Chap 4

98.4K 6K 63
                                    

Chenna Vernindhita's POV

Selama satu minggu ini aku di sibukkan dengan ketiga makhluk kecil yang sangat membuat kepalaku nyaris pecah, terlebih dengan sikap kerasnya Maira Syaiq yang selalu membuatku mengelus dada setiap kali menghadapinya

Ini hari ke 6 mereka bersamaku. Hanya bersamaku tanpa ada sosok ayahnya, bisa saja aku menuangkan racun kedalam makanan yang ku masak jika ku mau. Tapi aku tak melakukan semua itu karena apa? Karena aku terlanjur menyayangi mereka.

Ya, aku menyayangi ketiga anak nakal itu.. Yang selalu membuatku menangis dan naik pitam karena tingkah laku kedua anak majikanku yang tertampan Maira Syaiq dan Fedro Syaiq. Kenapa hanya mereka berdua yang selalu membuatku menangis? Karena mereka yang tak menyukaiku

Berbeda dengan Syesa Syaiq gadis kecil menggemaskanku yang selalu membuatku tertawa dan menangis bahagia secara bersamaan, seperti pagi inilah pastinya

"Onty.... Onty Cena dimana?" panggilnya, saat ku sedang berkutat dengan pakaian kotor di belakang

Aku menjawab setengah berteriak "Aunty di belakang sayang.. Krmarilah"

Syesa berlari kearahku yang masih sibuk dengan tumpukan baju kotor yang di perbuat Maira dan Fedro, entah mereka sengaja atau tidak setiap hari selama seminggu ini pakaian mereka amat menumpuk di ranjang cucian

Aku melihat kearah Syesa yang mulai mendekatiku yang tengah mencuci secara manual karena mesin cuci dirumah sedang rusak "Onty Cena.." panggilnya

"Hati-hati sayang disini licin" ujarku sambil meraih tangan mungilnya agar tak terpeleset karena sabun yang berbusa di lantai

Syesa menyengir gemas dan berkata "Onty.. Ceca mau ke cupelmaket" ia memang masih belum bisa menyebutkan huruf S dan R secara benar, dan hal itu membuatku tambah gemas padanya

Aku mengangguk dan menjawab ucapannya dengan tersenyum "Baiklah.. Tunggu sampai pekerjaan aunty selesai ya sayang setelah ini kita akan pergi ke supermarket"

Ia mengangguk setuju dan tersenyum manis padaku, andai saja jika aku tak terlanjur jatuh cinta pada gadis menggemaskan dinhadapanku ini. Mungkin aku telah pergi meninggalkan tempat ini, tempat dimana aku selalu merasakan lelah dan menyedihkan

Brakkk

Pintu di banting keras dari arah ruang tamu yang samar-samar dapat kudengar. Dengan cepat kuselesaikan pekerjaanku dan melihat kearah suara yang terdengar gaduh membuatku penasaran

"Maira..." ujarku kaget melihat seorang gadis dengan seragam putih birunya yang terlihat berantakan dan amat sangat jauh dari kata seorang pelajar yang baik

Dia menatapku dengan perasaan tak suka seperti biasa yang selalu ia tunjukkan padaku "Siapa yang menyuruhmu datang kemari?????" bentaknya dengan tatapan mata berair

Apa yang telah terjadi padanya kenapa ia kacau sekali hari ini, aku melihat tatapan kesedihan dan kemarahan dalam sorot mata itu. Dengan berani aku berkata padanya "Apa yang terjadi Mai?" tanyaku khawatir

Dia berjalan kearahku dan menunjukku dengan kesal "Apa yang ingin kau ketahui? Apa jika aku menceritakan semuanya padamu, kau kira aku akan menyukaimu? Kau itu hanya seorang pembantu dan jangan bertingkah kau perduli padaku!!!" bentaknya dan pergi meninggalkanku

Entah mengapa kata-kata gadis kecil itu yang berusia 14 tahun sungguh menyakiti hatiku, di anatara ucapannya kurasa ini yang paling menyakitkan ku dengar dari mulut mungilnya yang seharusnya mengatakan hal-hal manis di usianya yang masih terbilang muda

"Onty... Kakak malah cama onty ya?" tanya Syesa polos menghampiriku dan menarik tanganku agar berlutut menyeimbangi posisinya

Aku segera menghapus air mata ku dan menjawab pertanyaannya dengan menggeleng "Kak Mai tidak marah sayang, dia sedang tak ingin di ganggu"

Syesa menggeleng dan berkata mengiris hatiku "Kakak juga celing malah cama Ceca.. Kakak bilang Ceca anak nakal" katanya sambil berkaca-kaca

Dengan segera aku merengkuh tubuhnya dan memberi kehangatan pada anak kecil ku agar tak bersedih, kutau airmatanya akan terjatuh Aku "Syesa anak baik dan cantik, aunty sangat menyayangimu sayang.. Mungkin kak Mai hanya bergurau berkata seperti itu"

Syesa memelukku erat dan menangis pelan sambil berkata "Ceca ingin beltemu Daddy... Ceca lindu Daddy..."

Dan ini yang selalu aku bingungkan jika Syesa mendadak rewel ingin bertemu ayahnya karena merindukannya, namun jika boleh jujur akupun sangat merindukannya. Bolehkah aku merindukan majikanku yang tampan dan selalu membuat hatiku berdegup kencang?

Bisa di bilang, selama 23 tahun ini aku tak pernah merasakan apa  yang di nama kan cinta dalam hidupku, sebutlah jika aku terlalu naif karena di usiaku yang hampir setengah abad ini aku tak pernah merasakan apapun pada seorang pria pada umumnya dan mencintai pria manapun

"Onty... Daddy... Huaaaaaa Daddy...." tangisan kencang Syesa membuyarkan lamunan ku

"Sayang, tenanglah jangan menangis.. Ayoo kita pergi ke supermarket sekarang" ajakku padanya yang mulai meraung-raung bagaikan anak harimau yang mencari induknya

Dia menggeleng dan terus menepuk-nepuk tanganku sambil menangis "Ceca mau Daddy.. Ceca mau Daddy.."

Aku memijit tengkukku yang pegal dan pusing karena tangisan Syesa yang ingin bertemu dengan Daddy nya, inilah yang aku takutkan jika ia menangis dan mengamuk ingin bertemu ayahnya. Dan sebagai baby sitter apa yang bisa kulakukan?

Dengan perasaan bingung, kalut, dan bimbang bercampur satu ku pandangi selalu ponselku yang layarnya menampilkan aplikasi Whatsapp dengan tulisan nomor bernama  "My Majikan Tampan"
"Onty.... Ceca mau ke Daddy..." tangisan Syesa semakin menjadi dan tak bisa dinhentikan dengan cara apapun,akupun mulai kewalahan dengan semua rengekannya yang tak kunjung usai membuat kepalaku semakin jedadjedud tak karuan

Mungkin ini salah satu cara untuk menghentikan tangisnya yang seperti anak syiluman yang terperangkap dalam sebuah belenggu kesedihan.

"Sayang, kita Videocall Daddy sekarang ya.. Ssstt jangan menangis anak cantik" ujarku sambil mengarahkan ponsel di depan wajah kami

Syesa berhenti menangis dan mengangguk, ku elap sisa jadi tangisan dan ingusnya yang belepotan di wajahnya dengan hidung yang memerah akibat tangisannya

Tutt... Tutt...

Bertanda sambungan terhubung ke nomor tujuan, dengan perasaan tak menentu ku tunggu tanpa sabar "Onty.. Daddy tidak ada" ucap Syesa sembari sesenggukan dengan nada kecewa

"Sabarlah sebentar sayang..." ujarku sama kecewanya

"Hallo...." suara seksi itu terdengar jelas di ponselku yang sengaja ku Loudspeakers dan terasa indah terdengar di telingaku

Tunggu, tapi kenapa videonya gelap sekali. Aku tak bisa melihat apapun di layar ponselku hanya hitam dan gelap yang terpampang disana




TBC

Daddy Issues (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang