/Cerpen\

91 5 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

"Nada kita adalah sahabat sejati, jadi apapun yang terjadi kita akan tetap bersama iya kan?" ucapku pada sahabatku Nada. Aku dan Nada sudah bersahabat dari awal sekolah dasar hingga sekarang kita sudah bersekolah di sekolah menengah atas. Aku dan Nada sekarang duduk di kelas XI IPA 1, kita ini selain saingan dalam mata pelajaran Matematika, kita juga sering bersaing dalam segala bidang olah raga seperti basket dan badminton. Tapi semua itu justru membuatku dan Nada semakin erat dan enggan terpisahkan.

"Tentu saja Dis, kau dan aku akan selalu bersama-sama" balasnya padaku sambil memberiku sebuah buku diary berwarna merah jambu.

Aku mengambil buku diary itu lalu menyimpannya di dalam tasku. Aku menarik tangan Nada bermaksud mengajaknya ke kantin ia pun menuruti kemauanku. Sesampai di kantin aku dan Nada duduk di meja favorit kita berdua yaitu meja dengan nomor 06, aneh bukan? Entahlah, tapi aku dan Nada benar-benar sangat menyukai nomor 06. Saat sedang asik bercanda dengan Nada, aku tidak sengaja melihat kak Aldi, kak Aldi adalah idola bagi diriku ini. Aku benar-benar sangat menyukai kak Aldi dari awal aku kelas X sampai sekarang ini karena dia merupakan cinta pertamaku.

"Dis, kamu lihat apaan sih?" Tanya Nada yang membangunkan aku dari lamunanku.

"Itu Nad, kak Aldi benar-benar tampan iya" balasku.

"Kau menyukainya? Ah bagaimana ini, padahal aku juga sangat menyukainya" ucap Nada berterus terang.

Jujur saja aku kaget dengan pengakuannya itu, tapi apa boleh buat yang namanya perasaan itu kan timbul dengan sendirinya. Aku dan Nada bersepakat untuk taruhan, siapa yang lebih dulu bisa mendapatkan kak Aldi maka salah satu dari kita harus ada yang menerima dan mengaku kalah.

Seminggu sudah berlalu, taruhan kami pun masih berjalan sampai saat ini, aku terus saja berusaha untuk bisa mendapatkan kak Aldi, begitupula dengan Nada. Ini benar-benar gila bukan? Tapi aku sangat menginginkannya.

"Aku harus bisa mendapatkan kak Aldi" batinku. Aku berjalan di koridor sekolah sambil membaca novel favoritku. Saat sedang asik berjalan dan membaca novelku tiba-tiba Nada menepuk pelan pundakku.

"Dis, semalam aku teleponan loh sama kak Aldi" ucap Nada padaku, aku hanya tersenyum dan memberinya ucapan selamat. Tapi sayang, ucapan selamat itu tidak benar-benar tulus dari lubuk hatiku.

Aku pamit pada Nada untuk mampir sebentar ke perpustakaan. Aku segera pergi ke perpustakaan dan mencari kak Aldi, dan tepat sekali kak Aldi benar-benar ada di perpustakaan. Aku segera menghampirinya dan tersenyum manis padanya.

"Dissa, kenapa kau ada disini" tanyanya padaku. Deg! Jantungku berdebar lebih cepat, aku benar-benar bahagia disapa olehnya.

"Ini kak, aku mau kasih kakak seseuatu" balasku sambil mengeluarkan komik Naruto yang sengaja aku beli kemarin untuk kak Aldi.

Cerpen - Maafkan aku:'(Where stories live. Discover now