Mark dan Bambam, mereka bersaudara. Mereka saling menyayangi, bermain bersama, selalu bersenang senang sesuai usia mereka. Usia mereka hanya terpaut empat tahun saja.
Saat itu, mereka berdua bermain di halaman depan rumah mereka, bermain kejar kejaran, permainan favorit mereka.
"Tangkap aku jika kau bisa!" teriak Mark sambil terus berlari.
"Tentu aku bisa!"
Bambam menyertakan tawanya disela sela nafasnya yang naik turun tak beraturan karena berlari.
Hingga ia berhenti berlari karena sosok kakaknya tiba tiba menghilang dari pandangannya. Ia sangat tahu betul kakaknya kini sedang bersembunyi.
"Hyung? Kau selalu bersembunyi saat kejar kejaran."
Bambam mencari kakanya di manapun halaman depan rumah, hingga terbesit di pikirannya bahwa sang kakak bersembunyi di rumah Nyonya Shin di seberang rumahnya.
Tak perlu waktu lama untuk berpikir lebih jauh, Bambam berlari menyeberangi jalan raya. Namun...
THIN...!
"Bambam! Awas!!"
BRAK..!
Belum sampai ia di tepi jalan, sebuah mobil sedan melaju kencang dari arah selatan dan menyeret serta tubuh mungil Bambam hingga beberapa meter.
Mark keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Bambam yang terkulai lemah dijalanan. Kepalanya mengeluarkan darah, tubuhnya dipenuhi luka karena terseret begitu jauh.
"Bambam?! Bangun.., bangunlah.."
Mark menepuk nepuk pipi Bambam, memastikan adik kecilnya itu baik baik saja. Namun kelopak mata sang adik tak kunjung terbuka, membuat air matanya turun perlahan. Dan mobil yang menabrak serta menyeret Bambam pergi begitu saja.
"Eomma! Appa!" teriak Mark yang masih terisak.
Kedua orang tua mereka datang, mereka tampak terkejut melihat anak bungsunya tergeletak lemah di jalan raya.
Mereka membawa Bambam ke rumah sakit, dan keadaan Bambam baik baik saja, hanya luka ringan. Tapi hal itu membuat Mark merasa sangat bersalah, karena telah membiarkan adiknya terluka. Ia terus terusan menangis meski Bambam sudah terbangun dari ketidak sadarannya dan sudah baik baik saja.
Melihat keadaan Bambam yang kini sudah baik baik saja, keluarga kecil itu pulang. Mark yang sudah berhenti menangis kini diliputi ketakutan ketika sang ayah menyuruhnya duduk di ruang tamu bersama sang ayah.
"Bagaimana dia bisa seperti itu?" tanya sang ayah.
"I-itu kecelakaan Appa, di-dia tertabrak mobil saat ia mencariku." jawab Mark dengan gemetaran.
PLAK!
Tamparan keras diterima Mark di pipi kirinya, membuat rasa pedih muncul begitu saja.
"Apa kau tidak memakai otakmu?! Dia masih kecil, dia masih enam tahun! Dan kau sudah besar, kenapa kau bodoh sekali?! Anak tak tau diri!!"
Air mata Mark mengalir deras, namun mulutnya bungkam karena ketakutan yang teramat sangat. Ia menangis dalam diam.
"Mi-mian.., mianhae Appa..."
Sang ayah meraih guci di ruang tamu, dan melayangkannya ke arah Mark kecil. Dan sayangnya sang ayah tidak hanya melayangkan benda itu, tapi juga melayangkan barang barang tumpul lainnya. Dan memukulinya tanpa henti, sehingga Mark kembali meraung keras karena tubuhnya kini penuh luka.
Sang ibu yang berada di kamar Bambam mendengar teriakan Mark dari lantai bawah, air matanya menangis mendengarnya.
"Eomma... Uljima.."
Sejak saat itu, Mark lebih suka menyendiri, menjauhkan diri dari Bambam. Ia takut kejadian kecelakaan itu terulang lagi. Ia memilih diam dan berusaha tidak melihat keberadaan sang adik, yang sebenarnya begitu ia sayangi.
Dua tahun berlalu, ibu mereka jatuh sakit. Kondisinya terus menurun drastis setiap bulannya, membuat Mark dan Bambam semakin sedih. Terutama Mark yang begitu dekat dengan ibunya, karena hanya sang ibu yang memahaminya, tidak seperti sang ayah.
Namun sang ibu nyatanya harus pergi meninggalkan mereka, dan hal itu membuat Mark semakin terpuruk akan kesendirian.
Tak terasa sepuluh tahun berlalu dengan cepat, kedua bersaudara itu sudah tumbuh besar.
X X X X
Annyeong, nah Risa kembali. Update prolog, minta vote and comment.
Maaf jika ada typo

KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER! || GOT7 MarkBam FF [✔]
FanfictionTangis itu membuat semuanya berubah, kepedihan, kesedihan, dan luka yang menyeruak keluar. Semuanya berubah pasca kecelakaan itu. Semua berubah pasca Ibu mereka meninggal. Semua berubah...