Episode: Consequences (12)

1.6K 149 3
                                    

Kny_: Jojo gue lupa minta kontak lo ehehehe

Jonas mengernyitkan keningnya ketika membaca notifikasi pesan singkat via instagram yang Kanaya kirimkan kepadanya.

Jonasclv: LO NGEBLOK GUE?
Jonasclv: Kok jahat?
Jonasclv: Kok lama sih marahnya?
Jonasclv: Gue gak bisa lama2 dianggurin Nay

Kny_: is typing...

Jonas menunggu beberapa saat dengan tidak sabar karena akhirnya Kanaya menghubunginya. Sebuah rekor karena sebelumnya para gadis abal-abal labil itu hanya mencari Jonas kalau mereka sudah menginginkan Jonas dan ketika cowok itu menyudahi hubungan mereka.

Kny_: ih berisik deh
Kny_: mana sini kontaknya ntar gue ceritain yg lucu2 biar ga bete lagi

Cowok itu memukul jidatnya sendiri. Sejak kapan tipe ceweknya berubah menjadi seperti Kanaya. Okelah perempuan ini cantik, tapi Jonas masih tidak mengerti kenapa semua sikap Kanaya justru membuatnya gemas bukannya ingin kabur karena perempuan itu bersikap kekanak-kanakan.

Kny_: Yauda kalo ga mau bagi gue block nih

Jonasclv: Eh jangan dong Nay!
Jonasclv: nih Jonasclv21 tuh di add

Kny_: sosoan pake 21 kek bioskop aje
Kny_: Yauda bye Jojo

Jonas tersenyum kemudian. Kebetulan besok hari minggu. Apa besok saja dia menyatakan cinta? Jonas kan sudah tidak sabar merubah status soon to be girlfriend -tapi dia doang yang merasa pendekatan- menjadi pacarnya Jonas. Lagi pula dia yakin, Kanaya pasti lebih manja dan lebih childish dibanding dirinya.

...

Mama baru saja berangkat dengan Papa entah kemana. Kanaya sibuk membersihkan rumah dengan alat pel di tangannya sementara Sony yang sedang libur kuliah membersihkan jendela di lantai dua.

Shafiya? Adiknya itu dibiarkan memasak di dapur. Mereka sedang kerja rodi karena terkena hukuman sang ibunda akibat terlalu sering bertengkar memperebutkan hal tidak penting.

Televisi di rumah Kanaya memang hanya satu, agar keluarga mereka selalu berkumpul di ruang tengah. Tepat pada saat acara bola kesukaan Sony dan sinetron anak muda kesukaan Kanaya dimulai, mereka sudah membuat kegaduhan sampai remote tv pecah.

Hasilnya, Kanaya sibuk bernyanyi lagu thailand yang stuck di kepalanya sambil menggosok kain pel.

"Assalam---" Jonas melongo mendapati Kanaya yang sedang menginjak-injak kain pel dengan gemas, "Lo ngapain, Nay?"

Kanaya mengadah menatap Jonas, "Ngepel..." jawab gadis itu tidak terkejut sama sekali dengan kedatangan Jonas, "Keluarga gue kan miskin, Nas. Gak pake ART, nah gue nya yang jadi pembantu hari ini"

Jonas meringis menggaruk tengkuknya. Ini berarti, Kanaya masih menyimpan dendam kepada dirinya soal kejadian Shafiya waktu itu. Cowok itu melepaskan bungkusan di tangannya dan mendekati Kanaya.

"Mau ngepel juga, ya?" Kanaya menyerahkan tongkat pelnya kepada Jonas

Cowok itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Gue gak bisa ngepel..."

Gadis itu mencibir. Kanaya menunduk menatap kainnya kemudian menggosok lantai sekali lagi, "Cuma didorong-dorong tuh sampe mengkilap..." lalu gadis itu berjongkok dan bertumpu kepada lututnya menunduk ke lantai

Jonas mengikuti Kanaya dan melirik bergantian antara lantai yang sudah bersih itu

"Tuh, Nas. Sampe bisa ngaca di lantainya..." Kanaya menunjuk bayangannya di keramik, kemudian beralih menatap Jonas sambil berdiri, "Gampang kan? Gampang dong..."

