Bagian 1

28 5 0
                                    

Lybea, kembali menjalani rutinitasnya yang membosankan untuk ukuran seorang gadis di zamannya.

Berkutat dengan dokumen menyebalkan disore hari yang dingin ini, membuat kepalanya seakan ingin meledak.

"Tolong ini ya, aku akan pergi kencan dengan pacarku." Larie meletakkan setumpuk dokumen dimeja Lybea yang bahkan masih terdapat beberapa tumpukan dokumen yang berceceran.

"Hei! Kau bekerja dan digaji disini, kenapa menyerahkan semua pekerjaan sialanmu kepadaku ha!" Tentu saja Lybea merasa marah karena diperlakukan semena mena.

"Hei, kau itu hanya karyawan baru jadi jangan belagu dan cepat kerjakan." Larie pergi dengan meliukkan pantatnya persis seperti bebek berjalan.

"Gak sudih gue!" Lybea melemparkan semua berkas Larie, sehingga dokumen itu tersebar berantakan. "Hah, liat aja apa yang akan terjadi sama cewek belagu kayak lo." Lybea tersenyum miring meremehkan.

Lybea kembali memfokuskan dirinya untuk mengerjakan tugasnya dan segera pulang, karena saat ini ia amat merindukan kasur-nya.
______________
"Bagaimana kalau kita menyewa salah satu kamar sayang." Wanita berambut merah dan berpakaian kurang bahan itu sedang mencoba merayu lelaki tampan dihadapannya.

"Kau lebih baik menjadi badut pasar malam dari pada harus menghangatkan ranjangku." Lelaki itu pergi meninggalkan perkataan pedas kepada wanita berambut merah itu, yang saat ini sedang mengepalkan kedua tangannya menahan amarah.

"Woi Gie!" Merasa namanya dipanggil lelali itu menolehkan kepalanya kebelakang melihat siapa yang sedang menyapanya.

"Kau tetaplah Gielan O'simon sipenakluk sekaligus pematah hati wanita, right"

"Shut up Rey." Gie memutar bola mata malas menatap perilaku berlebihan temannya.

"Hey liatlah kau terlalu merendah" Rey tersenyum mengejek kearah Gie yang sedang menyesap wine-nya.

"Apakah tidak ada wanita yang mau dengamu hingga kau terus mengrrcokiku."

"Whoho Gie dan segela perkataan level cabe-nya. Kau tau bahkan tanpa kusuruh para wanita itu sudah menempel padaku seperti lintah."

"Hah, playboy ulung. Lalu ada urusan apa ? Cepat katakan dan jangan bertele tele."

"Apakah kau yakin akan menggantikan posisi ayahmu di London?"

"Yah, mau bagaimana lagi. Dia sudah memberikan beberapa anakan perusahaan pusat kepadaku, jadi mau tidak mau aku harus melaksanakannya bukan."

Rey tau bahwa sahabatnya ini tidak begitu tertarik dengan dunia bisnis, dan membuatnya sedikit khawatir dengan keadaan sahabatnya itu. Tapi Rey tak dapat meremehkan Gie yang memiliki otak besar.

"Dan kau sudah memiliki asisten?"

"Ayahku sudah menyiapkan segalanya dan aku hanya perlu duduk manis dan mengamati perkembangan perusahaan itu." Gie menyesap wine nya untuk kesekian kali.

"Baiklah, aku pergi dulu untuk mencari mangsa."

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk datang menghampiriku." Rey hanya mampu berdecak malas menatap sahabatnya lalu melenggang pergi seperti yang dikatakannya.

Gie menatap wanita yang menduduki kursi yang tadi diduduki Rey dengan pandangan malas. "Apakah kau butuh sesuatu." Wanita itu mengarahkan jari telunjuknya kedada bidang milik Gie dan menggerakkannya dengan sensual.

"Aku hanya butuh sendiri dan pergi tinggalkan aku sendiri jalang sialan." Gie menepis kasar tangan wanita itu lalu berlalu pergi.

"Sekali aku menginginkan seseorang, maka dia harus menjadi milikku." Wanita itu tersenyum miring menatap punggung Gie yang mulai menjauh dari pandangannya.

Strange CoupleWhere stories live. Discover now