dua

8 1 0
                                    

2006

[Dhihan]

If I lay here
If I just lay here
Would you lie with me and just forget the world?

"Deng,"

"Hm?"

I don't quite know
How to say
How I feel
Those three words
Are said too much
They're not enough.

"Luke!" Sahutku, mengulang namanya di lisan, lantaran ia mendiamkanku. "Apaan?"

Ia mengedikkan bahunya. Kedua matanya masih menatap bintang yang malam ini cukup banyak bertebaran di langit. Cahaya matanya bertemu dengan cahaya bintang, dan aku suka melihatnya.

"Kalo nanti suatu saat kita suka sama orang, gimana?" Tanya luke, kali ini menatapku. Angin malam yang berembus santai, mengacak rambut pirangnya.

"Itu bahasan orang gede," gelengku. "Mana aku tau?"

"Kan kita udah mau SMP." Jawabnya. "Harus suka sukaan, dong. Kakak kelas aja begitu semua."

"Kalo kita udah gede, lu bakal suka sama siapa?" Tanyanya lagi, kali ini tanpa menatapku. Rumput lapangan yang mulai panjang, jujur sedikit membuat kulitku gatal.

"Ngga tau."

"Kok ngga tau?"

"Ya, ngga tau, lah." Gelengku. "Lu sendiri?"

Ia menatapku.
"Sama katy perry." Jawabnya mantap.

"Oh." Anggukku. "Kalo gitu, gue sama spiderman aja."

Ia balas mengangguk.
"Boleh juga."

"Deng,"

"Hm?" Aku meninggikan suara.

"Rasanya suka sama orang tuh gimana, ya?"

Aku terdiam, membayangkan bagaimana kira kira rasanya. Kata Dhana, dari buku yang sering dia baca, pokoknya suka sama orang itu indah.

"Katanya sih enak, luke." Jawabku. "Dhana pernah bilang sama gue, katanya kalo kita suka sama orang, kita bakal seneng kalo deket dia. Kita bakal sedih kalo jauh dari dia."

"Mmm..." angguknya, menatapku sedikit lebih lama dari biasanya.

"Kalo lu suka sama orang lain, lu bakal nyuekin gue ngga, deng?" Tanya luke, kembali fokus menatap bintang bintang.

"Ngga, lah." Gelengku. "Kita kan sahabat."

"Mm hmm."

"Lu sendiri kalo udah suka sama orang lain, bakal tetep main sama kita, ngga?" Aku balik bertanya.

"Bakal, dong."

"Gue maunya suka sama orang yang tau gue." Ujarnya, berganti posisi menjadi duduk.

"Maksudnya?" Tanyaku, yang entah kenapa ikut berganti posisi.

"Gitu, deh. Masa lu ngga ngerti?"

Aku menggeleng.
"Ngga, lah."

"Ya, maksudnya, nanti gue maunya suka sama orang yang kenal baik sama gue." Ujarnya.

"Gua tuh ngga ngerti deng, sama orang orang." Sambungnya lagi. "Mereka bisa suka sama orang lain, yang jelas jelas mereka ngga kenal baik. Itu gimana coba ceritanya?"

"Ya... Mungkin mereka ganteng kali, makanya suka?" Jawabku seadanya.

"Bisa jadi." Angguknya. "Tapi ya, gua ngga mau ah kayak gitu."

"Kenapa?" Tanyaku. "Mereka kan bukan orang jahat, ngga bakal ngapa ngapain lu."

"Kedepannya mana ada yang tau?"

Aku menatapnya.
"Siapa tau nanti pas gede, lu malah suka sama orang di luar negeri. Atau sama orang di luar planet. Kan, bisa aja."

"Ngga bisa." Gelengnya.

"Alesannya?"

Dia gantian menatapku.
"Ibu sama bapak gua, dulu ngga kayak kita."

"Dulu mereka orang jauh. Jauh banget."

"Bapak tiba tiba ketemu ibu, terus katanya suka."

"Terus nikah."

Aku masih menatapnya, mendengarkan tiap kata yang diucapkannya.

"Terus akhirnya apa?"

"Pisah?" Tanyaku balik, yang langsung dianggukinya.

"Beda kan, sama orangtua lu?" Gantian, ia bertanya. "Dulu mereka sendiri yang cerita sama kita waktu kita kebagian nginep di tempat lu, kalo mereka dulu temenan dari bayi. Sampe sekarang, buktinya mereka ngga pisah, kan?"

Aku mengangguk -lagi-.

"Thats why i don't wanna be with someone that..." lirihnya. "Yang ngga kenal sama gue."

"Mm hmm." Aku menimang perkataannya. Ada benarnya juga. "Gue juga."

"Promise me something," Luke bergerak mendekat padaku. "Kalo kita bakal tetep temenan, meskipun kita suka sama orang lain. Dan ngga boleh dilanggar."

Ia mengacungkan jari kelingkingnya.
"Gue janji."

Aku menautkan jari kelingkingku padanya.
"Oke, gue juga janji."

"Gitu, dong." Senyumnya, meninju pundakku main main. "Kita harus janji juga sama cal, besok."

"Harus." Anggukku.

Kami terdiam, mendengarkan suara angin dan lagu chasing cars, dari kaset kompilasi jadul milik mama yang kubawa ke lapangan. Dia pasti lagi bingung nyariin sekarang.

All that I am
All that I ever was
Is here in your perfect eyes, they're all I can see.

Luke menatapku diam diam, meski aku menyadarinya. Hobinya setelah ngutang di warung, belakangan ternyata ganti jadi rajin nyariin aibku.

Iya, lah. Orang lagi diam diliatin, pasti isinya aib semua.

Ah, biarin.

Nanti kalo dia tidur juga balik kuliatin, gantian kucari aibnya.

Sore • LashtonWhere stories live. Discover now