Siswa yang lain berlari, kesana kemari mencari tempat yang teduh, termasuk gue.
Gue neduh di tempat pos satpan, sambil mengeluarkan secarik kertas origami, yang selalu gue bawa kemana-mana. Kebiasaan gue di saat hujan adalah menulis, menurut gue dengan nulis gue bisa nuangin semua perasaan gue, yang gak bisa gue cerita ke siapapun. Setelah selesai gue langsung lipat kertas origami itu berbentuk burung."AL!" teriak seorang cewek, sambil menghampiri gue.
"Hey Zein," dia adalah sahabat gue dari SMP, dia itu orangnya baik, peduli, dan menurut gue dia itu cewek yang mandiri.
"Ngapain lo di sini?"
"Menurut lo! Gue lagi ngapelin Pak satpam?"
"Gak gitu juga kali Al."
"Zein gue numpang payung lo dong, soalnya gue gak bawa payung."
"Iya Al," dan akhirnya gue sama si Zein masuk ke gedung sekolah, dan masuk ke kelas masing-masing.
Gue langsung masuk kelas, wajah-wajah ini asing buat gue, tapi mata gue langsung tertuju pada cowok yang ada di depan gue.
Orang itukan, yang manggil gue emba-emba, masa gue sekelas sama orang yang nyebelin kayak dia sih.
Gue langsung nyari tempat duduk yang kosong, tapi hampir semua kursi sudah di tempati, hanya ada satu kursi yang belum di tempati, letaknya di belakang kursi cowok yang nyebelin.Suara sepatu terdengar melangkah menuju ke arah kelas ini, dan menampakkan seorang guru sedang berdiri di depan pintu.
"Selamat pagi anak-anak," sapanya dengan ramah sambil masuk ke dalam kelas.
"Selamat pagi Bu," jawab kami dengan serempak.
"Hari ini kita awali dengan perkenalan," sambil melihat daftar absen.
"Absen pertama di mulai dari Al-Maira, silahkan maju dan perkenalkan diri kamu, tentang alamat rumah kamu, hobi kamu dan keluarga kamu" ucapnya lagi.
"Nama saya Al-Maira Senja Kusuma, kalian boleh panggil saya dengan sebutan Al, rumah saya di jalan ***, hobi saya membaca, dan menulis di saat hujan, Papah saya bekerja sebagai tentara, sedangkan ibu saya sebagai dokter spesialis anak, dan saya mempunyai Kakak yang bernama Elang kusuma, dia kuliah di salah satu fakultas yang ada di kota kembang, jurusan komunikasi, mungkin sekian tentang saya." Akhirnya gue bisa napas lega juga.
"Silahkan kamu kembali ke tempat duduk kamu."
"Baik Bu."
Dan seterusnya perkenalan seperti itu, hingga tersisa lagi satu orang yang belum memperkenalkan diri.
"Dan yang terakhir Zico."
"Nama Saya Zico Fajar wijayanto, kalian bisa panggil gue Zico, hobi saya memodif motor, dan pergi mendaki, rumah saya di jalan ***, Ibu saya sebagai dosen, dan Ayah saya sebagai tentara, dan saya mempunyai Kakak perempuan."
"Oh jadi namanya Zico, Ayahnya kok sama sih sama Papah gue tentara, jangan-jangan Ayah Zico, sama Papah gue kenal lagi." gumam gue dalam hati.
"Terimakasih kepada kalian semua, mudah-mudahan kalian betah di sekolah ini."
"Aminnnn," Jawab kami serentak.
"Ibu mau keluar dulu, silahkan kalian mengobrol untuk saling mengenal."
"Baik Bu."
Dan sekarang yang tersisa hanya keheningan, mungkin kami semua bingung harus mulai dari mana, jadi lebih baik kami tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Hei?" sapa seorang gadis yang duduk di sebelahku.
"Hei," jawabku sambil tersenyum untuk menutupi ke gugupan ku.
Dan akhirnya kami berbincang-bincang, mungkin dia orang pertama yang akan menjadi temanku di kelas ini.
"Ehem, maaf ganggu?" kata seorang cowok yang berada di depanku.
Dan perbincangan kami berhenti, dan menatap cowok itu, gue lihat Yuni menatapnya dengan tatapan suka, atau kagum, tapi gue menatapnya dengan sebaliknya.
"Enggak apa-apa kok," jawab Yuni, yang kali ini pipinya mulai memerah.
"Gue mau minjem Al sebentar."
"Dia kira gue barang bisa di pinjam," gerutu gue dalam hati.
"Oh," pipi memerah Yuni seketika memudar.
"Kalo Lo mau bicara sama gue di sini aja, gak usah minjem gue, karena gue itu bukan barang." Jawab gue dengan nada sewot.
"Gue cuma mau mengembalikan aidikart lo, terus gue mau minta maaf karena gue lo kena hukuman."
"Oh, makasih ya udah ngembaliin aidikart gue, tapi gue gak butuh aidikart itu lagi, simpan aja, itu kenang-kanangan dari gue buat lo."
"Gue akan simpan, siapa tahu suatu saat nanti lo butuh aidikart ini kembali."
"Jadi?"
"Kenapa?" pertanyaan gue, di balas dengan pertanyaan lagi.
"Jadi ngapain lagi lo ada di sini," gue mulai mengeluarkan suara toa gue.
"Al! gak boleh gituh," kata Yuni sambil melihat ke arah gue, dan dia melanjutkan perkataannya lagi.
"Kalo lo mau ikutan ngobrol sama kami boleh kok," sambil tersenyum ke arah Zico.
"Tapi kayaknya gue gak bisa ikut gabung, gue keluar dulu."
"Kalo mau keluar, keluar aja enggak ada yang ngelarang lo kok."
Dan dia akhirnya pergi.
"Al lo tuh sebenernya ada apa sih sama Zico?"
"Enggak ada apa-apa kok Yun."
"Kok lo kayaknya enggak suka gitu sama Zico?" tanya Yuni dengan penuh selidik.
"Gimana gue enggak kesel sama tuh orang, gara-gara dia gue di hukum, dan dia bilang gue itu kayak emba-emba, dia juga bilang gue itu gak tahu terimakasih," ucap gue dengan kesal.
"Jadi lo udah kenal lama sama Zico?"
Gue tertawa mendengar semua pertanyaan Yuni, Yuni itu kayak polisi dan gue penjahat, jadi ceritanya Yuni itu lagi introgasi gue.
"Gue kenal sama Zico waktu hari pertama masa MPLS,"
"Oh," sambil menganggukan kepala.
"Jadi ada pertanyaan lagi yang mesti gue jawab?" sambil mengangkat sebelah alis gue.
"Enggak ada kok."
"Jadi sekarang giliran gue yang introgasi lo."
"Ih, gue kan tadi gak introgasi lo Al."
"Tapi menurut gue itu namanya introgasi, gue cuma ngajuin satu pertanyaan kok, tapi lo harus jawab dengan jujur," sambil memberikan jari kelingking gue tanda untuk berjanji.
"Okedeh, tapi cuma satu pertanyaan yah"
"Jadi lo suka ya, sama Zico?"
"enggak kok."
"Bohong," sanggah gue.
"Iya sebenarnya gue suka sama Zico, waktu pertama masa MPLS, gue kenal sama Zico karena gue satu regu."
"OH," sambil menganggukan kepala.
"Tapi lo janji ya gak bakal kasih tahu ke siapapun tentang perasaan gue ke Zico."
"Tapi Yun, kalo lo suka sama seseorang, jangan di pendem sendiri."
Dia hanya diam, mungkin memikirkan perkataan gue tadi.
"Yun gue keluar dulu ya."
Tapi tak ada balasan dari Yuni, jadi gue putusin kalo dia setuju untuk gue keluar.
Hey.. Hey... Maaf ya lama up date nya soalnya gue sibuk bangettttt ngetttt, mudah-mudahan kalian suka ya cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMA
Science Fiction"Jika takdir begitu banyak menyimpan kerahasiaan, dan aku hanya bisa menyimpan kenangan yang mungkin akan terulang dan tak akan pernah hilang." #Almaira. "Jika aku harus memilih untuk pergi maka aku akan pergi, tapi bukan un...