Prolog

4.5K 292 34
                                    

Pagi ini merupakan pagi yang sibuk bagi Serana, wanita cantik berambut pirang itu kini tampak terburu-buru membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Serana hari ini akan melakukan interview kerja sebagai seorang maid di suatu perumahan mewah yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya, dan ia hampir terlambat untuk bangun jika saja alarm di ponselnya tidak berdering karena lowbatt. Untungnya, alarm masih sempat berdering sesaat sebelum ponselnya benar-benar mati.

Serana menggigit sandwich tanpa daging yang telah jadi ke mulutnya sembari mengenakan sepatu pantofel berwarna hitam miliknya. Lalu, diraihnya map berisi berkas yang diperlukan olehnya dan dimasukkan ke dalam tas selempang miliknya.

Setelah memastikan semuanya beres, Serana beranjak keluar dari rumah dengan setengah berlari menuju ke halte bus yang berjarak sekitar 10 menit dari kediamannya. Jam sudah mendekati pukul 8 pagi, artinya bus kloter pertama akan segera datang. Jika Serana terlambat, maka ia harus menunggu setidaknya 30 menit lagi untuk menaiki bus kloter kedua, dan sudah dipastikan ia akan terlambat untuk hadir tepat waktu.

Dari kejauhan, Serana melihat bus yang hendak ditumpanginya tengah mengangkut penumpang. Serana kini berlari agar bisa mengejar bus itu, namun ia tiba-tiba saja terjatuh karena tali sepatunya terlepas dan ia kehilangan keseimbangan tubuhnya. Lantas hal itu membuat Serana tertinggal oleh bus yang akan ditumpanginya sebelum Serana berhasil bangkit berdiri dan mengejarnya kembali.

Serana mendengus kesal, dan berdiri sembari membersihkan roknya yang menjadi sedikit kotor dengan tangannya. Dengan terpaksa ia harus menunggu 30 menit lagi, atau paling tidak ia harus memikirkan cara lain untuk bisa sampai ke tempat tujuannya tepat waktu.

Serana memilih untuk duduk di halte bus, mengatur nafasnya sejenak dan menyeka keringatnya dengan sapu tangan miliknya yang terletak di saku depan kemejanya. Setelah beberapa menit berlalu, Serana mencoba merogoh tasnya untuk mencari dompet miliknya dan menghitung sisa uang yang ia miliki. Ia terdiam sesaat seperti tengah mempertimbangkan sesuatu.

'Apakah aku harus menggunakan setengah uangku untuk naik taksi?'

Sebenarnya, uang yang saat ini Serana miliki akan ia gunakan untuk mencukupi kebutuhannya selama satu bulan kedepan selama ia belum mendapatkan pekerjaan. Serana harus memutar otak agar uang yang tersisa nanti bisa mencukupi hidupnya, dan satu-satunya harapannya adalah dirinya akan diterima pada pekerjaan sebagai maid itu.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya ia membulatkan tekadnya. Demi pekerjaan yang harus didapatkannya dalam waktu dekat ini, maka ia merasa harus mengorbankan sesuatu yang ia miliki sekarang.

Serana bergegas pergi meninggalkan halte dan berjalan mencari taksi. Kakinya baru terasa sakit sekarang, namun ia berusaha mengabaikan rasa sakit itu dan tetap berjalan sembari matanya menyusuri setiap kendaraan yang berlalu lalang. Seharusnya banyak taksi yang melintas di jalanan ini, namun sepertinya pagi ini sedang ramai penumpang sehingga Serana kesulitan mencari taksi yang kosong.

Tetapi sepertinya keberuntungan kali ini tengah berpihak kepadanya setelah kesialan menimpanya beberapa waktu lalu. Tiba-tiba saja ia mendapati sebuah mobil berwarna hitam tengah menepi di pinggir trotoar, tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.


'Itu dia! taksi!'

Serana berlari kecil menuju mobil hitam tersebut, lalu sesampainya di sana ia membuka pintu mobilnya yang kebetulan tidak dikunci dan kondisinya sedang menyala. Namun ternyata tidak ada siapapun di dalamnya.

Serana&DalbertWhere stories live. Discover now