Chapter 14 - Memetik dara

5.9K 665 94
                                    

Warning 18+ content!

Ruarendra masih menunduk dan Gantara masih mendongakan kepalanya, masih saling berciuman dengan dalam, sesekali lidah mereka bertemu dan saling melilit satu sama lain, tak ada yang mau mengalah walaupun Gantara sering kali mendominasi.

Dengan gerakan yang ragu, perlahan gantara memegang pinggul ramping Ruarendra, seketika Gantara merasakan kulit yang halus mulus seperti kulit bayi dalam genggaman tangannya.

Ia merasa sudah tidak bisa mundur lagi.

Jika ini dosa maka biarlah ia membuat dosa ini dan menanggungnya.

Jika ini melanggar perintah biarlah kali ini ia melalaikannya.

Jika ini melenceng dari kewajibannya, anggap saja kali ini dia mementingkan haknya.

Jika karena ini, orientasi seksualnya menjadi jelas dalam kategori penyuka sesama jenis, maka ia akan menerimanya dengan lapang dada.

Dalam hidupnya Gantara tidak pernah menginginkan orang lain, apalagi dalam tingkatan sangat banyak dan menggebu seperti saat ini, seperti yang ia rasakan pada pemuda dihadapannya yang kini tengah berciuman dengannya, ciuman yang sangat dalam sarat akan gairah.

Ketika ciuman panas keduanya terlepas, terjuntai benang-benang saliva yang indah terhubung dari bibir bengkak keduanya yang menjadi pembuktian betapa dalam ciuman keduanya.

Bahu sempit milik Ruarendra naik turun dengan cepat ketika pemiliknya menarik nafas untuk mengisi paru-parunya yang terasa sesak.

Dari wajah Ruarendra yang memerah, Gantara mengalihkan pandanganya tepat didepan wajahnya yang terpampang dada Ruarendra yang putih dan mulus, serta kedua tonjolan merah muda yang menggoda disana.

Ruarendra terdiam mengawasi arah mata Gantara yang kini berada didadanya, ia menunggu apa yang akan dilakukan pendekar tampan dihadapannya dan berharap Gantara akan melakukan lebih, tidak hanya berakhir pada ciuman saja seperti malam sebelumnya.

Perlahan Gantara mendekatkan wajahnya ke dada Ruarendra dan mulai memberikan kecupan-kecupan ringan setelahnya ia menjulurkan lidahnya dan menyapukan lidah basahnya pada tonjolan didada Ruarendra.

"Ahh!" Tubuh Ruarendra bergertar hebat merasakan titik sensitif didadanya disentuh sesuatu yang lunak dan basah yang seolah mengirimkan sengatan listrik yang membawa kenikmatan, bagaimanapun tubuhnya masihlah tubuh seorang perawan (perjaka) yang belum pernah tersentuh apalagi secara intim seperti saat ini, Ruarendra reflek memeluk kepala Gantara dan tanpa sengaja langsung membuat tonjolan merah muda didadanya masuk kedalam mulut Gantara.

Ketika pendekar tampan itu merasakan benda lembut dan kenyal didalam mulutnya, ia tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak mengulum puting merah muda milik Ruarendra.

Gantara memeluk pinggul Ruarendra dan membuat tubuh keduanya saling menempel lalu menghisap puting merah muda didalam mulutnya dengan penuh nafsu seolah tidak ada hari esok.

"A-ah..." Mendapat hisapan-hisapan dari Gantara membuat tubuh Ruarendra semakin panas dan tidak berhenti bergetar, ia menunduk memandang lelaki tampan yang tengah mencumbu dadanya, orang pertama yang menikmati puting perawannya. Ruarendra meremas rambut Gantara untuk menyalurkan rasa nikmat yang tengah menderanya dan memohon dengan lirih, "jangan berhenti...jangan berhenti Gantara..."

Mendengar permohonan Ruarendra, keraguan didalam hati Gantara semakin menipis dan akhirnya menghilang, berganti dengan keinginanya pada pemuda didahapannya yang semakin besar.

Tidak ingin melewatkan sedikitpun, Gantara melepas puting Ruarendra yang sudah membengkak merah dan basah, beralih pada tonjolan merah muda lainnya yang sudah menegang dan belum terjamah mulutnya.

[BL Ver.] Runaway (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang