¤| 3 |¤

7.4K 678 136
                                    

Lima menit kemudian Taeyong sudah berdiri di depan wastafel marmer dengan keran mengkilap yang mewah. Air menetes dari wajah yang baru dibasuhnya berkali-kali.

Taeyong tidak benar-benar sakit. tidak benar-benar tidak enak badan, hanya perutnya terasa bergolak aneh setelah mengetahui fakta itu. Siapa yang tidak akan terkejut saat mengetahui jika- pria yang making out denganmu dan orang yang baru saja memberikan blowjob padamu adalah bos laki-laki dari kekasihmu sendiri?

Untungnya tadi dia sempat melihat tanda kamar mandi di seberang lorong -jadi tidak terlalu menarik perhatian karyawan lain saat berlari pergi dari ruangan Jaehyun untuk menyelamatkan rasa malunya.

Ada apa denganku?

Pintu terbuka dan Taeyong seketika tegang -begitu melihat dari cermin jika orang yang sedang coba dia hindari -Jaehyun- tengah menutup pintu itu di belakangnya. Menguncinya.

"Hey," kata pria itu, agak ragu-ragu.

Taeyong tidak merasa bisa membalas, jadi hanya terus menatapnya.

"Dengar, aku tidak bermaksud apapun. Aku kesini hanya untuk memastikan apa kau baik-baik saja. Kekasihmu, Bona, bilang padaku dia akan menunggu di restoran dekat sini dan memintamu langsung menyusulnya jika sudah merasa baikan."

Sekali lagi, tidak ada tanggapan berarti dari Taeyong -yang kini mencengkeram erat tepi wastafel seakan membutuhkan pegangan.

"Tapi aku sudah memberitahunya lewat pesan barusan."

Jeda sebentar.

"Aku bilang jika kau benar-benar sakit dan Lucas akan mengantarmu pulang -yang mana hanya kebohonganku karena aku ingin meminta waktumu sebentar. Untuk bicara," tambahnya saat melihat kepala Taeyong berbalik.

"Berbicara tentang apa?"

Pertanyaannya keluar begitu saja dari mulut Taeyong tanpa sempat berpikir.

"Maaf. Harusnya semuanya tidak seperti ini," kata Jaehyun akhirnya. Raut wajahnya terlihat sangat menyesal.

Taeyong –yang masih memunggunginya- benar-benar berbalik sekarang untuk menghadap Jaehyun. Gejolak dalam perutnya terasa semakin buruk saat pria itu mendekatinya.

"A-apa maksudmu?"

Jaehyun mendesah berat dan dengan sengaja mengusap rambut berwarna cokelatnya ke belakang -membuat itu kusut dengan cara yang terlampau seksi. Buku-buku jari Taeyong memutih karena memegang wastafel terlalu erat.

"Aku sudah tahu siapa dirimu saat kita bertemu minggu lalu di acara Gala," jujurnya.

Taeyong hanya terus menatapnya -kini dengan mulut sedikit terbuka.

"Aku mengenalimu dari foto yang ada di meja kerja Bona."

Taeyong mencoba memproses informasi itu. Dia tahu foto yang Jaehyun maksud. Fotonya dan Bona. Berlatarkan pantai yang diambil saat liburan bersama terakhir mereka -dua tahun lalu.

Jaehyun memandang Taeyong hati-hati.

"Sebenarnya, Taeyong, aku yang memaksa Bona mengundangmu datang. Aku ingin berbicara secara pribadi denganmu tapi apa yang terjadi berikutnya- sama sekali di luar rencana karena aku tidak bisa menahan diri. Maaf-"

"Kau sudah merencanakannya?" Mata Taeyong menyipit dipenuhi kebingungan yang luar biasa. "Apa yang ingin seorang sajangnim sebuah perusahaan asuransi bicarakan denganku? Kita tidak saling kenal dan tidak punya urusan apapun."

"Ceritanya panjang. Kamar mandi bukanlah tempat yang tepat untuk membicarakannya. Sebenarnya aku ingin membahas ini saat membawamu ke kantorku tadi tapi aku malah- well, intinya, aku butuh bantuanmu, Taeyong-"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 26, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Unnatural Thirst [on hold]Where stories live. Discover now