Chapter 2

661 77 15
                                    

Semburat pias di wajahmu masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya. Percikan rindu yang ku desak untuk mati menyeruak melumpuhkan lobus frontalku. Tidak ada rasa apapun ketika mata ini menangkap siluetmu. Yang aku yakin, hati ini tetap merindu.

.

.

Mulai hari ini sepulang sekolah setiap hari Selasa sampai Jumat klub tenis meja mulai efektif ekstrakulikuler. Ini adalah hari pertama klub itu mengadakan ekstra. Tidak seperti klub lain yang masih mengadakan seleksi untuk anggota baru, klub tenis meja yang hanya memiliki tiga pendaftar baru dan salah satunya adalah siswa tingkat dua langsung melakukan permainan santai di aula.

Changmin sebagai ketua klub memimpin perkenalan singkat di klubnya.

“Annyeonghaseyo, Lee Jonghyun imnida. Aku dari kelas X-2. Motivasiku mengikuti klub ini karena aku hanya ingin. Mohon bantuannya,” ucap Jonghyun sambil membungkuk di akhir kalimat. Dua seniornya –Changmin dan Henry– cengo mendengar jawabannya perilah motivasi mengikuti klub itu. Sedang Kyuhyun terkekeh kecil mendengarnya sambil tetap fokus dengan rubik yang ia mainkan.

“Annyeonghaseyo, Choi Minho imnida. Aku dari kelas yang sama dengan Jonghyun, X-2. Motivasiku mengikuti klub ini karena Jonghyun juga mengikutinya jadi aku ikut. Mohon bimbingannya,” namja bernama Minho itu tersenyum lebar setelah membungkuk sesaat. Changmin dan Henry semakin ingin salto mendengar jawabannya di pertanyaan yang sama dengan Jonghyun. Tapi Kyuhyun justru tersenyum miring sambil memandang adik tingkatnya itu.

“Annyeong, Park Kibum imnida. Aku ada di tingkat dua sama dengan kalian, XI-4. Semoga kalian menyukaiku,”

“Huuuuaaaa,” teriak Changmin tepat setelah ucapan Kibum terhenti, membuatnya mengurung niat untuk membungkuk. Henry yang berdiri di sampingnya mundur setelah tersentak akibat suara melengking itu.

“Kenapa motivasi kalian masuk ke klub ini receh sekali? Apa kalian pikir ini klub mati? Kita membutuhkan anggota baru untuk mengukir prestasi dan memajukan klub ini,” teriak Changmin pada ketiganya yang memandang ia aneh.

“Tapi kupikir klub ini memang sepi,” celetuk Minho membuat Changmin langsung membenturkan kepalanya ke meja tenis dan meraung di sana. Para anggota baru dengan Kyuhyun dan Henry merapatkan diri pada Changmin yang terlihat frutasi dan memandanginya iba.

.

.

“Kyu, mau pulang bersama?” tawar Changmin. Saat ini mereka tengah berada di ruang loker untuk ganti baju.

“Gomawo Chwang, tapi aku bawa sepeda hari ini,” tolak Kyuhyun halus membuat Changmin memanyunkan bibirnya sesaat.

“Geure, aku pergi dulu,” pamit Changmin. Kyuhyun segera mengeluarkan sepedanya, bersiap menaikinya.

“Chogi,” ucap seseorang membuat Kyuhyun mengurungkan niat. “Kyuhyun-ssi, apa kau buru-buru pulang?” Kyuhyun berjengit kaget ketika suara itu kembali terdengar dan dengan mudah ia kenali. Ia menoleh dan mendapati Kibum disana.

“Tidak juga. Ada apa?” tanya Kyuhyun sembari memarkir sepedanya lagi.

“Aku hanya ingin bertanya satu hal padamu, apa tidak masalah?” tanya Kibum sedikit ragu.

“Tanyakan saja, kujawab sebisaku,” jawab Kyuhyun santai. Tapi sebenarnya tidak sesantai kelihatannya. Jemarinya yang menggenggam sadel sepeda sedang ia remas semaunya. Debaran di jantungnya juga terdengar tak berirama. Tidak, dia tidak sedang jatuh cinta. Hey, Kyuhyun itu normal. Kalian hanya belum tau ada apa dengan dirinya.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” pertanyaan sederhana Kibum mampu membuat Kyuhyun menegang. Dadanya terasa panas dan sesak.

“Kenapa kau berfikir begitu?” Damn. Jawaban macam apa itu Cho. Kyuhyun terlihat mengontrol emosinya yang begitu kuat untuk menangis. Hey, apa dia sedih dengan pertanyaan receh seperti itu?

“Tidak, hanya saja. Kau terlihat tidak asing bagiku. Tapi aku tidak ingat sama sekali,” keluh Kibum kemudian. Hati Kyuhyun mencelos. Berkacalah Kim, kau akan tau, batinnya.

"Mungkin hanya mirip, kadang kita pernah bertemu orang-orang yang mirip," jawab Kyuhyun sedikit tergagap.

"Yah, mungkin benar," gumam Kibum namun masih terdengar oleh Kyuhyun. "Baiklah, aku pergi dulu. Kau berhati-hatilah di jalan Kyuhyun-ssi," Kibum berjalan meninggalkan Kyuhyun setelahnya.

Remasan jari Kyuhyun mulai mengendur. Terdengar deru nafas yang sedikit tersengal dari mulutnya. Sedetik kemudian ada yang luruh dari netranya. Ia segera menghapus dengan kasar buliran yang terus menetes. Lalu dengan cepat mengayuh sepedanya meninggalkan sekolah.

🌵

Kibum menyandarkan punggungnya pada dinding halte. Tangannya terangkat meremat dadanya. Nafasnya memburu. Ia masih tidak paham ada apa dengan dirinya. Ia yang berbinar saat pertama melihat Kyuhyun meski tak mengenalnya. Ia yang merasa bahagia namun miris di saat bersamaan. Ia berusaha memastikan siapa Kyuhyun, namun debaran jantungnya lah yang menjawab. Kyuhyun pasti seseorang dari masa lalunya, dan Kibum harus tau siapa.

"Kibumie," Kibum tersentak dari pemikirannya saat sebuah suara dilanjutkan klakson terdengar olehnya.

"Appa," lirihnya mengetahui pemilik suara.

"Cepat masuk," Kibum segera melakukan perintah ayahnya dan memasuki mobil.

"Kenapa kau berdiri di sana? Untung appa melihatmu tadi," tanya Park Jungsoo -ayah Kibum sembari melajukan kembali mobilnya.

"Naik bus seperti biasa. Hyung juga bilang tidak jadi menjemput. Kenapa justru appa yang datang?"

"Appa selesai tugas, ingin lewat siapa tau bisa menjemputmu sekalian. Tidak taunya hyungmu juga mau menjemput, untungnya tidak jadi," jawab Jungsoo terkekeh setelahnya.

Kibum hanya membalas dengan senyum tipisnya. Setelahnya keadaan mobil hanya diisi suara deruman mesin mobil. Jungsoo kembali fokus menyetir dengan mengusir rasa kantuknya sedang Kibum memilih memandang luar melalui jendela.

🌵

"Park, ya," Kyuhyun menatap kosong langit-langit kamarnya. Ingatnya kembali berputar ketika Kibum memperkenalkan dirinya di klub tadi. Park Kibum, katanya.

"Chh," senyum miris terukir di bibirnya. Jemarinya perlahan meremas kertas di genggamannya.

"Kyuhyunie, ayo makan malam. Ada teman hyung juga," Kyuhyun terperanjat mendengar teriakan nyaring kakaknya.

"Ne hyung," jawab Kyuhyun ikut berteriak. Ia segera beranjak menuju meja belajarnya, menyimpan kertas itu di laci dan menguncinya.

-

"Ck kukira teman siapa taunya Siwon hyung," decak Kyuhyun kala mengetahui siapa teman Donghae yang ikut makan malam itu.

"Hei padahal aku membawa jajjangmyeon untukmu tapi kau malah seperti itu," sedih Siwon berpura-pura.

"Heleh, pasti juga tetap kau berikan padaku,"

"Iyalah, kan memang untukmu," Donghae tersenyum melihat interaksi akrab adik dan temannya. Ia membawakan lobak dan air untuk melengkapi makanan mereka.

Ketiganya makan dalam damai. Hanya sesekali Siwon melempari candaan yang dibalas sarkas oleh Kyuhyun dan dihadiahi tawa Donghae.

"Oh ya Kyu, ada murid baru di sekolahmu?" tanya Siwon saat mereka telah selesai makan. Donghae tengah mencuci piring di dapur.

"Banyak hyung, kan ini tahun ajaran baru," jawab Kyuhyun sambil meminum banana milknya.

"Bukan, maksudku murid pindahan sepantaranmu, ada kan?" Kyuhyun terlihat berpikir sambil tetap meminum susunya. "Park Kibum, dia itu adikku,"

-tbc-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIPHYLLEIA GRAYI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang