Satu

15.5K 1.6K 175
                                    

Sudah pernah tamat dan di bukukan.

Versi pdf bisa di beli di wa +62 822-1377-8824

###

Jangan pernah tanyakan alasan apapun pada ku, karena aku pun tidak tau jawabannya...

Mr. Dauglas
Series Mafia#3

###

Apa yang paling kau ingin kan dalam hidupmu...

Pertanyaan yang sering di tanyakan ibunya sejak kecil pada dirinya yang masih tidak mengerti situasi apa yang mengancam hidupnya saat itu.

Bocah laki laki itu hanya menjawab dengan polosnya. Ia hanya ingin di bikinkan mobil mobilan dari kayu oleh ayahnya yang entah sudah beberapa bulan tidak pulang kerumah.

Ibu nya pun menjawab Ayah tidak akan kembali karena Ayah sudah tenang di sisi Tuhan.

Bocah laki laki itu pun percaya saja karna ibunya selalu taat dengan Tuhan, katanya Tuhan akan memdengarkan doa hamba hamba nya.

Tapi kepercayaan itu luluh lantah di hadapannya ibunya di habisi, kepalanya di penggal hingga putus dari urat lehernya terpental ke lantai bersimbah darah.

Bocah itu hanya berdiri mata nya membulat bingung apa yang terjadi. Di depan nya berdiri seorang pria dengan sebuah kapak yang sangat tajam belumuran darah bekas darah ibunya. menyeringai iblis mendekati dirinya yang perlahan memundurkan tubuhnya.

Suara gemuruh tembakan memekikan telinganya, ia tidak tau lagi apa setelahnya terjadi saat seseorang berlari mengendongnya membawanya keluar dari tempat itu setelah melumpuhkan pria iblis itu.

###

Osaka, Jepang

Dava terjaga dari tidurnya, nafasnya ngos ngosan dengan keringat dingin yang mengalir di seluruh tubuhnya yang tidur bertelanjang dada, ia menyingkap selimut nya turun dari tempat tidur melangkah ke meja yang di atasnya terdapat minuman Wiski yang langsung di tengaknya setelah mengisinya di gelas kristal.

Mimpi itu kembali menghantuinya, kadang ia berdecih dalam hatinya mengumpati kebodohannya karena selalu mengingat masa lalu suramnya.

Dava melangkah ke sofa panjang menghempaskan duduk di sana masih menikmati wiskinya.

Fikiran nya sedang tidak ada di tempat, ia tidak tau apa keputusannya ini benar menetap sementara waktu di negara ini meninggalkan Kota Sou Poulo hanya demi membawa wanita itu.

Dava pun tidak tau apa alasannya untuk tidak mengembalikan Hea pada Tao, sudah jelas mereka mengendus nasib Hea yang masih hidup menjadi tahanannya.

Untuk kembali ke Brazil pun terasa sulit aksesnya terbatas, barusan ia tau dari salah satu kepercayaannya yang masih menetap di Brazil, sahabatnya Angelo sudah menjadi Ayah, dan lagi ia tidak bisa mengucapkan selamat pada sahabatnya secara langsung, sama seperti setahun silam waktu Angelo menikah ia pun tidak bisa menghadirinya.

Dava beranjak dari sofa keluar dari kamarnya ia menatap lekat pada pintu yang tertutup jauh di ujung lorong rumahnya.

Ia melangkah menuju pintu itu mengambil kunci di saku celana nya dan membuka knop pintunya.

Ruangan yang sangat pengap dan gelap, tidak ada ventilasi udara secelah pun, Cahaya matahari enggan mampu mengintip ke dalamnya.

Dava menghidupkan sklar lampu hingga ruangan itu sedikit bercahaya,  silau cahaya lampu membuat tidur wanita itu terganggu, ia membuka mata nya perlahan melirik pada Dava yang melangkah mendekatinya.

Dava berjongkok menatap sinis pada wanita itu yang duduk di lantai dengan tangan di rantai menyatu dengan tembok dan kaki yang ikut terantai, sementara pakaian nya koyak tanpa ada dalaman memperlihatkan belahan payudaranya dan mulusnya kakinya yang penuh luka cambukan memerah.

"Selamat pagi Hea!" sapa Dava dengan suara khas nya menatap wajah Hea meraih dagu nya agar Hea tidak memalingkan wajahnya.

Hea sama sekali tidak menyahut, bahkan ia ingin meludahi wajah Dava namun langkahnya itu sudah di dahului Dava membungkam mulut Hea dengan telapak tangannya.

Hea brontak, mencoba melepaskan tangannya yang di lilit rantai besi, sementara Dava hanya menyeringai menghempaskan tubuh Hea ke tembok.

Hea meringis merasakan sakit di tulang belakangnya. Dava mencengkram kuat rahang Hea mendekati kan diri dengan jarak yang sangat dekat.

"Sudah setahun berlalu Hea, kenapa kau masih saja membangkang dengan ku." Bisik Dava.

"Karena aku tidak mau kalah." balas Hea tidak kalah sengit.

"Shit_!" Dava semakin menekan tubuh kurus Hea ke tembok." Aku mungkin masih terlalu baik padamu hingga kau masih keras kepala, kalau saja aku bisa melempar tubuhmu pada rekan ku, maka ku pastikan kau akan hancur menjadi abu." kata Dava.

"Lebih baik hancur menjadi abu dari pada harus menjadi budak lawan."

Rava berdecih." Apakah tradisi mu sangat penting menjujung harga diri, malu untuk mengakui kalah tapi nyatanya kau bahkan sudah rendah dari seekor bintang sekali pun."

"Sepedih apapun yang kau berikan aku akan tetap menahan nya, kesetianku jauh lebih penting dari pada harus mengkhianati demi sebuah kebebasan." kata Hea menatap Dava tidak kalah sengit.

"Rupanya kesetiaan mu harga mati." kata Dava merenggut pakaian Hea hingga tubuh putihnya terekspose di hadapan Dava.

Dava berdiri menatap kedua payudara Hea yang memerah bekas tamparan nya malam tadi.

Dia memang sudah menyetubuhi Hea berulang kali memberi pelajaran wanita keras kepala ini tapi tetap saja Hea dalam pendiriannya untuk tidak mau berkerja sama dengannya.

Dava memang memberi penawaran khusus, kalau Hea mau bekerjasama dengannya ia pastikan kebebasan wanita itu, nyatanya Hea menolaknya mentah mentah.

Tawa kecil terdengar dari Hea ia merundukkan kepalanya.

"Ini sajakah kau bisa Mr. Douglas, melecehkan ku." tatap Hea mendongkakkan kepalanya.

"Sayangnya bukan aku manis yang akan melecehkan mu tapi para anjingku yang haus akan liang kemaluan mu." Kata Dava menang menatap raut muka Hea yang memucat.

Dava berbalik meninggalkan ruangan itu sementara Hea berteriak histeris mengumpat pada Dava.

Kalau sampai Dava melempar tubuhnya pada bajingan bajingan itu Hea tidak akan tinggal diam, kematian lah yang akan menjemput dirinya.

Rasanya kematian lebih baik dari pada menanggung aib.

[¬º-°]¬ ~ᕕ(゚Д゚)ᕗ[¬º-°]¬ ~ᕕ(゚Д゚)ᕗ[¬º-°]¬ ~ᕕ(゚Д゚)ᕗ

Mr. Dauglas (Series mafia#3) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang