Kevin

777 136 64
                                    

berbicara tentang Kevin tak akan ada habisnya bagi sebagian murid di SMA Harapan Bangsa.

dari mulai persoalan Andra hingga Aldo, semuanya sudah bukan menjadi rahasia lagi.

laki-laki yang namanya masuk dalam daftar rentetan cowok most wanted ini juga tak pernah terlihat menggandeng perempuan lain.

sebagian ada yang ber-asumsi kalau Kevin masih belum move on dari bayang-bayang Karel.

sebagian juga ada yang mengira kalau Kevin sekarang mematok kriteria tinggi untuk mencari pasangan.

tidak ada yang tau pasti apa yang membuat cowok dengan watak rendah hati serta otak encer ini masih sendiri. yang jelas, banyak perempuan mengincarnya.

Pagi itu, seluruh petinggi ekskul baru saja mendemonstrasikan ekstrakurikuler di depan anak kelas sepuluh yang baru saja masuk di SMA mereka.

Kevin sedang berjalan di koridor. Masih dengan seragam basketnya.

Bukan karna ia malas berganti, namun setelah demonstrasi, ia sudah harus berlatih kembali untuk persiapan sebelum pertandingan terakhirnya sebagai Kapten di sekolahnya.

Masuk kelas 3, banyak persiapan yang harus dilakukan untuk masuk jenjang pendidikan lebih tinggi.

Dua jam setelah demonstrasi, Kevin masih berkeliaran dengan seragam basketnya.

Melewati koridor tempat ospek anak kelas sepuluh karna lapangan indoor yang digunakan untuk latihan, memang dekat dengan ruang ospek.

Tiba-tiba, seorang anak dengan seragam SMP, memakai topi kerucut, serta kuncir kuda poni berpita warna-warni memanggilnya dari arah belakang.

"Kak Kevin?"

Sontak Kevin langsung menoleh ke belakang.

Disana, sudah berdiri sosok Karen yang ternyata masuk ke SMA Harapan Bangsa.

Karen adalah adiknya Karel. Wanita yang sempat ditaksir Kevin. "Loh? Kamu masuk HB?"

Sebagai anak ospek, Karen merasa bangga karna telah memiliki banyak kenalan di SMA barunya, yang salah satunya adalah Kevin.

Hal tersebut mampu menarik perhatian anak lain yang sekarang sedang melihat ke arahnya.

Pasalnya, banyak adik kelas yang membicarakan Kevin setelah demo ekskul basket tadi pagi.

Apalagi kalau bukan karna Kevin ganteng.

Karen tersenyum. matanya terlihat berbinar saat Kevin masih mengenalinya. "kak Kevin kemana aja?" tanyanya. "udah lama gak main ke rumah, nih!"

Kevin menarik sebelah bibirnya ke atas. berusaha memberi kesan bahwa dirinya tersenyum selagi kepalanya memutar memori lama. "maaf ya, kebanyakan tugas soalnya."

semesta tahu kalau Kevin berbohong. namun ucapannya pada malam itu, saat menemui Karel di sebuah rooftop apartemen, tak akan bisa ia ingkari.

Karen mengangguk. meng-iyakan alasan Kevin. karna dalam sepengetahuannya, Kevin adalah anak cerdas. "Oh? Gak heran sih, udah kelas tiga kan ya?" Tanyanya. "ngomong-ngomong, lo keren pas tadi main basket." Karen kembali tersenyum. namun kali ini senyumnya lebih lebar.

Kevin kembali mengangkat satu garis dari sudut bibirnya. entah kenapa, Karen bisa menangkap kalau Kevin jadi sulit tersenyum. "makasih."

se-singkat itu.

hanya sebuah kalimat pendek yang ia lontarkan pada pujian Karen sebelum akhirnya Kevin mencari alasan lalu pergi meninggalkan Karen yang menatapnya penuh tanda tanya.

Karen memajukan bibirnya dua senti, ia mengangkat bahunya sedikit.

Kevin.

nama itu terpatri penuh dalam otak Karen. sejak hampir setahun lamanya, saat pertama kali Kevin turun dari mobil dan menolong dirinya dan Karel, sosok itu dapat mencuri perhatian Karen dengan sempurna.

meski pada akhirnya, Karen tau kalau Kevin memiliki rasa pada Karel. namun Karen percaya bahwa Kevin akan mengalah untuk Aldo.

dan kenyataannya, Kevin memang mengalah dan memilih untuk terluka.

luka karna cintanya bertepuk sebelah tangan.

Karen menarik nafasnya dalam. bukannya ia berpura-pura bodoh, tapi ia hanya menganggap kalau ia tak pantas untuk mengungkit masalah yang telah berlalu.

DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang