Memilih Diam, Sampai Perpisahan Itu Tiba

107 2 0
                                    

Cinta sendiri, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta sepihak, cinta tak berbalas, atau cinta apalagi yang biasanya nyesekin? Ada yang pernah merasakan seperti apa nyeseknya dari deretan cinta di atas? Seberapa sering? Kekekekeke.... Kalaupun kita harus merasakannya berulang kali, itulah lika-liku perjuangan hati.

Selain itu, masih ada satu lagi kisah cinta yang menyesakkan hati. Ada yang belum sempat mengungkapkan isi hati, bahkan sampai perpisahan dengan dia tiba? Perihnya, sedihnya, nyeseknya hanya kita sendiri dan Alloh SWT yang memahami. Tapi setidaknya, kita masih bisa menjalin hubungan baik dengan dia, sama seperti ketika perasaan itu belum tumbuh. Meskipun harus dengan rasa yang sudah jauh berbeda.

Ada beberapa alasan mengapa sampai akhir sebuah kisah cinta, kita hanya memilih diam.

Alasan pertama adalah kita belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan. Mengungkapkan rasa cinta itu, butuh keberanian. Keberanian untuk menyatakan perasaan (mungkin melalui surat, perantara orang lain, atau secara langung), keberanian untuk menerima kalau jawaban yang akan kita peroleh jauh dari yang kita harapkan (ditolak tepatnya), dan keberanian untuk menerima resiko hubungan yang mungkin akan berubah dengan dia (mungkin dari sahabat menjadi teman, atau dari hubungan yang akrab menjadi asing, ada rasa tidak enak saat bertemu). Untuk yang belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan cinta, mereka akan memilih diam dengan perasaan masing-masing. Sampai kapan mereka akan diam? Sampai mereka menemukan keberanian dan siap untuk melepaskan.

Alasan kedua adalah karena hati si dia sudah milik orang lain. Alasan kedua ini jauh lebih berat dan menyakitkan. Kita menyimpan rasa cinta untuk orang yang salah. Diam menjadi pilihan yang paling banyak kita pilih. Dalam diam, kita tidak hanya menyimpan rasa cinta untuk dia. Pelan-pelan, tapi harus, dalam diam kita juga mulai belajar melupakan rasa untuk dia. Sampai suatu saat kita harus berpisah dengan dia, kita hanya menyimpan dan menghapus rasa kita diam-diam.

Alasan yang ketiga adalah karena untuk menghargai dan menjaga hati yang lain. Cintalah yang memilih di hati milik siapa dia akan tumbuh. Dua hati yang berbeda dapat mencintai satu hati yang sama. Jadi ribet begini nulisnya....T_T. Misalnya, kita dan sahabat kita mencintai satu orang yang sama. Mungkin kita yang lebih dulu, atau bisa juga sahabat kita yang lebih dulu. Kita berada di antara dua pilihan lagi, sahabat atau cinta? Saat itu, untuk yang memilih sahabat, mengalah adalah jalan terbaik. Saat itulah, kita akan memilih untuk tetap merahasiakan rasa yang kita miliki. Kita memilih untuk menghargai dan menjaga perasaan sahabat kita. Bgaimanapun, mengorbankan cinta untuk persahabatan, memang tetap sakit. Tapi beberapa di antara kita mungkin pernah memilih ini. Disinilah, diam menjadi cara yang indah untuk mengalah.

Ketika kita memilih diam karena salah satu dari ketiga alasan itu, apakah kita jahat pada hati kita sendiri? Maybe yes... maybe no.... Kalau belum berjodoh, tak apa memilih diam sampai akhir. Rasa cinta yang masih tetap menjadi rahasia itu, akan tetap menjadi pengalaman yang berharga, tetap menjadi jejak rasa.

\^o^/

Memilih Diam, Sampai Perpisahan Itu TibaWhere stories live. Discover now