Palsu

130 8 2
                                    

Monochrome.

Hidup ini bak kanvas yang putih bersih, mudah ternodai dengan warna lain. Hidupku bak kanvas hitam putih, monochrome. Semuanya berjalan hitam putih.

Berkenalan, berinteraksi, saling percaya, berpisah. Rantai perkenalan yang sama dan palsu. Dalam fase berinteraksi, kau akan dipengaruhi berbagai faktor lain, pikiranmu kan negative. Berbagaj macam tipu daya kan kau kerahkan untuk kesan pertama yang apik. Tak bisa bebas menjadi diri ini.

Ini nasibku, takdir rantai kejam yang mampir kehidupku. Memboyong mereka yang palsu kehidupku. Aku terbawa arus, mengikuti pergaulan salah nan merugikan. Lisan ini sudah tidak sesuci dahulu, sudah kotor, hitam.

Mereka yang palsu memasang topeng senyumnya, mempertahankan kesan baik yang ada. Dibuai dengan tipuan kecil, tubuh ini percaya. Namun apa? Hati ini menolak menerima mereka, apapun.

Aku palsu, aku juga palsu. Aku juga memamerkan senyum dibalik tangisan hati. Aku palsu, aku tersakiti. Aku terkucilkan, aku terbuang. Aku hanyalah sisa tak berguna!

Datang saat dibutuhkan, datang pula sebagai palsu saat tidak membutuhkan. Siklus aneh yang kalian ciptakan demi mengelak julukan musiman. Entah tidak peduli atau memang tidak peka, aku merasa dirugikan.

Tapi apa? Aku hanya bisa tersenyum dan tertawa mengikuti arus candaan keterlaluanmu. Aku hanya menjadi kotoran dan seorang menyebalkan dimata. Aku hanya payah, aku memang payah.

Bibir berucap, seribu kebohongan terlontar. "Aku temanmu."

Sejak awal kita memang tidak saling percaya, mimik wajahku menunjukkan bahwa aku percaya. Tapi salah, nyatanya aku tersenyum jenaka dibalik itu. Bertingkah seolah aku lemah, seolah aku tidak bisa apa-apa membuat yang asli mengernyit heran. Aku bukan seperti itu.

"Maaf, tapi..."

Cukup sudah dengan kata maaf! Atau kurang ajarnya malah tidak berkata maaf. Cukup sudah, jika kau memang tak ingin aku ada hanya katakan dengan jelas. Tal bisakah kau lihat? Pertahanan palsuku terbongkar? Mimik wajah ini mulai sendu, pikiran ini kosong.

Aku juga lelah, bukan hanya kau. Aku memiliki ribuan masalah, tapi tak adakah toleransi? Mari kita bertukar diri sejenak. Masalahku banyak, kau juga kan?

Apa kau tak pernah merasakan tekanan batin dari sosok sepertimu? Apa kau mau diperbudak? Aku memang gadis naif yang bodoh.

Aku egois, bodoh, naif, palsu, merepotkan. Maka jauhilah aku, jangan mendekatiku lagi. Ini membuatku sakit. Pergi!

Aku tak mau terluka lagi, maka dari itu pergilah dan mulailah membenciku, agar aku mempunyai alasan membencimu. Agar aku bisa menjadi asli tanpa palsu.

Agar kanvasku tak monochrome. Agar hitam dan putih melebur menjadi kelabu. Menciptakan diriku yang sesungguhnya, yang lebih menyebalkan dari ini.

"Untukmu yang sama sepertiku, atau yang palsu sepertinya. Untuk kebaikan kita bersama, aku memutuskan inilah jalan terbaikku. Entah dengan cerita kalian yang berbeda. Tapi inilah aku, dengan raga dan jiwa yang tak bisa akur. Menjadikanku palsu.".

PalsuWhere stories live. Discover now