memang perlu ketemu sama Kaka, kenapa nggak samperin ke rumahnya saja?" Salah satu dari mereka, si kepang dua yang sejak tadi cuma diam memeluk kamus Oxford yang tebelnya naudzubillah akhirnya turut menimpali. "Kalau Kakak mau, aku bisa kasih tahu alamatnya."

Mendengar itu, ada sedikit kelegaan yang di dada gue. Tanpa membuang waktu, maka gue langsung menganggukkan kepala.

"Tapi ada syaratnya." Justru setelah kelegaan muncul di dalam dada, itu cewek malah menghempaskannya dalam sesaat.

"Syarat?" tanya gue lugas. "Syarat apa?"

Untuk sesaat, dua cewek itu nampak saling berbisik satu sama lain. Satu di antaranya nampak nggak yakin sama apa yang mau mereka minta sementara satu lainnya justru seolah mengompori.

"Kita bakal kasih tahu alamat rumahnya Kaka kalau kami boleh minta...," si cewek kepang dua mulai ragu-ragu. "Minta...."

"Minta apa?"

"Minta foto bareng Kak Glenn!"

Elaaaah!! Gue kirain apaan!

"Yaudah, sini handphone lo, kita selfie bareng-bareng aja!"

Maka selanjutnya, si cewek kepang dua tadi lantas memberikan ponselnya ke gue. Setelah berhasil memencek ikon kamera, maka dengan segera gue arahkan kamera depan ponsel tersebut sebelum kemudian menekan tombol shutter. Cekrekk! Tiga buah foto terekam di dalam memori ponsel tersebut dan ngebuat dua cewek tadi bersorak penuh kegirangan.

"Kyaa! Makasih ya Kak Glenn! Makasih udah mau foto sama kita-kita!" pekik mereka seolah-olah baru aja ngedapetin foto selfie bareng artis yang begitu mereka idolakan.

"Kalau gitu boleh gue minta alamatnya Kaka sekarang? Secara gue udah ngelakuin syarat yang kalian kasih," lanjut gue malas seraya menyodorkan tangan untuk meminta apa yang mereka janjikan.

[MPREG#2] TARUHAN!Where stories live. Discover now