M.I.A : Bab 2

8.4K 642 21
                                    

BAB 2

Mama sudah menungguku di ruang tamu sesampainya di rumah. Wajahnya terlihat sedikit pucat dan cemas dan ada seorang pria bersamanya. Seorang pria asing paruh baya dengan pandangan yang cukup ramah. Dia memberi salam padaku ketika aku menyadari keberadaannya.

“Halo Miss Mia. Saya Simon, Simon Carter,” ujarnya sambil mengulurkan tangan padaku. Aku menyambut tangannya yang besar. Terlihat arloji perak melingkar di pergelangan tangannya tampak malu-malu muncul di balik kemeja dan jas abu-abu yang dia kenakan. Kuperhatian lagi wajahnya yang tampak tak asing di pikiranku. Tapi siapa?

“Halo Mr. Carter,” jawabku.

“Panggil saja aku Simon. Seperti ayahmu dulu memanggilku. Maaf, almarhum ayahmu,” ujarnya. Aku menatap ke arah Mama.

“Mia, Mr. Carter ini teman Papa dulu. Beliau yang mengantar Papa kemari untuk terakhir kalinya,” jawab Mama.

Ingatanku berputar kembali samar-sama ke masa itu. Membuatku teringat akan salah satu orang yang membawa jasad Papa pulang ke rumah saat Papa meninggal. Dia orang yang mengabarkan pada kami tentang kecelakaan kerja yang Papa dapatkan di tempat kerja. Tiba-tiba aku bertanya-tanya dalam hati. Selama ini aku tak tahu kecelakaan kerja apa yang Papa dapatkan, atau saat itu aku sudah tahu tetapi aku melupakannya. Aku sama sekali tak berani bertanya pada Mama karena Mama selalu menangis sedih ketika teringat saat itu.

“Mia, duduklah dulu. Temani Mama di sini. Ada yang mau Mr.Carter katakan pada kita,” ujar Mama sedikit cemas. Aku merasakan suasana menjadi sedikit mencekam.

“Mia, kau tahu pekerjaan ayahmu kan?” tanya Mr. Carter padaku.

“Ilmuwan di perusahaan Bio Drea?” ujarku.

“Tepatnya peneliti bidang aplikasi komponen di Bio Drea. Kami berdua ada di bidang dan penelitian yang sama saat itu. Pengembangan nano robotic auto heall,”

“Maaf?” tanyaku tak mengerti tentang penjelasannya.

“Ayahmu, dia menciptakan robot berukuran sangat kecil yang mampu mengidentifikasi kerusakan dalam tubuh seseorang. Robot itu diletakkan dalam tubuh manusia dan menganalisis kerusakan ataupun kejanggalan yang terjadi di dalamnya. Robot itu juga mampu menstimulasi tubuh membentuk antibodi dan mengembalikan tubuh pada keadaan normal apabila terjadi suatu kejanggalan dengan stimulasinya,”

“Ini merupakan penemuan yang sangat hebat. Kami bekerjasama dengan pemerintah beberapa negara untuk mengembangkan penelitian ini. Dan itu akhirnya terhenti saat ayahmu meninggal,” Mr. Carter mengeluarkan ponselnya dan memencet nomer. “Bawa kemari koper itu,” ujarnya pada seseorang yang menerima panggilannya.

Tak lama seseorang masuk dengan membawa koper hitam. Penampilan orang itu mirip dengan penampilan bodyguard di film-film yang pernah kulihat. Dan aku pikir pria berperawakan besar itu juga bodyguard Mr.Carter. Beberapa berkas keluar dari koper hitam milik Mr. Carter. Kemudian sebuah bola perak tampak juga berada di genggaman Mr.Carter.

Mr. Carter menunjukkan bola perak miliknya padaku dan Mama. Bola perak yang besarnya tak lebih besar dari telur ayam. Ibu jarinya menekan salah satu sisi dari bola perak itu. Tiba-tiba bola itu terbuka dari sisi atasnya terus menuju sisi bawah yang berada dalam genggaman Mr. Carter. Tampak di dalamnya sebuah kotak kaca kecil dengan sesuatu di dalamnya berbentuk lebah dengan ukuran tak lebih dari seruas jari.

“Ini dia robot yang dibuat oleh ayahmu dan aku. Kotak ini merupakan kaca pembesar untuk mempermudah seseorang melihatnya. Karena ukurannya sendiri tak lebih besar dari 5 mikron,” jawab Mr.Carter sambil memberikan kotak kaca itu padaku. Aku sama sekali tak bisa membayangkan ukuran seperti apa mikron itu. Mr. Carter melihat kebingungan yang terbentuk dari alisku yang menyatu. “Kau tahu kami menyebut penemuan ini apa?”

M.I.AWhere stories live. Discover now