14. bye dit

9K 1.4K 334
                                    

Dino POV

Aku membuka pintu kamar hotel tempat di mana Dita menginap dengan tangan penuh membawa tas belanjaan.

Dita menoleh ke arahku begitu aku menutup pintu di belakangku, wajahnya kulihat masih muram.

Dirinya berdiri memakai bathrobe di depan kaca jendela yang menampakkan pemandangan pusat pembelanjaan di samping hotel ini.

Aku berjalan menghampirinya sambil tersenyum.

"Gimana? Udah enakan?" Tanyaku.

Dita tersenyum tipis.

"Udah sarapan belum?" Tanyaku lagi.

Dita menggeleng lalu dirinya melangkah ke arah ranjang dan duduk di tepian.

"Muka kamu pucat Dit, kamu gak kenapa-napa?" Tanyaku, ketika melihat wajahnya yang seperti tidak di aliri darah.

Dirinya kembali tersenyum tipis lalu merangkak lebih ke tengah dan berbaring menyamping.

Aku meletakkan tas-tas belanjaan di samping lemari lalu berjalan menghampiri dirinya.

Telapak tanganku memeriksa keningnya, aku berjengit kaget karena suhu tubuhnya panas.

"Dit, kamu sakit" Kataku panik, tanganku memeriksa relung lehernya.

Dita menggeleng.

"Kita ke rumah sakit ya" Kataku lagi lalu duduk menghadap dirinya.

"Gak" Sahutnya pelan dengan suara serak.

Aku menoleh ke arah meja rias dan berjalan mengambil air mineral kemasan botol lalu membuka tutupnya dan kembali menghampiri Dita.

"Duduk Dit, banyakin minum kalo kamu gak mau ke rumah sakit" Aku meletakkan botol di atas nakas dan membantu dirinya untuk duduk.

Dita bersender di kepala ranjang dengan lemas sambil tangannya membetulkan posisi kerah bathrobenya.

Dirinya meraih botol yang aku sodorkan lalu meminumnya sampai setengah.

Punggung tangannya menyeka mulut lalu dirinya kembali berbaring, matanya perlahan memejam.

"Dit" Panggilku pelan.

Matanya kembali terbuka dan menatapku sayu.

"Jangan-jangan semalam sampe sekarang kamu belum makan ya? Aku pesanin bubur ya Dit" Kataku.

Dirinya menggeleng.

Tanganku kembali memeriksa keningnya.

Dirinya sudah pasti demam, karena perutnya tidak terisi dari semalam.

"Kalo gak mau makan kita ke rumah sakit ya" Bujukku lagi.

Dirinya menggeleng lagi, kulihat air mata mengalir dari sudut matanya.

Aku menyisir rambutku bingung.

"Ditaaaa" Panggilku pelan.

Aku menarik tubuhnya mendekat, tanganku memeluk dirinya erat.

Runyam nih masalah, orang tuanya keras, anaknya apalagi.

Aku tidak habis pikir sepanjang perjalanan menuju mall dan hotel ini, pikiranku penuh dengan pengulangan percakapanku dengan ibu Ida.

Apa sih yang sudah pernah dilakukan Dita, sampai-sampai orang tuanya bersikeras mencap dirinya bikin malu keluarga.

Masalah yang seharusnya bisa diselesaikan mudah tapi malah jadi begini.

Penjelasanku pun tidak di dengar.

Aku menumpukan daguku di atas puncak kepalanya. Tanganku mengusap-usap punggungnya dengan lembut.

KisahkuWhere stories live. Discover now