14. Menghindar

3.2K 108 1
                                    

"Ra, lo sama kak alva beneran..." ucap rasti ketika berada didepan kiara.

"Iya, gue sama dia udah putus." ucap kiara memotong perkataan rasti.

"Kok bisa sih, ra?" tanya reza bingung.

"Rasti, reza please jangan bahas dia lagi oke."

"Oke, kita gak bakalan bahas dia lagi." ucap rasti setelah melihat kiara yang tidak mau membahas alva. "Mending kita bahas buat pensi aja." ucap rasti semangat.

"Ngapain bahasnya sama gue, tuh sama vian dia kan ketua kelas."

"Kan lo yang bakal wakilin kelas kita buat tampil, ra." ucap reza seraya duduk disebelah kiara.

"Kok gue sih?" tanya kiara bingung.

"Lo kan pinter nyanyi ra, jadi daripada gak ada yang tampil mending lo aja dech." ucap rasti duduk dibangku depan kiara.

"Gak, gue gak mau." tolak kiara.

"Ayolah ra, sekali ini aja." ucap rasti memohon. "Kalo gak ada yang tampil, 1 kelas bakal dihukum ra." ucap rasti lesu.

"Muka lo tolong dikondisikan, jadi pengin gue tabok nih."

"Lo itu ya za, bukannya bantuin bujuk ara malah ngejek gue lo."

"Lah, suka-suka gue lah. Udah, lo berdua jangan ganggu gue mau tidur." ucap reza seraya menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya.

"Lo mau kan ra?" tanya rasti dibalas anggukan kepala oleh kiara. "Makasih araku. Oh iya, tadi lo dianter sama siapa? Kaya pernah lihat gitu." tanya rasti penasaran.

"Dia bang rey, abang angkat gue. Gue kan tadi malem nginep di rumah bang rey, jadi gue dianter dech sama dia." ucap kiara seraya membuka buku. "Harusnya sih gue berangkat sama bang vino, tapi berhubung dia ada urusan jadinya gue sama bang rey." lanjutnya.

"Eh, tunggu dulu. Bang vino?maksud lo vino kakel kita itu?" tanya rasti dibalas anggukan oleh kiara. "Emang lo ada hubungan apa sama kak vino?" tanya rasti penasaran.

"Bang vino itu adik sepupunya bang rey, jadi bisa dibilang bang vino juga abang angkat gue."

"Owh, gitu ya." ucap rasti paham. "Si reza tidur dibangku gue, masa gue harus duduk sama romi sih? Gue kalo duduk sama cowo rasanya gimana gitu."

"Udah, santai aja lagi ras. Lagian gue mau kok jadi sahabat kalian, biar reza ada temannya gitu." ucap romi seraya duduk dibangku depan reza.

"Gabung aja lagi rom, biar tambah seru. Asyik tuh kalo lo berdua udah digabungin kan ramai jadinya."

"Bisa aja lo ra, btw thanks udah mau nerima gue."

"Iya sama-sama, rom." ucap kiara sambil tersenyum.

"Gak tahu kenapa, senyum lo itu justru terlihat senyum karna terluka ra. Bukan senyum bahagia, segitu sakitnya yang lo rasakan sampai lo gak bisa sembunyikan itu dari gue." batin rasti.

"Jadi, mulai sekarang gue sahabat kalian dong?" tanya romi.

"Iya romi, lo sekarang sahabat kita bertiga."

"Iya mulai..." ucap rasti terpotong oleh reza.

"Lo pada bisa diem kagak, gue mau tidur nih." ucap reza yang masih menelungkupkan kepalanya dimeja.

"Ye, tidur tinggal tidur ngapa lo sewot sih."

"Suara lo tuh yang bikin gue gak bisa tidur."

"Lo itu ya..." kesal rasti.

"Udahlah ras, biarin aja reza tidur. Pasti dia cape ngurus buat pensi nanti." ucap kiara menengahi rasti dan reza.

