Chapter 1

902 88 12
                                    

“Pelan-pelan, Ar.”

Alyssa menaruh tangan kanannya di pundak Archie, bermaksud membantu lelaki itu untuk berjalan. Tangan kirinya ia gunakan untuk menggenggam tangan Archie yang sepertinya kesakitan karena cedera di lutut kirinya. Sungguh ia tidak tega melihat salah satu rekan atau mungkin bisa dikatakan sahabat baiknya dalam keadaan seperti ini.

“Seharusnya tadi kau mendengarkan perkataanku. Kondisimu itu belum sepenuhnya fit, karena kau terlalu memaksakan diri jadinya seperti ini lah,” ujar Alyssa yang lebih terdengar seperti omelan. “Aku jadi menyesal menuruti kemauanmu.”

Archie hanya diam seraya menatap Alyssa yang sedang membantunya berjalan, posisinya saat ini membuat wajahnya dan wajah Alyssa berjarak cukup dekat. Menyadari di tatap oleh Archie dengan jarak yang cukup dekat membuat Alyssa sedikit gugup. Ia memukul lengan kiri Archie pelan, berusaha mengurangi kegugupannya, “Aku berbicara denganmu, bodoh.”

Archie meringis pelan, bukan karena pukulan Alyssa, tetapi karena cedera di lutut kirinya. “Aku ini sedang sakit, bodoh. Bisakah kau diam?”

Mendengar ucapan Archie membuat Alyssa mendengus kesal. Ia tahu Archie tidak benar-benar menyuruhnya diam, tetapi tetap saja ia tidak suka saat ada seseorang yang menyuruhnya diam.

Whatever, stupid.”

Setelah itu Alyssa tidak lagi berniat untuk membuka suara. Ia juga mengerti kondisi Archie yang sedang menahan rasa sakitnya, ia tidak mau menambah rasa sakit itu hanya karena ocehan-ocehan tidak pentingnya. Setidaknya hanya untuk saat ini.

“Nah, lebih baik sekarang kau berbaring di sini,” Alyssa memapah Archie hingga lelaki itu duduk di tempat tidur yang berada di ruangan yang bisa dikatakan sebagai ruang medis yang berada di stadion St. Andrew’s ini. Stadion yang tak lain merupakan milik klub Birmingham City, yang merupakan klub tempat Archie bermain saat ini sebagai seorang pesepak bola professional.

“Aku akan mengambil hasil pemeriksaanmu tadi, kau tak apa aku tinggal sendiri di sini kan?”

Archie mengangguk pelan, “Tidak masalah. Lagipula aku juga butuh ketenangan agar rasa sakitnya tidak terus bertambah. Ya, walaupun hanya untuk beberapa menit.”

Refleks Alyssa melempar bantal yang berada di dekatnya ke wajah Archie dan langsung berjalan keluar dari ruangan itu. Ia tidak habis fikir bagaimana bisa lelaki itu tetap menggodanya sekalipun dalam keadaan yang cukup---sangat menyiksa bagi dirinya.

*

“Untuk apa kau kesini?”

Sangat jelas terasa atmosfer yang tercipta antara Archie dan Harry sangatlah canggung. Kedua lelaki yang memiliki wajah sangat mirip ini---bahkan sama hanya saling diam tanpa ada sepatah katapun yang terucap. Hanya pertanyaan Archie yang baru saja terlontar yang bisa terdengar di ruangan ini.

“Mom yang menyuruhku,” jawab Harry singkat.

Well, seharusnya kau tidak perlu menurutinya.”

Harry sama sekali tidak memperdulikan ucapan Archie dan hanya melanjutkan kegiatannya menyusuri setiap sudut ruangan medis ini. Jujur ia sama sekali tidak berniat untuk melihat kondisi Archie. Apa pedulinya. Sekalipun tadi ia melihat secara langsung melalui televisi bagaimana Archie harus menghentikan pertandingan karena terkena tackle yang cukup keras oleh lawan, ia sama sekali tidak peduli.

Hubungannya dengan Archie memang tidak bisa dikatan baik. Ia tinggal satu rumah dengan Archie tetapi untuk berbicara dengannya saja masih bisa dihitung oleh jari. Kesibukan masing-masing mungkin menjadi salah satu alasan keduanya tidak pernah berhubungan baik. Tetapi di samping itu, Harry mempunyai alasan tersendiri mengapa dirinya tidak begitu menyukai Archie, sekalipun Archie adalah saudara kembarnya.

Different StylesWhere stories live. Discover now