Resensi Novel Hujan

65K 260 21
                                    

Judul    : Hujan
Penulis : Darwis Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan   : ke-26, Juli 2017
Tebal    : 320 halaman
Dimensi : 13.5 cm x 20 cm
Harga      : Rp 57.800

SINOPSIS NOVEL

Novel ini bercerita tentang seorang gadis yang menyukai hujan. Semua kenangan yang dia miliki sebagian besar terjadi saat hujan turun. Kenangan manis, pahit, menyenangkan, buruk, semua terjadi ketika hujan turun. Hingga pada suatu saat dia ingin melupakan tentang hujan.

Berawal dari sebuah remaja memakai seragam sekolah yang digandeng ibunya menuju stasiun bawah tanah. Waktu menunjukkan bahwa mereka terlambat. Sang Ibu terlihat tergesa-gesa karena mereka bukan hanya terlambat untuk masuk sekolah di hari pertama masuk sekolah, melainkan sang ibu juga harus ke kantor. Gadis remaja itu bernama Lail, waktu itu umurnya 13 tahun. Lail hidup di tahun dimana teknologi berkembang sudah sangat cepat dan maju, terlihat dari sang ibu ketika membeli coklat panas dari mesin minuman hanya menggunakan sebuah gelang kecil yang juga berfungsi sebagai alat komunikasi ketika ia menghubungi suaminya ayah Lail. Jam itu dapat menampilkan layar hologram sehingga sang penelepon dapat bertatap muka secara tidak langsung dengan yang ditelpon. Tepatnya gadis itu hidup di tahun 2050-an, dimana jumlah penduduk berkembang sangat cepat sehingga di beberapa negara mengalami krisis pangan. Pagi itu bayi ke 10 miliar telah lahir, dan disiarkan di acara berita.

Saat Lail dan ibunya dalam perjalanan di kereta bawah tanah, terdengar suara bergemuruh dan beberapa detik kemudian diikuti dengan gempa bumi yang luar biasa. Ternyata ada gunung berapi purba yang meletus dengan kekuatan yang bahkan lebih mengerikan dibanding letusan gunung kratakatu ribuan tahun lalu. Gunung berapi yang meletus tersebut mengakibatkan gempa 10 skala richter yang menghancurkan dua benua. Bencana yang luar biasa tersebut tidak hanya memakan korban yang sangat banyak, akan tetapi juga membawa bencana yang berkepanjangan akibat abu vulkanik yang disemburkan ke atmosfer. Iklim berubah di seluruh dunia, suhu turun dan terjadi kelangkaan bahan pangan. Dalam kejadian inilah Lail kehilangan ayah dan ibunya. Ibunya tertimbun di dalam tanah bersama penumpang lainnya. Tapi, dalam kejadian ini pula Lail bertemu dengan seorang anak laki-laki yang akan menjadi orang yang penting dalam hidupnya. Anak laki-laki itu bernama Esok, anak laki-laki cerdas yang menyelamatkan Lail dari lubang tangga darurat kereta bawah tanah. Saat itu Esok masih usia 15 tahun, dan hujanpun turun di kala itu.

Sejak bencana luar biasa tersebut Lail dan Esok menjadi teman baik. Esok juga kehilangan anggota keluarga yakni keempat saudara laki-lakinya, ibunya selamat namun kakinya harus di amputasi. Hari-hari pasca bencana mereka habiskan bersama di tempat pengungsian berupa stadion. Esok sangat peduli kepada Lail, dia menjaga Lail selama di pengungsian. Suatu hari Lail teringat dengan ibunya lalu melarikan diri dari pengungsian untuk pergi ke bekas lubang tangga darurat kereta bawah tanah tempat ibunya tertimbun. Padahal keadaan saat itu sangat berbahaya karena debu abu vulkanik semakin tebal, jarak pandang yang terbatas, dan hujan asam akan segera turun. Dengan meminjam sepeda berwarna merah milik petugas Esok mencoba mencari Lail sebelum hujan asam turun dan membunuhnya. Inilah kali kedua Esok menyelamatkan hidup Lail.

Semakin hari keadaan lingkungan semakin membaik. Teknologi waktu itu sudah sangat maju, sehingga pemulihan pasca bencana juga semakin cepat. Tempat pengungsian di stadion resmi ditutup karena keadaan sudah mulai normal. Orang-orang yang tidak memiliki keluarga di pindah ke panti sosial, sedangkan yang lain ada yang di pindah ke rumah-rumah susun yang di bangun pemerintah. Lail di pindah ke panti sosial, namun beda dengan Esok. Esok diangkat menjadi anak oleh salah satu orang kaya di kota mereka. Mereka terpisah dan tak tahu kapan akan bertemu lagi. Esok sekolah di SMA sedangkan Lail di SMP, sebagai rasa terimakasih pada rang tua angkat Esok belajar dengan keras. Di panti sosial Lail bertemu teman baru bernama Maryam. Dialah yang menemani hari-hari Lail tanpa kehadiran Esok.

resensi novelWhere stories live. Discover now