[5] Beginning

226 50 37
                                    

-Awal-

HARRY’S POV

“Ini?!” pekikku secara dramatis.

Bagaimana tidak heboh, di hadapanku sekarang aku melihat ipodku tergeletak tak berdaya! Aku yakin itu ipodku karena aku hafal betul dengan bentuknya, walaupun hampir semua bentuk ipod sama. Pemilik ipod dengan ipodnya sendiri pasti memiliki ikatan batin jika di bina dari kecil, bukan? Lihat, contohnya aku dengan ipodku kita sudah bersama selama 5 bulan terakhir ini, dan ini tergolong keren karena baru lima bulan sudah memiliki ikatan batin yang kuat.

Sejurus kemudian, aku mengambil ipodku dengan perlahan. Aku takut dia tergores sedikit pun, walau itu goresan sekecil semut pun aku tidak mau itu terjadi.

“Gemma…,” gumamku, lemas. Aku memang dramatis, ya, mungkin aku cocok di juluki drama king dan mendapat banyak piagam dan penghargaan atas kelebihanku yang satu ini.

Aku meng-unlock ipodku dengan cepat, karena aku sudah biasa. Dan baru saja aku mau mengirim pesan melalui line ke Mom, ipodku sudah tak sadarkan diri. Eh, maksudku sudah mati total! Yah, Ipodku lowbatt!

Rasanya asmaku kambuh. Tapi, bukannya aku tidak punya asma, yah? Dan detik ini au berharap aku mempunyai penyakit itu agar aku lebih terlihat dramatis dari sebelumnya.

Dan, dan—,

omong-omong benda kesayanganku ini kok bisa di sini, ya? Bukannya tadi aku letakkan di atas buffet kamarku? Aneh. Ipod tidak mempunyai dua pasang kaki dan juga mungkin bisa berjalan sendiri ke sini, pasti ada yang membawanya. Bukannya yang tadi di hadapanku Gemma? Ah, ha! Pasti yang ambil ipodku itu Gemma!

Gemma Anne Stylesssss!

Awas saja kau Gemma! Akan ku balas kamu! Kamu sudah membuat aku di hukum, di ceramahin seharian oleh Mom dan sekarang kau juga yang membuat ipod kesayanganku –karena ini ipod satu-satunya yang kumiliki—sekarattt dengan cara tidak terhormat!

Tidak ada angin maupun hujan dan entah setan apa yang sudah merasuki tubuhku ini, ada ‘sesuatu’ hal yang melintas mulus tanpa hambatan di benakku. Entah hasutan siapa, buru-buru melangkahkan kakiku kembali ke kamar dan mengambil persediaan uang yang aku punya. Tidak terlalu banyak sih, tapi cukup untuk ‘petualangan’ ala Harry-ku hari ini.

Aku akan berpetualang mengitari kota London hari ini! Dan pastinya tanpa Mom dan Gemma, alias sendiri.

[]

DYLAN’S POV

“Abraa! Daddy! Jangan cari kunci cadangan! Cepat cari akal lain yang lebih masuk akal!” teriakku. Aku menopang kepalaku yang hampir jatuh dengan tanganku. Beberapa kali aku mengendus dan –hampir—menangis meraung-raung memanggil nanny-ku agar menghukum mereka berdua seberat-beratnya. Jauh lebih parah dari apa yang kualami sekarang.

Aku mendengar derap langkah mendekat ke kamarku. “Maunya gimana? Pintu di dobrak? Huh?” tanya seseorang. Ini suara Dad.

“Ingat tidak kejadian natal beberapa tahun lalu di Ireland. Kamu menangis hebat karena mendengar Grandma mendobrak pintu di gudang belakang. Dan catat, Dad tidak mau menenangkanmu lagi dan membujukmu dengan 2 poster Barbie!” tambah Dad, di susul dengan gelak tawa Abraham yang saking kerasnya menggema sampai ke dalam kamarku.

 Tiba-tiba ada suara yang menyaut, “Ih, Dad, mending di dobrak aja! Biar kapok Dylan!” usul Abraham.

 Mataku membelakak kaget. Aku ingin menjambak rambut cokelat Abraham sekeras-kerasnya saat ini. Jika boleh, aku akan meminta David –anjingku untuk menggigitnya sampai dia terkena rabies. Tenang, David sudah aku kurung dengan aman di garasi belakang rumah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 03, 2014 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Enchanted ⇨ stylesWhere stories live. Discover now