Pemulihan Hati

6.4K 425 73
                                    

🎵 Fletcher - Wasted Youth

Aliya duduk di pinggiran tempat tidurnya sambil cemberut. Dia merasa malas sekali untuk berangkat ke kampus pagi ini.

Suasana hatinya masih butuh masa penyembuhan, tapi kalau harus mengikuti alur hingga hatinya sembuh total, mungkin Aliya harus mengambil cuti dua semester dari kampusnya.

Dan sayangnya dia tidak mungkin melakukan itu.

Dirinya sendiri masih belum merasa siap untuk berinteraksi dengan orang lain. Aliya malas bicara dan bertemu siapapun, walaupun tidak ada yang tau masalah yang sedang di hadapinya.

Kecuali Abel dan pacarnya. Aliya benci sekali jika sampai harus melihat mereka dari kejauhan sekalipun.

Terutama Abel. Tentu saja dia ada di kampus, dan sangat bisa dipastikan Aliya akan bertemu dengan Abel. Apalagi ketiga sahabatnya sudah sangat akrab dengan gadis itu dan selalu mengajaknya bergabung dalam segala hal.

Apa dia harus terus berpura-pura di depan ketiga temannya? Dan apa jadinya kalo Abel mulai memberanikan diri untuk mulai go public telah pacaran sama Reno. Ketiga temannya pasti senang bukan main, terutama Iren.

Apa bisa Aliya rela melihat kebersamaan Abel dengan Reno, dan bersikap biasa-biasa saja? Atau dia harus ikut senang dengan kenyataan itu seperti yang lain? Berkumpul bersama, ngobrol, bercanda, ditambah Reno di sekitar mereka??

Sudah gila apa?!

Aliya berusaha menghentikan pikirannya yang semrawut itu dan segera berangkat kuliah, apa yang terjadi nanti biar saja terjadi. Sekalipun yang terjadi adalah harus melihat kemesraan Abel dan Reno. Huuh...

Sesampainya dikampus, seperti biasa Aliya sudah ditunggu dan disambut dengan ceria oleh ketiga temannya yang dari pagi sudah berkumpul di koridor mading.

"Pagi, Non? Lecek banget mukanya, belom di setrika, yah??" canda Nanda saat Aliya baru saja duduk disampingnya.

"Apa lo ga punya jokes yang lebih garing lagi?" tanya Aliya pelan, tapi sinis.

Tentu saja Nanda tak tersinggung, dia malah senang melihat reaksi favoritnya muncul diwajah Aliya, Aliya cemberut!

"Uuh, jutek banget, tapi tambah manis kok lo kalo cemberut gitu!" ledek Nanda sambil mencubit pipi Aliya gemas.

"Nanda! Mulai deh...." Putri melerai, dia malas dengar ribut-ribut pagi-pagi buta begini.

"Al, kenapa sih kemaren lo gak ikut ngumpul dirumah gue? Nanda sama Putri bantuin gue bukain hadiah loh, Al." Tanya Iren rada bete.

"Maaf Ren, kemaren gue harus ikut Ayah kerumah sodara, jadi gak bisa kerumah lo, maaf ya!" Aliya memelas.

Hiuh! Dia terpaksa bohong sama mereka.

"Tapi kenapa telepon dari gue gak lo angkat? Sms juga gak di bales??"

"Handphone gue ketinggalan di kamar, lupa gue bawa." Lagi-lagi dia harus berbohong. Kalo dia jujur, bisa panjang ceritanya.

"Ohh, yaudah. Gue kira lo kenapa, abis gak ada kabar gitu. Btw, thanks ya kadonya? Gue seneng deh sama Teddy Bear yang lo kasih, lucu banget!"

Aliya tersenyum. "Buat Iren apa sih yang gak? Gue seneng kalo lo suka."

Mereka semua tersenyum, dan ini senyum pertama Aliya sejak kejadian malam itu.

Namun senyum yang baru sesaat itu harus hilang lagi saat tiba-tiba Abel muncul dari arah taman.

Dia emang ga bisa ngeliat gue seneng sedikit, baru aja gue mau memulai hari baru dan mulai bisa senyum, udah dia ilangin lagi hasrat gue buat bahagia!

ALIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang