0 5 - Neighbor

2.5K 466 8
                                    

Jaceline menatap kotak besi berisi robot milik Alfan. Dia belum berani membuka kotak itu sejak kemarin. Tetapi rasa penasarannya semakin besar. Untung saja orang tuanya sedang tidak ada di rumah. Jaceline bisa bebas mengamati mahluk itu.

Tangannya mulai bergerak membuka penutup kotak. Sesosok mahluk bermesin keluar dari dalamnya. Robot itu memiliki kaki, tangan, kepala dan anatomi yang baik dan teratur. Robot itu terdiam mengamati objek di hadapannya. Dia mulai memproses sebuah data.

"Mama."

Jaceline melotot tak percaya. "Eh? Kau... Kau tadi bilang apa?"

"Mama."

"Ke-kenapa kau memanggilku mama?!" Jaceline mulai kesal. Alfan tidak mengatakan apapun mengenai pola pikir manusiawinya Zack.

"Berdasarkan data, manusia berkromosom XX yang aku lihat pertama kali di sebut Mama." ujar Zack.

Jaceline menarik napasnya gusar. Dia mulai kebingungan. Mengasuh robot bukan ide yang bagus. Apalagi Zack menganggapnya sebagai ibunya.

"Baiklah. Apa yang kau ketahui tentang mama?" tanya Jaceline menantang.

"Mama yang mengasuhku. Mama yang mengisi energiku."

Jaceline menaikkan sebelah alisnya. "Oh iya? Lalu, apa yang kau ketahui tentang papa?"

"Papa adalah orang yang melindungi dan mendidik ku."

Jaceline terdiam. Dia jadi bingung sendiri dengan tindakannya barusan. Apapun yang dikatakan Zack memang benar. Dan apapun yang terprogram dalam otak Zack sekarang akan terus berlaku padanya maupun Alfan. Memikirkan nama itu Jaceline jadi teringat sesuatu.

"Zack."

"Apa?"

"Apa yang kau tahu tentang Alfan?" tanya Jaceline penasaran. Alfan dan Jaceline memang sudah lama tidak saling menceritakan tentang rahasianya lagi sejak insiden laboratorium.

"Lahir tanggal 19 agustus 3198, bermarga Bramantyohadiningrat. Merupakan ilmuwan penciptaku."

Jaceline menghela napasnya. "Aku tahu mengenai itu. Maksudku apa kau tahu tentang rahasia Alfan?"

"Tidak. Dia jarang menceritakan dirinya padaku."

Alfan memang bukan orang yang mudah menceritakan sesuatu. Jika baginya itu rahasia, maka dia akan memastikan bahwa orang lain tidak mengetahuinya.

Zack membuka buku-buku pelajaran Jaceline dengan tangan robotnya yang kecil. Jaceline menatapnya kasihan. Entah bagaimana caranya Zack tidak disita pemerintah dalam pembersihan di rumah Alfan dua hari yang lalu.

Zack mendadak mengkerut dan lesu. Jaceline mulai kebingungan. "Zack! Kau kenapa?! Zack!"

"E... Ner... Gi." ujar Zack pelan.

Jaceline tidak tahu bagaimana caranya mengisi energi Zack. Dia berjalan mondar-mandir bingung hingga akhirnya menabrak kotak besi. Selembar kertas keluar dari dalamnya. Jaceline segera mengambilnya dan membaca isinya. Rupanya itu merupakan petunjuk perawatan Zack.

"Alfan sialan." umpat Jaceline. "Zack! Bertransformasi lah menjadi ponsel. Aku akan mengisi energimu."

Zack pun perlahan bertransformasi menjadi ponsel. Jaceline segera menghubungkan Zack dengan sumber listrik dan menunggunya hingga penuh.

♣♣♣

[10 September 2017]

Shera mengipasi dirinya dengan tangannya. Peluh membanjiri dahi dan leher Shera. Dia tak terbiasa dengan cuaca tropis zaman ini. Sudah sejak satu jam yang lalu Shera berdiri di luar bank dengan pakaian lusuh dan ransel buluk. Warga yang berlalu-lalang di sekitarnya memandang Shera kasihan. Namun Shera mengabaikannya. Shera menghela napas lagi, entah sudah yang keberapa kali dia melakukan itu. Alfan tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Shera mulai kawatir akan penyamaran mereka yang ketahuan.

Time Explorer: VastataWhere stories live. Discover now