2

14.9K 872 8
                                    

  "Mengenalmu secara tiba-tiba dan jatuh cinta kepadamu tanpa terduga. Maaf, itu semua di luar kendaliku."

*****

Pagi sudah menunjukkan jam 06.50. Aleta pun bergegas berangkat ke sekolah karena 10 menit lagi pintu gerbang akan ditutup. Tidak membutuhkan waktu lama agar Aleta sampai ke sekolah karena rumahnya hanya berjarak 200 meter dari sekolah. Waktu yang di perlukan hanya sekitar sepuluh menit saja.

Aleta paling anti jika harus dihukum karena datang terlambat. Selain dikenal sebagai siswa berprestasi, Aleta juga masih menjabat sebagai sekretaris OSIS. Jadi sebisa mungkin dia harus menjadi contoh yang baik untuk murid-murid lainnya.

"Al, lo tau gak kemarin gue suruh kirim salam ke Devan sama Rangga. Gue senang banget kalau Devan balas salam dari gue," ucap Dinda semangat saat Aleta baru saja memasuki kelas dan duduk di kursinya.

"Oh baguslah kalau gitu, jadi lo udah hampir bisa kenalan dong sama Devan. Gue harap semuanya berjalan sesuai rencana lo, kasihan juga kelamaan jomblo yang ada asik halu," jawab Aleta.

Aleta pura pura tersenyum di depan Dinda padahal ada sedikit rasa perih di hatinya yang belum dia tau apa artinya. Namun dia tidak mau merebut gebetan sahabatnya sendiri, karena dalam kamus hidup Aleta dia tidak akan pernah mengambil pacar sahabatnya sendiri apalagi menikungnya. Itu bukan Aleta banget, dan Aleta percaya kalau Dinda lah yang pantas mendapatkan hati badboy itu.

"Aduh, Din. Lo kayak gak ada cowok lain apa? Selain harus adik kelas yang tingkahnya kayak berandalan itu? Banyak cowok di dunia ini, lagian si Zain masih setia nungguin lo. Dia juga belum move on dari lo, mendingan lo balikan sama dia deh," ujar Aluna yang baru saja datang.

"Aduh Aluna ku sayang. Gue gak mau tuh balikan sama mantan, cuma cewek lemah yang mau balikan sama mantan. Lagian cowok di dunia ini bukan Zain aja 'kan? lagian gue udah ketemu pengganti Zain yaitu Devan," ucap Dinda.

Perdebatan itupun terus berlanjut antara Aluna, Dinda, dan juga Faya yang baru tiba di sekolah sedangkan Aleta memilih untuk diam.

Aleta terlalu malas ikut campur permasalahan orang lain. Dia saja sudah terlanjur pusing untuk semua beban yang ditanggung sampai saat ini.

*******

Jam istirahat

Dinda, Aluna, Faya, dan juga Aleta sudah membeli jajanan dan mereka memutuskan untuk duduk di depan kelas.

Kantin terlalu ramai hari ini, malas juga membuang waktu untuk berdesak-desakan. Bukannya menikmati makanan dengan tenang. Yang ada mereka hanya akan berkeringat di sana.

Memilih duduk di depan kelas adalah pilihan yang terbaik, apalagi di depan kelas XII IPA 1 terdapat pohon yang rindang. Sangat nyaman untuk berada di sini dan menikmati semilir angin yang menerbangkan beberapa helai rambut.

Saat Aleta dan ketiga temannya sedang asik memakan siomay. Terlihat Devan yang berjalan ke kelas XII IPA 5, dia tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Aleta.

Aleta yang melihat apa yang baru saja dilakukan oleh Devan langsung menoleh ke arah Dinda, dan untung saja Dinda tidak melihat kejadian yang hanya berlangsung beberapa detik itu.

Devan pun duduk di depan kelas XII IPA 5 bersama teman temannya. Diantara sekumpulan cowok-cowok yang berada di sana, hanya Ilham saja yang dikenali oleh Aleta.

Apa mereka sengaja duduk di depan kelas Xll IPA 5 karena berhadapan dengan kelas XII IPA 1? Lalu untuk apa melakukan hal tersebut, Aleta bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

Devan terus saja memerhatikan Aleta yang membuat perasaan gadis itu menjadi campur aduk dalam seketika. Ada rasa yang memang belum Aleta ketahui tentang apa sebenarnya.

Aleta memutuskan masuk ke kelas saja untuk menghindari kontak mata dengan Devan, karena rasanya memang sangat tidak nyaman.

Saat Aleta masuk Dinda juga ikut masuk ke kelas dan dia bertanya sesuatu yang membuat jantung Aleta seperti berhenti berdetak beberapa detik. "Al, lo suka juga ya sama Devan?" tanya Dinda.


Aleta tampak berpikir sebentar, apa Dinda melihat kejadian barusan? Lalu bagaimana sekarang? Aleta harus apa untuk membuat sahabatnya yakin, bahwa persepsi Dinda kali ini salah.

"Hah, gue suka sama Devan?" Aleta tertawa keras yang malah terdengar garing. "Aduh, Din. Mana mungkin gue suka sama Devan. Lo tau sendiri 'kan gue gak mau rebut orang yang membuat sahabat gue jatuh cinta, lagian Devan cocoknya sama lo kok. Bukan sama gue," jawab Aleta meyakinkan Dinda.

"Jadi lo beneran gak suka sama Devan? Atau jangan-jangan Devan lagi yang suka sama lo? Soalnya tadi gue liat Devan senyum-senyum ke arah lo terus. Tapi lo malah cuek dan gak merhatiin Devan. Kalau emang Devan suka sama lo, gue bisa mundur kok. Lagian cinta itu gak harus memiliki 'kan," jawab Dinda.

"Din, percaya deh. Gue gak akan mau khianatin lo sekalipun barusan katanya Devan kelihatan suka sama gue. Lo ingat kan pas gue suka sama Alvin tapi dia lebih memilih Aliya dan gue bisa kok lupain Alvin. Lo emang sahabat paling baik, Din. Gue gak akan pernah ngerebut orang yang lo sayang ingat itu." Aleta meyakinkan Dinda bahwa dia tidak akan pernah memilih seorang pacar dan meninggalkan sahabat yang paling baik seperti Dinda.

"Aleta, gue gak masalah kalau Devan suka sama lo. Gak selamanya lo terus yang harus ngalah, lo juga harus bisa senang-senang nikmati masa remaja ini. Lagian kayaknya gue gak suka deh sama Devan justru kayaknya gue hanya terobsesi akan kegantengan dia. Gue harap lo suka ya sama Devan, karena Devan itu cocok buat lo. Kalian serasi, ganteng sama cantik. Gue ngedukung lo banget pokoknya," ucap Dinda.

"Din, gue gak mau nyakitin lo. Gue tau mungkin dengan kehadiran Devan. Lo benar-benar bisa lupain Zain dan gantiin posisi dia."

"Aleta, yang harus berjuang lupain seseorang itu masih lo. Gak usah bohong sama gue untuk sekarang, lo masih suka sama Alvin 'kan? Meskipun dia udah jadian sama Aliya, dia tetap jadi cowok yang selalu lo perhatiin. Cowok yang selalu berhasil bikin lo deg-degan atau ngerasa khawatir kalau dia sakit."

Dinda memegang kedua bahu Aleta. "Jangan bohong juga sama gue. Kemarin pas kalian tatap-tatapan di kantin, gue tau lo ngerasa deg-degan makanya sampai melamun kayak gitu. Devan berhasil bikin lo deg-degan dan ngerasain apa yang sebenarnya selama ini lo rasain buat Alvin. Gue enggak salah 'kan?" Aleta mendadak kelu.

"Kalau lo mau Devan, dikejar. Jangan sampek lo menyesal untuk kedua kalinya. Jangan biarin Devan direbut orang lain. Gue akan selalu ada dipihak lo."

Aleta tidak berkata-kata apa-apa, dia malah memeluk Dinda dengan sangat erat. "Gue sayang banget sama lo, Din."


Senior & Badboy (COMPLETED)Where stories live. Discover now