Enam A

17.2K 1.3K 50
                                    

Haii semoga kalian suka yhaa

Silahkan membaca

Nania sedang makan siang di restoran cottage. Dia memilih makanan khas bali, ayam betutu dan bebek goreng beserta nasi. Ini waktunya liburan. Waktunya untuk makan banyak pikirnya.

"Nania?"

Nania menoleh. "Dimas?"

"Iya, Dimas dari  Telefast. Sendirian aja?"

"Iya, kamu sama siapa?"

"Sendirian juga sih. Boleh gabung gak?"

"Duduk aja." Dimas menyambutnya dengan senyum lalu duduk di kursi depan Nania.

"Eh, kalau diluar kerjaan gini enggak apa kan aku panggil kamu tanpa embel-embel ibu?"

"Yha enggak apa lah."

"Oke. Lagian kita juga seumuran. Kamu anak SMA Global Sukses kan?"

"Loh, kok kamu tau?"

"Iya, aku temennya Jason. Waktu kamu sweet seventeen juga aku dateng. Inget gak? Kamu pasti udah lupa."

"Hah? Temen Jason? Jason itu sahabatku dari jaman SD lho. Jason kok gak pernah cerita yah. Padahal kapan hari dia lagi sering meeting bareng kak Ray di rumah lho."

"Jason lagi banyak kerjaan. Udah lama aku gak ketemu dia."

"Bener juga kamu, Dimas."

"Oh yha pak Rendra kasian banget Na. Istrinya lagi sakit katanya."

Mendengar itu dahi Nania berkerut sesaat. Lalu memilih kembali focus dengan ayam betutunya.

"Ya bukan urusan aku juga sih." Jawabnya santai sambil memotong ayam betutu yang penuh dengan bumbu.

"Hahaha iya ya, kan cuman rekan bisnis."

"Itu tau."

"Abis ini ada rencana mau kemana Na?"

"Gak ada sih, cuman mau ke pantai aja."

"Ikut aku aja yuk, aku ada acara charity di panti asuhan."

"Boleh."

"Tunggu aku pesen makan sekalian yha Na."

Setelah Nania dan Dimas menyelesaikan makannya, mereka menuju panti asuhan tempat charity diadakan. Panti asuhannya masih di daerah Ubud, dekat dengat cottage tempat mereka menginap.

"Panti asuhannya luas banget Dim. Halamannya asri juga."

"Dulu aku tinggal disini Na. Anak panti asuhan."

"Loh, beneran Dim?"

Dimas maisih belum menjawab. Dia berjalan menuju kursi taman yang ada di pinggiran kolam ikan. Namia yang mengerti, langsung mengikuti Dimas.

"Dari bayi aku dibuang mamaku Na. Mama gak bisa nerima keberadaanku. Mama ngelahirin aku waktu dia masih SMA. Papa yang gak tau kalau mama hamil dan melahirkan anaknya juga baru tau keberadaanku waktu aku masuk SMP."

"Dim.." Nania melihat wajah Dimas yang menarap lurus kedepan. Ada kesedihan yang terpancar jelas.

"Aku ngerasa marah sama mama. Kenapa dia buang aku kesini? Sampai papa jemput aku, mama juga masih belum mau ketemu aku. Dia udah punya keluarga baru. Mungkin bagi dia, aku ini aib, jadi harus terus ditutupin."

"Sekarang kamu udah ketemu?"

"Udah Na, akhirnya aku ketemu mama."

"Gimana perasaan kamu?"

Dimas menoleh ke Nania. Tersennyum sebentar lalu menjawabnya dengan wajah masih tersenyum.

"Ternyata dia masih disekitarku Na. Gak jauh dari aku. Pertemuannya sih biasa aja. Aku udah biasa hidup sama papa. Papa juga udah nikah lagi, jadi aku dapet kasih sayang mama dari istri papa. Mama Hany namanya."

"Andai mama aku mau nikah lagi Dim. Aku pasti seneng banget."

"Mama kamu single parent?"

"Iya, papa ninggalin kami. Dia lebih milih perempuan lain. Miris kan?"

"Maaf yha Na."

"Maaf kenapa?"

"Pokoknya aku minta maaf sama kamu."

"Hah? Maksud kamu?"

"Udah ah, itu pentas anak-anak udah mau dimulai."

Dimas dan Nania akhirnya mengikuti acara pentas anak. Cukup banyak yang datang. Antusiasme pengunjung juga bagus, banyak yang menyumbang. Termasuk Nania.

"Kamu bener bakal bangunin mereka kamar baru Na?"

"Iya, mereka butuh support Dim. Siapa tau ada bibit presiden dari panti asuhan ini? Sayang kan kalau gak disupport."

"Nanti aku bantu awasin deh pembangunannya. Sekalian bantu ngisi barang."

"Makasih yha Dim. Aku cuman pikir aja, kalau ruang tidur mereka nyaman, istirahat mereka juga lebih berkualitas."

"Kakak, kakak yang mau buatin kamar baru buat kita yha?" Seorang anak laki-laki berlari ke arah Nania.

"Hai son, gimana kamu seneng?" Dimas beejongkok menyamai tinggi anak berusia tujuh tahun itu.

"Iya, seneng banget. Nama kakak ini siapa kak Dim?"

"Ini kak Nania. Kenalan dulu deh."

Dimas menarik tangan anak itu untuk bersalaman dengan Nania.

"Hai kak, aku Aris. Kakak namanya siapa?"

Nania ikut berjongkok. Menyamakan tingginya dengan  Aris.

"Aku Nania."

"Kak Nania cantik. Pasti pacarnya kak Dimas yha?"

"Ih masih kecil kok ngomong masalah pacar. Gak boleh ah." Tegur Dimas.

Hari sudah malam saat Dimas dan Nania sampai di cottage. Dimas langsung kembali ke kamarnya, Nania juga langsung menuju kamarnya. Nania lupa kalau seharusnya sore ini mama Nania datang. Tapi kenapa mamanya tidak menghubunginya?

"Mama udah dateng?" Saat Nania menyadari mamanya sudah duduk santai di sofa depan TV.

"Udah, untung aja mama kenal sama manajer cottage. Jadi mama dikasih kunci serep. Kamu dari mana sih Na?" Tanya mama santai sambil memegang cemilan jagung kesukaan mama.

"Keluar sama temen mah. Ada pati asuhan yang gelar charity."

"Kamu punya temen orang Bali?"

"Enggak, dia rekan kerja aku. Gak sengaja sama-sama nginep disini."

"Oh. Kalau besok ada acara lagi gak sama temen kamu?"

"Enggak. Mama mau ngajak kemana?"

"Hehehe. Ini nih mama mau ngenalin kamu sama temen mama."

"Temen?" Mama mengangguk.

"Beneran temen?" Pipi mama mulai merona.

"Temem atau calon papa baru buat aku?"

"Hehehe. Kalau kamu setuju sih bisa jadi papa baru."

"Beneran mah? Aku gak sabar nunggu besok mah. Akhirnya mamaku yang cantik ini mau menikah."

Nania berlari untuk memeluk mamanya yang masih duduk di sofa. Akhirnya mama menemukan cintanya setelah sekian lama gagal berpaling dari kisah pilu seorang Rendra.

Thanks udah baca yha
Demoga kalian semua suka

See you soon
dan
BABAY

I'm Fine Without You!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang