(6.1) Secret

243 26 0
                                    

Gerbang kediaman Gilbert begitu tinggi. Memperlihatkan seberapa besar kekuatan mereka, sesuai dengan apa yang beredar di kalangan keluarga. Yocelyn tidak pernah sekalipun menginjak atau berkunjung ke kediaman itu. Lagipula tempat berdirinya kediaman Gilbert lebih tersembunyi dari pada keluarga lainnya. Bangunan-bangunan besar itu berdiri kokoh di tengah gunung. Geografis daerah itu membuat sulit untuk dimasuki oleh orang asing. Meskipun kediaman itu semegah kediaman keluarga Bailey, namun untuk soal kekayaan Bailey tetaplah nomor satu.

Yocelyn memang bodoh karena datang ke tempat itu setelah mendapat surat dari hewan sihir. Ia bahkan menepati kemauan isi surat itu untuk tidak menceritakan hal apapun. Ia benar-benar membawa dirinya sendiri tanpa memastikan terlebih dahulu kepastian Michael yang mereka sekap. Yah, bagi Yocelyn, kehilangan nyawa pun ia rela asalkan bisa menyelamatkan Michael.

Seberapa gila dirinya untuk urusan Michael?

Yocelyn menarik napas. Sebelah tangannya terangkat hendak memberikan tanda kedatangannya. Namun pintu gerbang itu bergerak. Dua penjaga yang menggunakan seragam Gilbert menanti dirinya.

"Silahkan Nona," ujar mereka serentak.

Yocelyn melangkah ragu. Setelah pintu gerbang dibuka, ia merasakan tekanan luar biasa dari tempat itu. Ia juga langsung menggunakan sihir pencari untuk memastikan apakah Michael benar terperangkap di tempat itu. Meski sesaat, ia bisa merasakan keberadaan Michael. Ilmu sihirnya ditepis dengan cepat.

Tempat ini berbahaya, pikir Yocelyn.

Yocelyn diajak masuk lebih jauh ke kediaman Gilbert. Ia tercengang mendapati banyak penjaga yang memenuhi sepanjang jalannya. Yocelyn  menjadi takut. Sehebat dan sekuat apapun seseorang, jika berhadapan dengan sekian banyak orang seperti yang berdiri di dekatnya dia akan tetap tumbang.

Sesosok laki-laki yang mendapatkan hormat dari seluruh manusia kecuali Yocelyn menuruni tangga. Jubahnya yang sehitam burung gagak menyapu lantai yang dipijakinya. Yocelyn menerka bahwa laki-laki itu adalah pemimpin Gilbert. Meskipun masih sangat muda karena terlihat sebaya Michael, laki-laki itu tetaplah pemimpin wilayah Gilbert yang terkenal dengan kekuatan militernya.

Laki-laki itu terus mendekat, sedangkan Yocelyn melangkah mundur. Ketika jarak mereka hanya beberapa meter barulah sang pemimpin menghentikan langkahnya.

"Di mana Michael?" tanya Yocelyn yang mengundang tatapan marah dari prajurit Gilbert karena ucapannya yang tidak sopan.

Pemimpin Gilbert mengangkat sebelah tangannya. Ia memberi aba-aba sehingga suasana kembali dingin.

"Mengapa kau tergesa-gesa? Bukankah sebaiknya kita berbincang dengan teh dan kue kering sambil menatap bulan di langit?" tanya pemimpin Gilbert. "Ah ya, kau pasti tidak tahu namamu bukan? Perkenalkan, laki-laki yang memiliki seluruh kekuasaan Gilbert ini bernama Cas-tor," tekannya pada nama.

"Bagaimana ...." Mata Yocelyn melebar. Bagaimana caranya Castor tahu tentang kebiasaannya menatap bulan? Siapa laki-laki yang mengaku sebagai pemimpin Gilbert ini?

"Kau pasti bertanya-tanya, mengapa aku tahu kebiasaanmu." Castor tertawa. "Sesungguhnya aku tahu lebih jauh tentang hal itu, semua tentangmu, dari masa lalu pun aku hapal semuanya." Tawanya semakin lebar bersamaan dengan langkah kaki yang mendekat.

