13

103 14 0
                                    


" Berani beraninya kau membohongi papa?!" Tuan Min mendaratkan sebuah tamparan mendarat di pipi putih pucat milik Suga.
" Anak macam apa kau? Mengapa kau sangat susah di atur?!" Ucapnya lagi.

" Jangan Pa.." Nyonya Park, mamanya mencoba membela.

" Diam saja kamu." Tuan Min malah menjawab dengan bentakan.

Suga menunduk dan memegang pipinya yang me merah. Menahan air matanya.

" Kau itu bodoh atau apa hahh?!! Percuma uang papa hanya kau sia siakan. Percuma membayarkanmu sekolah mahal, les mahal. Kau malah bermain permainan tak berguna."

Kini yoongi mengangkat kepalanya sedikit.

" Aku menyukai permainan itu Pa... Itu hobiku.." Ucapnya dengan suara parau, ingin menangis.

" Carilah Hobi yang sedikit berguna. Main bola saja kerjaanmu itu. Lihat Yoongi, dia berhasil. Dia pintar, dia berbakat."

Suga mengepalkan tangannya. Air matanya mulai menggelinding menuruni pipinya.

" Jangan samakan aku dengan Yoongi hyung.. aku tau dia berbeda jauh lebih baik dariku. Tapi ini aku. Ini aku Pa.. biarkan aku menjadi diriku sendiri. Biarkan aku mencari jati diriku. Biarkan aku mendalami hobiku. Sesungguhnya Papa tidak pernah tau dan TIDAK PERNAH MAU TAU tentang aku kan?" Suga tersenyum remeh.

" Tidak sayang.... jangan salah paham nak.." Nyonya Park memeluk Suga erat.

" Papa menyesal memiliki anak sepertimu. Papa menyesal. Kau tidak tau diuntung Suga."

" Papa! Sudah dong." Nyonya Park mulai emosi.

Suga menatap mata Papanya. Tajam.

Sadar akan bicaranya yang terlalu kasar, Tuan Min berniat meminta maaf.

" Tidak perlu. Tidak perlu repot repot minta maaf. Papa benar. Aku memang tidak tau diuntung. Aku adalah parasit keluarga kalian. Kalian hanya menyayangi hyung, tidak denganku."

" Suga..." Di usapnya punggung anaknya. Nyonya Park ikutan menangis.
" Bukan begitu nak..."

" Kami memang terlahir di rahim yang sama, kami lahir di hari yang sama, kami menatap mata satu sama lain disaat sehabis dilahirkan, kami selalu bersama sama. Dengan kebersamaan kami ini bukan berarti kami memiliki sifat, hati, pikiran, dan hobi yang sama." Suga menarik nafas dalam dalam.

Pelukan mamanya semakin erat. Papanya diam. Yoongi? Ahh.. dia menguping dari kamar.

" Mungkin kelahiranku adalah sebuah kesalahan. Kalian hanya menginginkan Yoongi hyung. Benar kan?"

" Tidak Suga.. maksud Papa-"

" Berhentilah bersikap seperti ini Pa.. jujur saja jika memang tidak menyukaiku." Suga melepas tangan Nyonya Park yang memeluknya erat.

" Apa yang kau lakukan??" Tanya Mamanya.

" Maaf ma.. Suga ga bisa jadi anak yang baik buat Mama." Suga mengusap pungung tangan Mamanya lembut. Kemudian pergi ke kamar.

(Di kamar)
" Suga?? Apa yang akan kau lakukan??" Yoongi bingung karena Suga mengemasi barang barangnya.

Suga diam.

" Mau kemana kau??"

Masih diam.

" Hey kau dengar aku?" Hyung mu sedang bicara!"

Ditariknya tangan Suga.

" LEPASKAN HYUNG !!" Teriak Suga.

" Hey ada apa denganmu?"

Suga diam.

Ditariknya tangan adik kembarnya itu hingga mereka saling berhadapan.

" Apa sih Hyung!!" Suga menepis tangan Yoongi.

" Kau dengarkan aku bicara? Mengapa kau diam saja? Apa yang kau lakukan? Kau mau kemana?" Yoongi menurunkan sedikit nadanya.

" Kau tidak perlu tau aku akan pergi ke mana. Kau juga tidak perlu tau apa yang kulakukan. Diam saja. Bedebah."

Siapa yang tidak sakit hati? Seorang adik kembarnya mengatai bedebah. Yoongi menahan amarahnya. Adik kembarnya sedang kacau. Ia tau itu, dia mencoba untuk diam dan bertanya jika keadaan sudah normal.

" Menepilah hyung. Kau menghalangi jalanku."

Suga memasukkan pakaian dan barang2nya dengan tidak rapi ke dalam koper dan tas ranselnya.

" Kau tidak bercanda kan?" Yoongi menghentikan Suga sambil memegang pergelangan tangan Suga yang akan melanjutkan mengambil pakaiannya.

Lagi lagi Suga diam.

Yoongi tidak habis pikir dengannya. Ditariknya kerah adiknya, dan...

Sebuah tamparan mendarat di pipi Suga yang tadinya me merah sekarang mulai membiru.

Suga tetap tidak mengurusi Yoongi. Tetap mengemasi barangnya, mondar mandir sana sini.

" Hey kau dengarkan aku! DENGARKAN AKU BODOH!" Yoongi berteriak di depan wajah saudara kembarnya itu.

" Diam kau! Jangan menggangguku!"

" Dengar suga. DENGAR! Jika kau ada masalah selesaikan baik2. Ceritakan padaku. Bisa apa kau di luar sana? Lihat berapa usiamu. Mau jadi apa kau? Mau makan apa? Tinggal dimana? Mau jadi pengemis? Hah?!" Dada Yoongi naik turun. Ia tau saudara kembarnya ini keras kepala, hampir sama sepertinya. Hanya saja Suga lebih.

Suga diam sejenak menelan kata2 Hyungnya itu. Ruang kamar kembali hening. Hanya suara jam dan nafas mereka.

" Aku punya masalah banyakkk Hyung. Kau tidak akan membantu. Malah jika kau akan membantuku aku akan menyusahkanmu. Aku tidak mau kau terganggu. Benar kata Papa, aku ini anak tidak di untung. Menghabiskan uang Papa dan Mama tanpa memberikan hasil. Lihat kau. Sangat berbanding terbalik. Kau jauhhh sangat baik. Kau sempurna. Kau tau bagaimana hatiku hancur saat Papa membanggakanmu seorang. Bagaimana rasanya melihat Papa dengan bangga memajang pigura foto kelulusanmu saat sekolah dasar dengan senyum sumringah hingga otot pipinya kaku? Kau tau bagaimana hancurnya aku??"

Kini Yoongi terdiam. Mulutnya mengatup rapat. Menelan kata, kalimat yang diucapkan adiknya. Hatinya mencelos.

" Maaf-,"

" Tidak perlu minta maaf hyung... Selamat tinggal..."

Baechuuu

Don't Say Sorry[✔]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon