Chapter 3

750 77 32
                                    

Hari ini aku bangun terlalu pagi. Ketika aku membuka mata dan melihat layar ponselku, jam masih menunjukkan pukul 4. Karena tak bisa tidur lagi aku memilih membersihkan rumah dan membereskan sisa barangku yang belum aku letakkan dengan benar.

Saat ini jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5.30 ketika aku baru selesai memasak sarapan Sasuke. Walaupun dia bilang tak ingin di buatkan, aku tetap akan membuatkannya. Sasuke itu laki-laki, dan seperti laki-laki lainnya dia tak bisa memasak.

Aku ingat dahulu pernah dibuatkannya ramen sebagai hadiah ulangtahunku. Tapi rasanya sungguh mengerikan. Mienya terlalu mengembang, kuahnya tak ada rasa sama sekali, dan dia memcampurkan ramen dengan segala sayuran. Sekali lagi segala sayuran. Dan itu adalah ramen paling mengerikan yang pernah aku tahu.

Aku menghela napas saat mengingat hal tersebut. Tanganku kembali bergerak untuk membungkus sandwich yang aku buatkan untuknya. Setelah memastikan sandwich itu aman didalam lemari es. Aku membuat note yang aku tempelkan diatas sandwich tersebut.

Aku kembali kedalam kamar dan meregangkan kedua tanganku. Sedikit lelah memang, tetapi melihat kamarku tertata rapi dapat menghilangkan lelahku. Tetapi ketika pandanganku jatuh pada sebuah rak buku yang kosong, aku menjadi merindukan semua novel dan komik ku dirumah. Sangat disayangkan aku tak dapat membawanya kemari, jika aku bawapun aku yakin lemari ini tidak akan cukup.

Aku merindukan tumpukan novelku. Semoga mereka tak diusik oleh setan wanita dirumah. Lagipula kamarku ku kunci jadi itu akan mencegah mereka masuk kedalam kamarku. Semoga.
.

.

.
Aku merasa pusing sekali. Setelah tadi seorang dosen yang mengenalkan dirinya sebagai Orochimaru sensei mengenalkan bagaimana kami akan belajar di kampus ini. Tampilannya menyeramkan dan mengingatkan aku pada ular. Dia memberikan ceramah panjang pada kami para mahasiswa baru.

Aku pandang sekelilingku yang di dominasi oleh perempuan. Memang sangat jarang laki-laki yang memilih masuk di prodi keperawatan seperti ini. Mereka mulai membentuk kelompok dan berbicara dengan suara sedikit nyaring, membuat telingaku sakit saja.

"Hai kau sendiri?" seorang laki-laki berambut merah menghampiriku. Si merah ini apa tak lihat kalau aku sedang sendiri, mencoba basa basi huh!

"Seperti yang kau lihat"

Si merah ini tersenyum, "namaku Gaara, Sabaku Gaara" tangannya terangkat di dekat wajahku. Kupandangi tangan itu sebentar dan mengalihkan ke wajahnya yang bisa kubilang tampan. Mau tak mau aku menilai penampilan laki-laki bernama Gaara ini.

"Naruto, Namikaze Naruto" pada akhirnya aku membalas uluran tangannya.

Tanpa kusadari kami mengobrol asik sekali, tahu-tahu saja obrolan kami berjalan begitu saja dan aku merasa nyaman dengan Gaara. Ketika kami sadar, hanya tinggal kami berdua yang berada di dalam kelas. Aku tertawa karena kebodohan kami.

Karena aku sedikit lapar, Gaara mengajakku ke kantin kampus. Beberapa kali aku tertawa mendengar lelucon garingnya. Gaara mengajakku pergi untuk mencari buku referensi. Awalnya aku menolak, lagipula buat apa juga kuliah belum benar-benar dimulai.

Gaara tersenyum mendengar alasanku. Sayangnya dia pintar memberikan alasan, dan alasannya juga masuk akal. "Kita hanya mempersiapkan alat belajar kita Naru, kalau kau mencarinya nanti aku yakin kau akan sangat kebingungan" itu masuk akal bukan? Pada akhirnya aku mengangguk, ada sedikit rasa kesal di hatiku. Dan reaksi Gaara hanya tersenyum maklum melihatku.

"Kau manis sekali" Gaara mengusap rambutku gemas. Aku tak berusaha menghindarinya, karena aku suka jika kepalaku diusap seperti itu. Itu menandakan dia sayang padaku. Eh sayang?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 12, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Shinjite KudasaiWhere stories live. Discover now