AMUBA DALAM TOPENG

8 0 0
                                    


"Ruga, sudah berapa ekor kucing hitam yang kaudapatuntuk ritual minggu depan?" Tanya Bima, ayah Ruga sambil memangkas bulu-bulu kucing tersebut.

"Ayah, Ruga baru mengumpulkan sebelas ekor kucing hitam. Kita harus mencarikan sembilan ekor lagi." Jawabnya menggaruk-garuk kepalanya. Ia kebingungan harus dimana ia mendapatkan kucing-kucing tersebut.

"Dirumah Ustadzah Irma sepertinya sangat banyak kucing hitam. Lebih baik, nanti malam kaumencurinya." Ujar Bima memberikan saran kepada Ruga.

"Baiklah, ayah. Kalau begitu, aku harus istirahat dulu."

Ruga langsung membaringkan tubuhnya. Ia sudah mengatur jadwalnya untuk besok hari. Bertepatan besok adalah hari minggu, ia ingin tidur sampai jam sembilan pagi.

Pagi hari yang sangat cerah. Ruga masih tertidur dikasurnya yang empuk. Alarm yang sedari tadi berteriak saat waktu subuh, tidak juga bisa menghancurkan lelapnya. Hingga akhirnya ia terbangun dengan teriakan Roga yang menggelegar.

"Ruga! Bangun! Ini sudah pagi. Ini saatnya bersiap-siap untuk ke gereja. Apakah kau berfikir jika dikuburan nanti Tuhan mau memberimuwaktu untuk ke gereja?" Ujar kakaknya sembari membuka tirai selebar mungkin. Ia selalu mewaspadai adik satu-satunya tersebut mengikuti jejak jahat sang ayah. Sebelum ayahnya menikah dengan ibunya, ayahnya sudah menjalin hubungan erat dengan makhluk gaib. Tapi Roga dan ibunya tak pernah mau mengikuti ajaran tersebut.

"Ah! Kau selalu membuat kesal, kak! kau adalah manusia paling bodoh dimuka bumi ini. Untuk apa kau menyembah yang tidak pernah terlihat? Bukankah Tuhan yang kau sembah selama ini tidak pernah membantumu dalam menyelesaikan uang kuliahmu? Apakah dia langsung memberimu apa yang kau mau saat itu juga?" Ruga terus memojokkan Roga dalam hal bodohnya. Roga yang hanya bisa diam, tidak punya kekuatan apapun untuk menyakinkan adiknya. Ini bukan pertama kali ia mendengar pertanyaan adiknya. Namun ia tetap menghadapi dalam alunan do'a meskipun airmata terus mengalir dengan sendirinya.

Setelah membersihkan diri, Ruga pergi mengampiri ayahnya yang sedang duduk dibawah pohon rindang.

"Ruga, apakah kau sudah siap untuk ritual nanti? Sekarang tinggal terhitung lima hari. ini adalah kali keenam kau mengikutinya dan ayah akan terus mempertanyakan ini." Ujar Bima sambil menyesap kopi hangat.

"Tentu saja, ayah. Mengapa ayah selalu mempertanyakan hal ini padaku? Apakah ayah ragu terhadap kepercayaanku?" Ruga menghadapkan tubuhnya lebih dekat lagi kepada ayahnya.

"Hati manusia mudah terombang-ambing, nak. Ayahnya hanya ingin selalu mengingatkanmu tentang sumpah yang pertama kali kau ucapkan puncak gunung."

Beberapa waktu lalu.

"Ayah! aku sangat ketakutan! Ayah, aku tidak bisa mencabik-cabik kucing tersebut dengan tangan. Itu sangat menjijikan, ayah!" Ruga berteriak ketika ayahnya berusaha mencabik seluruh daging dari kucing tersebut dalam keadaan hidup. Namun saat itu, bukan ayahnya yang melakukan hal tersebut. Tapi roh iblis yang telah ia izinkan masuk kedalam tubuhnya itulah yang bekerja. Ayahnya melakukan hal itu, semata-mata untuk harta duniawi.

"Ruga apa yang terjadi? Kau harus bisa melakukannya sekarang!" Bima memaksa anaknya untuk mencabik kucing tersebut. Dengan rasa ketakutan Ruga mencabik walau sedikit membuatnya merinding. Diakhir ritual, ia melontarkan sumpahnya. "Selama aku hidup, aku akan terus menyembah roh iblis. Jika aku melanggar janjinya, aku akan mati saat itu juga." Demikian sumpah tersebut bergema.

"Aku akan tetap berusaha untuk berada dijalanku saat ini, ayah. Aku tidak mungkin berpaling kepada roh yang selama ini dianggap orang banyak adalah sesat, namun ini adalah suatu kebahagiaanku untuk bisa hidup bahagia tanpa harus bekerja keras untuk mengumpulkan harta dan mencukupi kehidupan. Jika memang Tuhan itu ada, pasti Ibu akan terus selalu bersama kita. Bukankah Tuhan lebih jahat untuk membunuh orang yang sangat baik? Aku tidak akan menghabiskan waktu untuk menyembah yang tidak nyata." Ujar Ruga menyakinkan ayahnya.

AMUBA DALAM TOPENGWhere stories live. Discover now