2

423 73 3
                                    

         

  Ketukan pintu pada pagi hari selalu mengagetkanku. Dengan senyumnya yang entah mengapa terlihat ajaib, ia membawakan sepotong roti dan segelas coklat panas. Sekarang, senyumnya kusantap bagai sarapan. Minggu-minggu ini, ada sesuatu yang baru, hal sederhana yang menyentil aktivitas sehari-hariku.
           

“Akhir-akhir ini kamu terlihat tampak lebih segar.” Rosé tersenyum sambil menepuk bahuku.
           

Rosé?  Hey, aku belum mengenalkan nama wanita ini padamu. Rosé itu si wanita penggalau yang selalu kutertawai isi tweet-nya, si wanita yang selalu bermesraan dengan banyak pria di media sosial. Wanita yang begitu jijik kusebut namanya, kudekati sosoknya, dan kudengar suaranya.
           

Disapa seperti itu, aku hanya membalas dengan senyum dingin, “Cuma perasaan kamu aja kali.”
           

“Kita kelas jam berapa, ya? Siang, ya? Jam dua kan?”
           

Aku mengangguk singkat.

Sikapku sengaja kubikin kaku dan dingin karena aku begitu tahu bagaimana gelagat wanita ini. Selain wanita penggalau, ia tentu saja membagi hatinya untuk banyak pria.

Caranya bermesraan dengan banyak pria di dunia maya layaknya ia adalah wanita paling terlatih untuk mencumbu dan menyembulkan rindu. Aku sungguh tahu, wanita seperti dia adalah penggoda yang akan pergi ketika tahu pria yang sempat ia sukai tak sehebat yang ia ketahui.

“Dua minggu di Apartment ini, rasanya aku mulai akrab pada banyak orang. Termasuk sama kamu June”

Aku terbatuk di sela-sela saat aku meminum coklat panas buatannya.
“Kenapa? Nggak enak? Nggak biasanya kamu batuk.”

Ia tertawa sebentar, kemudian dahinya berkerut, ia menepuk bahuku dan membasuh bibirku dengan tissue miliknya.

Ada apa sih, dengan wanita ini? Mengapa ia begitu baik meskipun sikapku sudah begitu kaku dan dingin padanya? Aku bertanya-tanya dalam hati, bahkan aku tak bisa melawan ketika ia menyentuh tubuhku dengan jemarinya yang hangat dan berbeda. Aku juga salah tingkah, ketika ia tertawa karena ulahku.

Mengapa wanita ini tak sesialan yang kukira?

Aku sudah cerita soal ini? Sekarang, aku juga tak tahu mengapa perbincanganku dengan Rosé  seringkali menggunakan panggilan ‘aku’ dan ‘kamu’. Panggilan yang harusnya ditunjukan hanya untuk dua orang yang punya kedekatan.

Mengetahui kenyataan ini, aku juga jijik. Ditambah lagi panggilan itu kutunjukkan untuk Rosé, wanita penggalau yang mudah bermesraan dengan banyak pria di dunia maya.
Setelah tinggal di samping Kamar Apartment yang kutinggali, Rosé  mengubah  banyak hal.

Ia mewarnai waktu sarapanku setiap hari dan mengubah waktu malamku dengan percakapan-percakapan singkat ditemani teh serta angin malam.

Rosé mengubah banyak hal. Aku tak tahu, Rosé yang satu ini apakah adalah sosok yang sama, sosok yang dulu begitu jijik untuk kudekati dan kuketahui jalan hidupnya.


Rosé kini menjelma jadi apapun di kepalaku. Jadi lugu. Jadi malu. Jadi candu. Jadi rindu.

Jangan Pergi  | June°Rosé✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang