Aliya

29.1K 945 29
                                    

Author's POV

Lorong panjang di universitas negeri paling bergengsi di Jakarta itu pagi ini terlihat ramai, ada beberapa mahasiswa perempuan yang sedang sibuk membaca artikel di mading, ada gerombolan yang sedang terburu-buru mengerjakan tugas yang terlupa, dan ada juga yang hanya sekedar ngobrol sambil nongkrong di Aula.

Pemandangan sehari-hari yang sangat membosankan bagi Aliya, seorang mahasiswi jurusan IT tingkat tiga yang juga aktif sebagai anggota tim softball puteri yang terkenal selalu juara di kompetisi pertandingan softball antar kampus se-Jakarta.

Gadis yang selalu berpenampilan sederhana itu lumayan pendiam. Rambut hitamnya terurai sepunggung, tingginya 170 cm, lumayan untuk ukuran atlit ala ala kampus, matanya berwarna sedikit kecoklatan. Sebenarnya Aliya memiliki mata yang indah, apalagi jika dia sedang menyukai sesuatu dimatanya pasti akan tampak tatapan membius penuh antusias.

Ah ya, Aliya juga  memiliki tungkai yang indah, 'tungkai seksi nan indah ala Aliya' kalo kata Nanda, sahabatnya. Terutama jika dia sedang berlarian di lapangan saat latihan atau tanding, seakan-akan seluruh aura cantiknya keluar begitu saja.

Aliya memang atlit yang seksi. Bukan seksi dalam kategori sensual dan erotis, tapi seksi dari setiap gesture dan aktivitas wajahnya seperti menatap, tersenyum bahkan ketika berekspresi marah atau ngambekpun Aliya tetap terlihat menarik dan kadang-kadang lucu bikin gemes, apalagi dia lumayan manja. Makanya Nanda paling bahagia kalo bisa bikin sahabatnya itu cemberut.

Sayangnya Aliya tidak sadari semua kelebihannya itu. Pikirannya sesederhana penampilannya, dia tidak terlalu suka pada hal yang di luar kebiasaannya, dalam hal apapun.

Karena itulah sehari-harinya Aliya lebih terlihat datar, bahkan nyaris.... Mmm, maaf.... Hampir autis! Temannya terbatas sekali.

Aliya lumayan introvert dan jarang ngobrol dengan orang lain selain genk dan anggota tim softball lainnya. Padahal siapa yang tidak kenal Aliya, kapten tim softball yang selalu nongkrong bareng Putri, Nanda dan Iren, genknya yang lumayan sering jadi trendsetter soal penampilan di kampus.

Entah bagaimana ceritanya Aliya bisa gabung dengan tiga orang yang selalu totalitas dalam berpenampilan kemanapun dan dimanapun itu, padahal penampilan Aliya selalu sederhana, simpel, make up tipis, yaahh pokoknya ga seheboh ketiga sahabatnya itu.

Yang jelas mereka berempat memulai pertemanan sejak sama-sama duduk sebelahan di mata kuliah pertama, hingga saat ini. 

Aliya memang berpenampilan sederhana, tapi dia memiliki daya tarik tersendiri di mata orang satu kampus. Setidaknya, tidak terlalu jomplang dengan ketiga 'bidadari mall' yang selalu bersamanya setiap hari itu.

Hanya saja kadang Aliya punya hobi yang ga biasa dibanding ketiga temannya. Jika yang lain suka ke mall, nyalon, nonton, main bowling dan apapun yang sedang anak muda lakukan di luar sana, Aliya benci semua itu. Aliya benci menghabiskan waktu lama di mall dan di perpustakaan. Dia lebih suka menikmati hobinya dalam kesendirian, yaitu baca komik di sudut kampus yang jarang mahasiswa lain lewati.

Seperti siang ini, ketika suasana di luar sana sangat terik di jam satu siang. Jarang ada yang memberanikan diri duduk di sekitar taman, karna panas yang tidak mendukung. Tapi Aliya nekat memilih satu kursi di ujung taman, di bawah pohon rindang.

Aliya duduk dan mengambil komik kegemarannya dari dalam tas, lalu mulai membacanya sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang terbawa dari taman.

Matanya tampak antusias membaca alur demi alur dari cerita komik itu, bila ada hujan badai sekalipun mungkin acara membacanya gak akan tergoyah. Aliya suka sekali membaca komik detektif koleksinya sejak SMP itu.

ALIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang