APERTURE LOVE

88 10 1
                                    

Cerita ini mengenai kisah cintaku yang belum sempat bersemi.

***

Hai aku Frila. Aku cewek umur 21 tahun yang susah banget buat jatuh cinta. Mungkin karena aku terlalu nutup hati dan mikir punya perasaan cinta sama cowok itu cuma buang-buang waktu. Tapi sekarang aku kena karma sendiri. Aku mulai punya perasaan aneh sama seniorku di komunitas.

Dia berhasil membuatku terpesona padanya. Bukan karna parasnya, tapi karena pesona passion-nya pada bidang yang ia geluti. Aku ceritakan sedikit tentang awal mula aku kenal dia.

Tiga bulan lalu ku bergabung ke salah satu komunitas jenis pop photograpy. Komunitas hobi yang fokus sama genre tertentu, sebut aja Pop Jepang yang objeknya adalah Cosplayer. Aku memang suka culture Jepang.

Aku masih fotografer amatir waktu itu. Aku cuma tahu soal menjepret, soal teknik dan lain sebagainya aku level bawah. Keadaan itulah yang mempertemukanku dengan seorang cowok yang berkebalikan denganku. Dia mahir bukan main soal fotografi bahkan dia sudah level juri. Singkat cerita kami makin dekat, tapi hanya sebatas mentor dan murid. Aku suka mengonsultasikan karya-karya amatirku padanya. Pada awal-awal konsul, karyaku pernah dibilang jelek. Yah kecewa sih, tapi emang benar jelek.

Sering karyaku dikomentari, dan aku mulai mengaguminya sebagai panutanku. Dia bak cahaya yang menyinari lensa kameraku. Lambat laun aku pun mulai punya perasaan aneh, mungkin aku suka dia, pikirku.

Sebenarnya aku sendiri enggak paham betul bagaimana wujud perasaan jatuh cinta itu. Pacaran aja enggak pernah. Rasanya memang aneh, aku cuma merasa gelagatku jadi tak wajar.

Untuk mengetahui perasaanku padanya, suatu hari kucoba ajak dia nonton ke bioskop. Kebetulan karena aku juga sedang suka nonton film horor. Responnya membuatku terkejut, dia bersedia menemani. Beneran nih?

Kita nonton film horor tentang badut Pennywise. Kalian mungkin tahu apa judulnya. Ternyata dia sudah menonton film itu. Dia baru bilang saat kami sudah di dalam auditorium. Jadi, dia bela-belain ke bioskop dekat kampusku dan nonton film itu hanya untuk menemani aku. Masa sih? Jujur aku kepedean.

"Bagaimana akhir filmnya, Kak?" Tanyaku di pertengahan film.

"Tonton aja sampai selesai." Katanya. Dia enggak mau kasih spoiler.

Apakah kamu memikirkan kejadian romantis diantara kami seperti drama-drama Korea? Bersiaplah untuk kecewa. Dia dingin banget.

Aku terlalu asik nonton, boro-boro mikir curi-curi pandang. Padahal niat lain untuk nonton film dengannya adalah mengonfirmasi perasaanku padanya. Tapi jadi gagal begini. Aku terlalu kaku. Dia juga. Untunglah ada satu kesan yang membuatku jadi senang. Dia datang menemani aku saja, itu sudah kemajuan yang baik.

Hari-hari berikutnya enggak ada kabar darinya. Ya, dia bukan tipe cowok yang banyak basa-basi atau gombal sana sini, kita enggak pernah chat lagi setelah acara nonton film kami. Ya, itulah karakter lain yang aku suka darinya. Dia dingin.

***

Seminggu kemudian ada berita tentang Film Horor Indonesia recreate tahun 1986 muncul di bioskop. Wah review-nya bagus dan ratingnya juga lumayan. Aku mau nonton, aku ketagihan film horor! Mungkin Tuhan mendengar doaku. Tiba-tiba dia, senior yang kuceritakan, ngajak nonton film lagi. Astaga aku terkejut. Beginikah rasanya diajak nonton sama cowok. Kamu pasti tahu bagaimana perasaanku saat ini. Senang bukan main.

"Pengabdi setannnn." Isi chatnya seperti merengek.

"Iya Kak udah tayang di bioskop," seolah-olah aku mengerti jalan pikirannya.

"Produksinya Joko Anwar biasanya bagus." Lanjutnya.

"Aku baru dengar nama sutradaranya. Tapi aku tahu produksinya kerja sama dengan CJ Entertaiment." Kataku. CJ Entertaiment yang sebelumnya juga memproduksi film lokal Sweet 20 adaptasi film korea.

APERTURE LOVE [Oneshoot]Where stories live. Discover now