4. Tegaskan!!!

7.1K 746 19
                                    

Aku duduk di mesjid kampusku sambil mengerjakan tugas, aku menumpukan bukuku sehingga menjadi meja untuk menyimpan laptopku. Sahabatku Melisa duduk di sampingku, kita sama-sama mengerjakan tugas. Tiba-tiba aku teringat Ipul.

"Mel, tahu gak?" Ujarku, mengawali pembicaraan.

"Tahu apa?"

"Ipul lho Mel, dia masih tetap aja suka nge-wa aku hal kurang penting lagi,"

"Kalau gitu coba kamu tegaskan ke dia, gak boleh Ikhwan chatting hal kurang penting dengan Akhwat,"

"Mel, Ipul tuh bukan orang yang gak tahu agama, dia itu pinter banget, ngajinya juga bagus, masa aku nyeramahin dia, apa kata dia? Anak baru kemarin so tahu,"

"Ya ngomongnya baik-baik dong Li, bilang kalau kamu lagi belajar menjaga hijab,"

"Males ah Mel, dia pasti udah tahu.."

"Ya dari pada kamu terus ngomongin dia dibelakang, entar jatuhnya ghibah lho,"

Aku termenung sebentar, apa aku sedang ghibah?

"Aku kan nanya gini untuk nyari solusi Mel, bukan untuk ghibah,"

"Ya solusi aku gitu, coba bilang baik-baik aja ke dia,"

Sepulang kuliah, perkataan Melisa terngiang olehku. Mungkinkah aku harus menegaskan Ipul agar dia tidak lagi mengirimiku pesan yang kurang penting? Karena lama-lama itu terasa menggelikan.

Aku duduk di kursi yang ada di kamarku. Didepannya meja belajarku. Baru saja aku menyimpan tasku di meja, tiba-tiba ponselku berdering, aku coba mengambil ponselku di tasku dan melihatnya. Ternyata Ipul sudah mengirim pesan lagi di wa.

Aku membacanya perlahan.

"Assalamualaikum ukhti lagi apa?"

Lagi apa? Memangnya penting buat dia aku lagi apa? Mau aku lagi diam kek, mau aku lagi nungging kek, apa urusannya dengan dia?

Kenapa aku selalu kesal yang membahana dalam urusan seperti ini? Aku harus banyak beristighfar, astaghfirullah...

Sudahlah tidak akan ku balas, daripada menambah kekesalanku. Aku mengabaikan pesannya. Namun Ipul mengirim lagi pesan.

"Ukhti kok gak dibales?"

Bodoh amat ah! Aku tidak akan membalasnya, sebelum dia langsung ke inti pembicaraan.

"Ukhti?" Ipul tiada hentinya mengirimiku pesan.

Oke! Sesuai kata Melisa aku harus menegaskan! Baikalah akan ku tegaskan kali ini.

"Wa'alaykummussalam.. maaf Ipul ada apa? Tolong kalau ada perlu, chat langsung pada inti.. maaf mungkin akhi lebih tahu dari saya masalah hijab, dan sekarang saya sedang belajar menjaga hijab. Tolong akhi bantu saya,"

"Memangnya ada yang salah? Dari isi chat ana?"

Ada yang salah dari yang dia chat? Apa dia tidak sadar kalau dia sudah mengirim pesan yang kurang penting dan ini bukan sekali dua kali, tapi sering.

"Akhi, mungkin akhi lebih tahu dari saya batasan seorang Akhwat dan Ikhwan ketika berkomunikasi, tidak boleh saling chat hal yang kurang penting, saya rasa, saya tidak usah menjelaskan terlalu panjang lebar, karena saya tahu betul akhi sudah paham. Jadi saya minta jangan lagi chat saya hal yang kurang penting. Saya lagi belajar menjaga hijab, tolong hargai saya sebagai seorang muslimah, dan untuk traktiran balik, maaf saya tidak bisa, saya akan ganti saja dengan uang. Terimakasih. Wassalamu'alaikum.."

🌹🌹🌹

Don't BaperWhere stories live. Discover now