#11 : Return To Ground Zero

5 1 0
                                        

Ķita manusia terlalu bergantung pada kata 'percaya' dan yakin bahwa kebaikan selalu ada dalam sifat percaya.


Sebuah batasan harus dibuat antara diri dengan mereka. Untuk saat ini aku tak butuh interaksi, hanya sedikit aksi tanpa ada friksi berpotensi merepotkan diri nanti..

Kalian bisa menanggapku sesukanya, teman ataukah saingan. Tapi maaf, aku tak bisa balas balik semua itu; dibanding mengurusi itu aku punya hal yang lebih penting dan serius untuk dipikirkan..

Sore di kota Paramakarta seperti seorang wanita yang melepas semua make up yang tebal menutup wajah; cantik dan sederhana.

Setelah menjejali ranselnya dengan bebarang yang dirasa perlu dibawa berpergian sebentar dari dalam loker sekolah, Caraka kemudian
mengayun langkah kearah gerbang belakang sekolah agar tak bertemu 'rekan' eskulnya yang akan ditraktir sang kapten. Dia punya urusan yang lebih penting dibanding mengisi perut dan bicara ngalor-ngidul.

Menunggu bus yang akan membawanya ke pusat kota jadi hal selanjutnya dilakukan Caraka. Jika bus datang sesuai jadwal maka kurang lebih 20 menit lagi ia akan berada di kereta menuju kota tujuan dan tiba petang nanti.

Sebenarnya apa yang kucari dari perjalanan ini? Setelah berjumpa beliau lalu apa? Kau tak boleh lagi merepotkan dua orang itu, Caraka!
Ingat sumpah bersalut tekad yang kau ucapkan sebelum pengasingan?  Ingat kan? Atau kau sudah lupa?!

Desis pintu buka otomatis bus teriring salam 'selamat naik' dari sang pengemudi serta merta memecah gelembung terawang Caraka dan mulai melangkahkan kaki ke pijakan naik bus.

Aku tak mungkin lupa dengan itu sebagaimana aku tak lupa wajah-wajah yang menatap jijk padaku waktu itu..

Tenanglah wahai batinku, aku hanya berkompromi sejenak dengan ini semua. Anggap saja ujian seberapa teguhnya aku memegang sumpah dan tekad yang telah terpatri..

"Maaf, di sebelahmu kosong?" ucap Caraka pada seseorang pria dengan trenchcoat hitam legam yang hanya menjawab dengan anggukan kemudian menyilahkan Caraka untuk duduk di tempat yang ia maksud memakai gerak tangan.

Usai mengucap terima kasih, Caraka langsung menyumpal telinganya dengan lelaguan karena dia tak dalam kondisi baik untuk bisa pilah-saring suara kepala semua orang di bus ini..

~Tsuzuku~

Noise-ance 《Slow Update》Where stories live. Discover now