"Wah, gue beruntung nih gabung sama kalian." ucap romi seraya memakan somay yang dibawanya. "Thanks ya, lo pada udah mau terima gue."

"Santai aja, rom. Kita mah welcome sama orang yang mau sahabatan sama kita, ya gak ra?

"Iya, justru kita senang lagi karna tambah sahabat lagi. Jadi makin seru nih kalo kumpul. "

"Karna gue lagi baik hati jadi gue gak bakal ganggu lo, za." ucap rasti seraya membaca novel yang dibawanya tadi.

"Gue gak tau sampai kapan gue bisa bertahan, semoga lo pada gak bakal sedih kalo nantinya gue pergi." batin kiara.

**********


"Vel, dengerin aku dulu. Aku mau jelasin semuanya." ucap alva sambil menahan tangan kiara.

"Udahlah kak, gak ada lagi yang harus dijelasin." ucap kiara seraya melepas tangan alva. "Saya emang seharusnya tahu diri, saya gak mungkin bisa gantiin posisi kak cindy dihati kakak. Maaf kak, saya permisi." ucap kiara seraya pergi namun tangannya ditahan oleh alva.

"Please, semua yang aku ucapkan waktu itu gak benar. Waktu itu aku lagi emosi, please aku gak mau kita putus vel."

"Kakak ingat tidak waktu saya mengatakan kalo saya gak akan pernah pergi kalo bukan kakak yang meminta." ucap kiara dibalas anggukan kepala oleh alva. "Waktu itu kakak sendiri yang meminta saya untuk pergi kan? Jadi tolong, jangan ganggu saya lagi kak." ucap kiara seraya pergi.

"Tapi aku gak mau kamu pergi, vel. Aku mau kamu tetap disini." teriak alva.

"Mending lo gak usah dekat-dekat sama vellyn lagi dech, va. Kalo lo gak mau gue hajar." ucap vino sambil pergi.

"Apa urusan lo sampai lo ngelarang gue dekatin vellyn?"

"Sebagai abangnya vellyn, gue berhak ngelarang lo." ucap vino tanpa menoleh ke belakang. "Lagian ini juga permintaan dari vellyn, supaya gue jauhin lo dari vellyn." ucap vino seraya pergi.

"Aku gak bisa jauh dari kamu vel, gak bisa. Please vel, kasih aku kesempatan kedua." batin alva.

**********


Hari ini semua guru sedang rapat membahas pensi, sehingga tidak ada jam pelajaran.

Kiara duduk di taman belakang seorang diri. Dia sedang memikirkan lagu apa yang harus dibawakan nya nanti.

"Vel, kasih aku kesempatan kedua. Aku gak akan mengulangi semua ini." ucap alva yang sekarang sudah duduk disebelah kiara.

"Maaf kak, tapi saya gak bisa. Saya permisi." ucap kiara berdiri namun tangannya ditahan alva.

"Oke, aku emang salah karna ngomong kaya gitu. Tapi please, maafin aku vel."

"Kak, saya kecewa sama kakak. Kenapa kakak tidak bertanya ke saya terlebih dahulu, kakak justru mengatakan kalo saya hanya pelarian kakak aja. Coba kakak pikir, cewe mana yang gak sakit mendengar orang yang ia sayang menjadikannya hanya sebatas pelarian aja." ucap kiara meneteskan air mata.

"Vel, aku minta maaf. Aku emosi waktu itu, please maafin aku."

"Saya permisi, kak." ucap kiara seraya melepas tangan alva lalu pergi.

"Segitu fatalnya ya vel, kesalahan aku. Sampai kamu gak mau maafin aku? Ya iyalah, cewe mana yang gak marah waktu tahu dia cuma dijadiin pelarian aja. Bodoh banget sih lo, va." batin alva.

~~~~~~~~~~

Hai guys, jangan lupa vote dan komensnya ya.

Maaf kalo masih ada kesalahan maupun typo.

Stay or GoWhere stories live. Discover now