Sequel sequel.. Yang nunggu monggo merapat...
Yang udah komen dipart sebelumnya makasiiih...
Maaf ya, banyak typo yang bertebaran..
Untuk sequel juga hati-hati typo. Dan ini beneran finally, gak tau kalian bakal suka atau gak tapi.. Tetep Enjoying my story guys..
****************
" teteh, punggung Azza sakit teh." Aulia yang tidur dikamar adiknya itu terbangun mendengar rintihan adiknya yang terdengar lirih seperti bisikan, Aulia melirik jam dinding yang menggantung tepat di atas pintu. Pukul 02.30 dini hari, Aulia bangkit dari tidurnya dan melihat adiknya yang telah memperhatikannya sejak tadi dengan tatapan sendu menahan rasa sakit yang mulai menderanya lagi. Sudah dua minggu terakhir Azza selalu mengeluh sakit dibagian tulang punggung, bukan hanya itu. Azza pun sudah tidak mampu menelan makanan seperti nasi, lauk pauk ataupun sayuran. Setiap hari sejak satu bulan yang lalu Azza hanya makan kentang yang dikukus dan kuning telur yang direbus. Itupun terkadang dia muntahkan kembali. Keadaan tubuhnya pun sudah mengurus. Lingkaran hitam turut menghiasi mata indahnya.
Aulia mendekat dan mengelus pelipis adiknya yang tidur terlentang. " mau teteh usapin dek?" tanya Lia pelan, menahan suaranya yang bergetar menahan tangis. Azza mengangguk pelan.
" kamu miring ya, biar teteh bisa usapin punggungnya." pinta Lia dengan tersenyum tipis. Azza menggeleng pelan, sorot matanya menyiratkan rasa sakit yang teramat.
" sakit teh, Azza nggak bisa gerakin badan, nggak kuat." entah apa yang harus di lakukan Lia sekarang, mendengar ucapan adiknya yang kesakitan membuatnya ingin menjerit pilu tak kuasa. Aulia menggigit bibir dalamnya kencang agar isakannya tak keluar. Ya Robb, kenapa harus adiknya?? Selalu pertanyaan itu yang dibisikan hatinya ketika dirinya harus kembali menyaksikan adik kesayangannya kesakitan. Aulia pun membalikkan tubuh kurus Azza ke arah kanan dengan perlahan, mengatur bantal agar adiknya itu bisa berbaring dengan nyaman. Naik ke atas ranjang dan memposisikan dirinya dibelakang tubuh Azza, mengusap punggung itu lembut.
" teteh, maafin Azza ya. " Aulia sudah tidak sanggup lagi menahan tangisnya, satu tangannya yang bebas menutup mulutnya untuk menahan isakan tangisnya yang lolos. Sedangkan Azza hanya diam berlinang air mata, tak ada tangis yang keluar tapi air mata cukup mewakili perasaannya sekarang. Dia sadar, apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh keluarganya tentang dirinya. Dia juga sadar berapa lama lagi dirinya bisa bertahan dengan sakit yang terus menderanya tanpa henti.
" sudah enakan?" Aulia bertanya alih-alih membalas ucapan adiknya. Azza tersenyum tipis.
" nuhun teh, Azza ngantuk. Tidur lagi ya teh." Aulia mengangguk walaupun sebenarnya Azza tidak melihatnya, Aulia beringsut dari tempat tidur " teteh kekamar mandi dulu ya dek." pamit Aulia dan melangkah keluar kamar. Menutup pintu kamar dengan pelan.
Hiks
Satu isakan lirih akhirnya lolos dari mulutnya, Aulia membekap mulutnya sendiri agar isakannya tak terdengar oleh Azza.
Kenapa begitu menyakitkan? Apa yang harus dilakukannya? Keadaan adiknya semakin memburuk, haruskah dia kehilangan orang yang dicintainya lagi? Keadaan Azza cukup mengingatkannya pada sosok sang ibu. Keadaan keduanya sama, masih sangat jelas bagaimana sosok sang umi meninggalkan mereka. Keadaan yang bahkan pihak rumah sakit sudah pasrah. Umi meninggalkan nya dalam tidur yang terlihat tenang. Tanpa sepatah kata perpisahan apapun, kedua mata sayu umi tertutup begitu saja. Aulia menatap penuh pilu daun pintu di depannya, dibalik pintu itu ada adiknya yang terbaring lemah tak berdaya, kesakitan tanpa henti. Tubuhnya kembali bersimpuh lemah didepan pintu tersebut dengan tangisan penuh pilu.
YOU ARE READING
KAIFA HALUKI??
Spiritualnada itu terdengar hampa sunyi menyelimuti ruang hatiku gambaran paras ayu yang tak luput dari pujaan tetes air mata menemani khayalan akan sebuah kebersamaan namun tak ayal ketika semua berubah menjadi sebuah guratan luka yang tak kunjung pudar s...