Tidak seperti tuan rumah pada umumnya perempuan ini. Masa Jonas diajak ngepel? Padahal dia sudah berdandan lumayan rapi hanya untuk mengajak Kanaya jalan-jalan keluar dan menyatakan cinta. Ingin mematenkan hak milik ke Kanaya sepertinya susah sekali.

"Nay, ilah..." Jonas menggaruk tengkuknya, "Tanya kek gue, kapan dateng, kenapa kesini, mau ngapain, gitu Nay. Bukan diajak ngepel..."

Kanaya mengerjap. Mereka terdiam cukup lama dengan Kanaya yang memutar-mutar tongkat pelnya. "Gue tau lo mau ngapain ke sini, tapi so sorry to say ya, Nas. Gue kan miskin, katanya lo tajir gak level sama gue..."

"Gue gak sengaja, Nay. Beneran... Gue gak maksud ngomong gitu..."

"Terus maksudnya ngomong gitu apaan coba?"

Jonas menggaruk tengkuknya, "Kan gue digampar lo, sakit nih..."

"Ih, gak nyambung..." Kanaya kembali memajukan tongkat pelnya dan berkata, "Kasian tau, Shafie... Bayangin sih jadi kakak yang liat adeknya disiram. Untung aja kulit Shafie gak berbekas..."

Jonas mengekor di belakang Kanaya persis anak ayam, "Iya, iya. Maafin dong, Nay..."

"Terus lo kan playboy, kata Shafie gitu---"

"Eeeeh!" Jonas memotong ucapan gadis itu dengan cepat, "Itu kan karena gue gak cocok, Nay. Sekarang udah ketemu yang cocok..."

Sony dan Shafiya yang melihat kedua anak manusia itu dengan mengepel memutari ruang tamu hanya bisa melirik mereka sesekali sambil mendengarkan. Mama dan Papa juga sama saja berdiri di depan pintu melihat anak perempuan mereka.

"Ih, apaan sih. Belajar sana yang bener. Malah ngintilin gue..."

"Jadi lo nolak gue, Nay?" Jonas bertanya sambil menghentikan langkahnya

Kanaya berbalik, mengerjap beberapa kali.

Sumpah, Jonas akan memaksa Kanaya untuk menerimanya kalau sampai Kanaya berkata menolak seorang Jonas.

Gadis itu menghela nafas, "Hm..." gadis itu sedikit memiringkan kepalanya, "Hm. Kebetulan ya, Nas..."

"Kebetulan apaan lagi?" Jonas sudah gemas dan hampir saja dia mencubit pipi Kanaya tapi menepis tangannya di udara dan menghela nafas

Kanaya cekikikan, "Kebetulan hari ini gue lagi pengen punya pacar..."

"Hah?"

Gadis itu mengangguk dengan cepat, "Trus kan lo nembak gue, kan? Gue terima aja deh. Pamali katanya menolak pemberian orang, Nas. Apalagi rejeki kan. Kali aja Kanaya yang miskin ini bisa jadi sosialita dipacarin anak tajir kayak lo, Nas!"

Jonas melongo di tempatnya.

Sony dan Shafiya yang mendengarkan juga sama saja melotot menatap saudara mereka. Papa dan Mama? Hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Ih, Nas! Lo kan tajir. Sekali-sekali gue pengen punya cowok tajir..." lalu gadis itu menyerahkan tongkat pelnya kepada Jonas, "Nah, ini lo ngepel dulu, kalo udah kelar ngepel baru resmi kita jadian. Gue mau mandi, dandan trus kita jalan ya. Masa jadian gak jalan? Dah, see you..."

Mama mendekati Sony yang melongo melihat saudara kembarnya sudah berjalan melewati mereka semua menuju kamarnya. "Kan, Son. Dulu kamu tanya kenapa Mama pengen punya anak cewek lagi. Itu tuh barusan alasan kenapa Mama mau punya anak cewek selain Kanaya..."

"Iya, bisa ajaib gitu ya..."

Shafiya mengangguk setuju kepada kakaknya dan menunjuk Jonas yang sudah sibuk mengepel ruang tamu rumahnya, "Itu juga mau-maunya..."

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang