Extra versi retjehan djaman doloe

4.7K 383 33
                                    

"Pak, maaf Pak..."

Bram membalikkan tubuhnya kepada orang yang baru saja memanggilnya. Dia agak bingung karena sekarang ada troli penuh dengan bungkusan plastik yang berisi bungkusan sosis gulung yang beraneka ragam itu.

"Pak, ini punya anak bapak ketinggalan..."

"Anak saya?" Tanya Bram tidak yakin.

Pria dengan seragam putih itu mengangguk lalu menyerahkan kembalian kepada Bram dan juga satu buah kartu bergambar tazmanian devil berisikan nama anaknya, "Ini punya anak bapak..."

"Hah?" Bram melirik Keira yang berada dalam gendongannya, "Kei, kamu habis ngapain?"

"Beyi sosis..." dengan beberapa kali memuncratkan air liurnya

"Kenapa banyak sekali?"

Keira memainkan jarinya, "Tu beyi wat Mama, Abe, Eya, Baya, Atu, Papa, Oma, Opa, Oma, Opa, Om Go, Nte Yef, Om Val. Atu, Atu, Atu, Papa, Mama, Mama---"

"Stop..." Bram menegur putrinya kemudian beralih bicara kepada pegawai yang mengantarkan trolinya, "Anak saya beli berapa? Kenapa banyak sekali?"

Pegawai itu nampak gugup tapi menjawab pada akhirnya. "Tadi katanya mau beli satu juta..."

"Satu juta....??????" Bram menoleh kepada putrinya yang menganggukkan kepala, "Satu juta Keira? Kamu tau sosis gulung satu juta sebanyak apa?"

"Tapi ternyata anak bapak lupa kartunya jadi hanya kasih selebaran uang dan dia minta seratus tusuk..." jelas pegawai itu dengan mengecilkan volume pada akhirnya

Keira mengibaskan rambutnya dan memainkan tangannya dengan gemulai, "Tan nda papa, Papatu. Papa nda punya manyi tu baay dadi tu beyi wat temua tatu duta (Kan gak apa-apa, Papaku. Papa ndak punya money to buy, jadi ku beli buat semua satu juta)"

Beberapa orang memandangi mereka. Termasuk pegawai yang sudah menunduk beberapa kali memberi salam dan meninggalkan anak dan ayah itu.

Bram berdehem dan kemudian meletakkan putrinya di dudukan troli. "Keira, Papa... Hhhh..."

Keira mengedikkan bahunya, "Mpet Papa takda tas biyu, tu patai wang Oma beyi, ni kartu tu duda ada ang yin (Dompet Papa tidak ada kertas biru, ku pakai uang Oma beli, ini kartu ku juga ada yang lain)" Keira mengeluarkan satu kartu berwarna emas yang semakin membuat Bram tercengang

Seingatnya, Jillia dan dirinya tidak pernah meletakkan dompet mereka sembarangan. Lalu darimana anak kecil ini mendapatkannya? Bram menelan ludah mengingat Jillia yang bisa saja marah kepadanya.

"Papa nda nya wang, tu halus tati Papa wang. Papa wang ada? (Papa ndak ada uang. Ku harus kasi Papa uang. Papa ada uang?)" Keira menatap ayahnya yang sudah memijit keningnya

"Keira..." Bram mendesah dengan pelan.

"Mpet Papa song dadi Papa nda da wang. Tu tatdi jajan nyak, tu uga nya taltu yip Papa Mama... (Dompet Papa kosong jadi Papa ndak ada uang. Aku tadi jajan banyak, aku juga punya kartu mirip Papa Mama)"

"Iya sayang, Papa punya uang sayang. Cuma bayarnya pakai kartu..." Bram mendesah dan menyapa beberapa orang yang sudah tertawa melihat dirinya. "Kamu ini..." cubit Bram dengan gemas ke pipi gembil Keira

"Ote. Tu mo puyang..."

Sepertinya hari ini Bram harus memastikan dari mana putri ketiganya ini mendapat dua macam kartu atm dan selebaran uang bergambar soekarno-hatta. Karena jujur saja, Keira berpikir dia tidak punya uang? Ya ampun. Tau dari mana anaknya ini uang?

...

"Wow! Apaan ini? Banyak amat..." tanya Argo kepada adiknya. Pria itu menurunkan Akaela yang segera berlari menghampiri Keira lalu mereka berceloteh panjang lebar

I G E NNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