14

6.6K 535 3
                                    

"Mending kamu tidur dulu aja, Re."

Raine melangkah masuk, mendahului Jacob yang masih berdiri di balik punggungnya. Ia mengedar pandang. Seluruh sisi ruang tamunya benar-benar tertata dengan rapi, juga konstan dengan warna krem pastel dan hitam. Sangat elegan.

Matanya langsung tertuju pada lampu gantung raksasa di tengah uliran tangga menuju ke lantai dua. Ia berdecak kagum, "Wow,"

"I know, Papi dan Alec yang desain semuanya." Balas Jacob muncul di samping bahunya.

Jika saja ia sedang tidak dalam keadaan buruk dengan Alec, mungkin ia akan memuji betapa artistiknya pria itu. Tapi, mendengar namanya saja telinganya sudah seperti terbakar.

"Silahkan, kamu boleh keliling sementara aku benering pipa yang ada di belakang." Ujar Jacob kemudian melangkah menuju lorong panjang yang gelap.

Raine terus menatap kagum pada seluruh sudut ruangan, tidak ingin repot-repot menoleh, "Mami sama Papi masih di California?"

Jacob menggumam mengiyakan, "Yeah, setidaknya aku jadi punya rumah ini buat aku sendiri."

Jacob kemudian melanjutkan langkahnya bersamaan dengan Raine yang mulai menaiki anak tangga ke lantai dua.

Ini adalah kali pertama Raine datang ke rumah keluarga Duncan di Tangerang, lebih tepat disebut mansion daripada rumah biasa. Mereka punya sebuah mansion lain yang lebih besar di California, dimana ada lapangan terbang dan juga danau buatan.

Semua di rumah ini tampak begitu sederhana dan mewah. Termasuk kumpulan foto raksasa yang dibingkai dengan kayu jati. Ia tersenyum melihat wajah raksasa Alec ketika masih duduk di bangku SD yang tersenyum ke arahnya.

Sepanjang kakinya melangkah menaiki anak tangga, matanya tak bisa lepas dari foto-foto keluarga Duncan. Ia dapat melihat foto Alec yang tengah berdiri dengan tongkat golf di tangan kirinya, bersama Jacob yang berjongkok di ujung sepatunya yang terkena lumpur.

Juga foto lainnya yang memperlihatkan bagaimana Alec tumbuh. Bahkan ada foto ketika pria itu duduk di pangkuan ibunya dengan senyum dan es krim di seluruh wajahnya.

"Dia jadi kelihatan lebih brengsek, ya?" Tanya Jacob tiba-tiba sudah berada di sampingnya, "Foto itu diambil waktu pertama kali mereka pindah ke rumah ini."

"Mereka?"

Jacob tertawa, "Tahun segitu aku sama kamu belum lahir."

Raine tertawa, kemudian matanya menangkap sebuah foto yang diambil di hari kelulusan Alec. Raine mungkin masih duduk di bangku SMP dengan jerawat menempel di pipinya karena frustasi memikirkan ujian nasional, ketika foto itu diambil.

Alec tampak menyeringai dengan tangan yang dilipat ke depan, dan baju seragam osis yang sudah penuh dengan warna-warni cat semprot. Rambutnya yang hitam juga sudah berubah menjadi merah pudar. Di samping kanan dan kirinya ada teman-teman lelaki yang mungkin berada satu strata dengan pria itu di sekolah.

Raine tersenyum kecut ketika menyadari salah satu teman Alec berambut setengah pirang, dan bermata abu-abu terang. Raine tahu dengan jelas bahwa mereka berdua memang bersahabat sejak duduk di taman kanak-kanak. Benar, Chase Bramanta.

Walaupun Raine masih SMP, tapi dia tahu, bahwa suaminya dulu adalah seorang Bad Boy.

"Ini aku?" Tunjuk Raine pada sebuah foto dirinya saat masih kecil, duduk di antara Jacob dan Glen.

Jacob mengangguk, "Ini sebelum kamu pindah ke Australia."

"Oh, iya. Mama juga masih punya foto ini."

Beautiful ScarsWhere stories live. Discover now