13. New Problem, Old Enemy

16.5K 818 1
                                    

Note:
Iya ini up lagi sekalian mau ucapin
Happy New Year 2018

Selamat membaca

......

"Sss..." Dario meringis perih sambil memegangi keningnya

Dario merasa kepalanya sangat penuh dan menyebabkan rasa pening yang luar biasa

'Hm? Kok kayak ada yang aneh' batin Dario

Dia menutup lagi matanya dan bayangan tentang dirinya ketika berumur satu tahun melintas, dia bisa melihat dengan jelas bayangan bagaimana ayahnya begitu menyayangi dirinya. Tanpa sadar seulas senyum terbentuk di bibir Dario. Dario membuka kembali matanya, ada perasaan hangat yang selama ini seolah hilang muncul di hatinya. Mata Dario tergerak ke arah ruang tunggu, ayahnya tidak ada disana, sedikit kecewa tapi dia tidak mempermasalahkannya

"Hm?" Dario menggumam heran saat melihat secarik kertas di atas meja di sampingnya. Dario mengambil kertas itu dan membaca tulisan tangan yang sangat dia kenali

Sudah aku bilang kan? Kamu belum siap... Kalau sudah bangun, jangan bertingkah aneh lagi. Langsung istirahat, kalau ada apa-apa panggil saja Marlyn. Ada Zack dan Allen di luar kamarmu. Kalau kamu merasa ada yang mengamatimu dari luar panggil saja mereka.

Dario tidak bisa menahan senyumnya. Tak peduli jika caranya tadi, kelakuannya sekarang sudah seperti anak gadis yang frustasi. Karena kenyataannya, dia memang sudah sangat frustasi untuk mengetahui apa yang terjadi padanya sebelas tahun yang lalu. Kenapa semua ingatannya menghilang tak berbekas, seolah ingatan itu tidak pernah ada disana. Tapi, hari ini dia mendapat semua jawabannya. Kekosongan di kepala dan hatinya sudah terisi kembali

"Hhh..." Dario menghela lega

Dia kembali memejamkan matanya dan memilih tertidur. Mungkin nanti dia akan meminta ponselnya dari bodyguards sang ayah

......

"Sudah bangun?" Tanya Ares saat dia memasuki kamar itu

Dario hanya mengangguk "sudah" jawabnya

Ares duduk di kursi kosong dan diam sambil menatap anaknya

"Dad" panggil Dario setelah beberapa menit berlalu dengan keheningan

"Hm?"

"Boleh Alex minta sesuatu?"

"Apa?"

"Bisa kesini sebentar?"

Ares mengernyit heran tapi, tetap berdiri dan mendekat ke ranjang Dario

Grepp

Mata Ares melebar saat tangan yang mulai berotot milik putranya memeluk pinggangnya erat sedangkan, wajah anak itu sudah tenggelam ke dalam dadanya

"Thanks" ucap Dario dengan suara teredam oleh dada Ares

"What for?"

"Semuanya. Semua yang sudah Dad lakukan dan berikan pada Alex sejak Alex masih kecil sampai sekarang. Dan maaf. Maaf karena Alex sempat melupakan semua itu, juga membangun sendiri benteng untuk menjauh dari daddy"

Mata Ares sedikit melebar mendengar ucapan putranya. Kedua tangan Ares terangkat untuk memeluk dan mengusap punggung Dario

"Jangan membuatku kaget karena, kabar buruk darimu! Bisa-bisa aku terkena serangan jantung karenamu!"

Dario terkekeh pelan, Ares pun ikut terkekeh. Dario ingat dia sangat menyukai tangan besar ayahnya dulu. Tangan besar sang ayah selalu memeluknya dengan erat dan memberikan kenyamanan. Selain itu, tangan besar sang ayah juga membuatnya merasa aman di dalam gendongan sang ayah

"Jadi, apa yang terjadi padamu dulu? Dan siapa dia?" Tanya Ares saat Dario sudah melepaskan pelukannya. Ares kembali duduk di kursi dan menatap Dario meminta penjelasan

"Dia Louis. Selama ini aku heran kenapa dia menatapku seperti orang yang aneh. Ternyata dia kaget melihatku masih hidup. Waktu itu, dia mengikutiku ke hutan, sampai di dekat tebing itu, saat aku berhenti dan bertanya kenapa dia mengikutiku, dia menjawab itu adalah kesempatan langka. Kesempatan untuk membunuhku. Karena takut, aku melangkah mundur dan terus mundur saat dia maju. Sampai akhirnya aku terhenti di ujung tebing, Louis menodongkan pistolnya padaku..."

Ares menahan kekesalannya mendengar cerita Dario. Dario sendiri hanya menunduk saat menceritakan hal itu

"Aku masih menantangnya saat itu" kekeh Dario

"Apa yang kamu bilang?"

"Aku? Aku bilang kalau dia menembakku, Daddy akan tahu. Padahal aku sendiri tidak yakin apa Daddy akan mendengar suara pistol itu atau tidak"

"Dia langsung menembakmu? Pistol itu sudah ditambah dengan peredam bunyi?"

Dario menggeleng

"Tidak. Alih-alih menggunakan peredam bunyi, dia malah mendekati Alex dan mencekik leher Alex. Mungkin itu yang membuat Alex trauma, terlebih ucapannya saat itu. Dia bilang "ini salah ayahmu. Salahkan dia atas kejadian ini. Ayahmu yang bertanggung jawab atas apa yang menimpamu! Ini salah Ayahmu" lalu, dia menempelkan pistol itu di pinggang Alex..." Dario memegang pinggangnya

"Dan menarik pelatuk pistol itu. Karena saat itu Alex hanya merasakan sakit dan panas Alex menjerit memanggil Daddy. Tidak peduli Daddy akan mendengarnya atau tidak. Louis melemparkan Alex ke bawah dan dia pergi begitu saja"

Ares menarik napasnya dalam-dalam. Pantas saja, peluru itu hampir tembus ke pinggang belakang Dario. Pantas saja, Dario begitu takut saat melihatnya, bahkan sampai mengusirnya

"Alex yakin, Louis masih akan memburu Alex. Terlebih setelah dia melarikan diri dengan membawa dokumen milik Grand pa..."

"Masalah baru lagi" gumam Ares

Dario mengiyakan ucapan ayahnya

"Hn. New problem, old enemy..."

[KDS #2] Xander'sWhere stories live. Discover now