Yocelyn memasang kuda-kuda. Tangannya bersiap mengeluarkan tongkat sihir jika pertarungan harus terjadi. Cahaya perak telah berkumpul di tangannya. Detik berikutnya seseorang menepuk punggungnya lalu memaksa tongkat sihirnya keluar. Kemudian laki-laki yang ternyata adalah Hitam mengambil benda paling berharga bagi penyihir itu.

Mengambil tongkat atau pedang sihir tidaklah mudah. Entah bagaimana caranya Hitam merebut dari Yocelyn. Yocelyn hendak melarikan diri dari tempat itu. Ia sudah bersiap menuju jalan yang dilaluinya. Namun seseorang menarik jubahnya hingga terlepas, membuat helaian perak yang bersinar diterpa matahari sore bergerak.  Kemudian tubuh kecil itu direngkuh dari belakang oleh Castor.

Semua yang ada di sana terpana melihat rambut Yocelyn yang berkilau, termasuk Hitam.

Yocelyn berusaha melepaskan diri. Namun tenaga serta kekuatan sihir yang terbatas karena kehilangan tongkat membuat tubuhnya tidak berkutik. Yocelyn merinding, merasakan hembusan napas di tengkuknya.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku! Lepaskan aku!" ronta Yocelyn dengan kekuatan kecilnya.

"Dewi dan Dewa telah bertemu!" seru Hitam sambil memberikan sujud. Mendengar hal itu, prajurit yang lain juga menyerukan hal yang sama. Mereka berseru, mengagungkan Dewa dan Dewi telah bertemu dan mengulanginya beberapa kali.

Tangan Yocelyn berhenti bergerak. Ia terpaku mendengar kalimat itu. Ia tidak bodoh, ia paham bahwa yang dipuja mereka sebagai Dewi dan Dewa adalah dirinya bersama Castor. "Apa maksud semua ini?" lirihnya sangat pelan.

"Kau masih belum menemukan pecahan ingatanmu? Sayang sekali, mengapa hanya aku yang tidak melupakan semuanya? Padahal dirimu begitu agung! Padahal dirimu tak pernah pantas untuk diperlakukan seperti itu. Mengapa kau harus merasakannya?" Rangkulan Castor menguat. Suaranya terdengar tertahan, seolah tiada yang lebih menyakitkan daripada ucapannya. Seolah semua yang ingat hanyalah kesedihan dan kepahitan.

"Apa yang kau bicarakan? Lepaskan aku! Lepaskan aku!" ronta Yocelyn lagi.

"Huh? Ada penyusup yang datang?" Castor tersenyum. Dengan gerakan kilat, tangannya melayangkan sihir dan melukai sesuatu yang terbang mendekat.

"Riordan?"

Yocelyn mengenali merpati putih yang tergeletak tak berdaya dilantai. Ia tidak menyangka bahwa ternyata kakak satu-satunya itu mengirimkan merpati putih untuk memantau perjalanannya. Sayangnya, hal itu tidak cukup kuat untuk melawan Gilbert.

"Kau selalu diikuti merpati ini?" ucap Castor menatap sinis hewan malang yang sedang meregang nyawa. "Huh, aku jadi ingin tahu, siapa makhluk hina yang berani melakukan hal ini kepadamu!" Castor mengeluarkan cahaya dari tubuhnya.

Yocelyn menjadi panik. Apa yang dilakukan Riordan tidak boleh diketahui oleh Castor. Ia tidak ingin keluarga yang membesarkannya itu mendapat masalah karena kecerobohannya.

"Hentikan!"

Yocelyn menendang batu dan mengenai kepala merpati itu. Hewan itu mati seketika.

"Kau selalu saja mengasihani manusia," ucap Castor sambil memutar tubuh Yocelyn agar menghadap dirinya.

Yocelyn terdiam. Ia merasa pernah bertemu dengan laki-laki pemilik sepasang manik cokelat muda itu. Ia merasa mengenal laki-laki ini, sangat.

Siapa kau sebenarnya?

Secret Love PoetryWhere stories live. Discover now