1K 127 19
                                    

Malam ini aku kembali terbangun. Entah sudah keberapa kalinya aku terbangun di tengah malam seperti ini. Mungkin sejak hari itu?

Kuedarkan pandanganku menelusuri tiap sudut ruangan ini, kamarku. Pandanganku jatuh pada jam dinding yang tertempel di sana. pukul 00.00 huh? batinku sembari menghela napas.

Banyak orang tua yang bilang, jika kau terbangun dari tidur secara tiba-tiba saat tengah malam, itu tandanya ada 'sesuatu' yang sedang mengamatimu. Entahlah, aku tidak mau ambil pusing soal itu.

Aku mencoba untuk tertidur kembali. Karena, hell dude, ini masih tengah malam. Aku mencoba mengubah posisi tidurku menjadi menyamping, menghadap tembok. Ya, ranjangku memang berada di sudut ruangan kamarku.

Aku merapatkan diriku ke tembok dan membiarkan sisi lain dari ranjangku kosong. Perlahan tapi pasti, aku memejamkan mataku. Berharap aku dapat bertemu dengannya walau hanya sekedar mimpi. Sungguh, aku sangat merindukannya. Senyumnya, suaranya, tingkah konyolnya dan semua tentang dirinya.

Aku terus terlarut dalam pikiranku, hingga aku merasakan beberapa helai rambutku di tarik dengan lembut beberapa kali. Aku pikir, itu pasti adikku, Lee Jeno yang tidak bisa tidur dan menyelinap masuk ke kamarku.

"Tidurlah Jen, aku tidak punya waktu untuk menemanimu malam ini." Ujarku tanpa membalikkan posisi tidur ku.

Senyap. Dia tidak membalas ucapanku. Mungkin, ia sudah kembali ke kamarnya? Tapi, tunggu. Bukankah aku sudah mengunci pintu kamarku dan tidak mencabut kuncinya? Dari mana bocah itu bisa masuk?

Tepat saat aku sedang bergelut dengan pikiranku, kurasakan ranjangku melesak dan aku merasakan seseorang tengah berbaring di sisi ranjangku yang kubiarkan kosong. Oh, tidak. Apa-apaan ini? Batinku yang mulai ketakutan.

Aku belum berani untuk merubah posisiku yang menghadap tembok. Sungguh apapun itu, tolong jangan ganggu aku. Kumohon. Aku terus bergumam dalam hati. Lalu, aku merasakan helai rambutku yang di tarik dengan lembut, lagi. Okay, baiklah. Mari hadapi ini.

Aku berusaha membuang jauh-jauh rasa takutku. Aku memberanikan diri untuk merubah posisi tidurku, menghadap 'sesuatu' yang mungkin tengah berbaring di ranjangku. Aku hembuskan napas dan memejamkan mataku rapat-rapat, lalu mulai berbalik menghadapnya.

Baiklah, aku sudah menghadap ke arahnya, tapi aku belum membuka mataku. Oh ayolah, buka matamu. Aku terus merutuki diriku yang tidak berani membuka mata sampai saat ini. Tiba-tiba, kurasakan sebuah tangan yang membelai lembut kepalaku. Refleks, aku membuka mataku dan betapa terkejutnya aku saat melihat objek tepat di depanku. Dia, lelaki yang sangat aku rindukan saat ini tengah berbaring menyamping menghadapku, dan menjadikan sebelah tangannya sebagai tumpuan kepalanya.

Aku tidak mampu berkata-kata, sungguh. Sementara itu, dia terus membelai rambutku dengan lembut lalu berkata,

"Hai by, Apa kabar?"

Tes.

Air mataku meluncur dengan sendirinya.

Suara itu. Suara yang menjadi favorit ku. Suara yang amat sangat aku rindukan.

Dia terus menatapku dengan teduh, dan senyumnya, oh sungguh aku sangat merindukan pria ini, priaku.

"Mengapa hanya diam? Kau tidak merindukanku?" ucapnya lagi sambil mempout-kan bibirnya.

Him -KJH- |One Shot Stories| {✔️}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora