Mainan Pesawat Dari Kertas

132 3 1
                                    

Kamar tidurku di lantai atas, aku bisa melihat dari jendela kamarku bahwa ada tetangga baru yang pagi hari hari ini baru pindah ke rumah di samping rumahku. Sepasang pria dan wanita membawa masuk beberapa kerdus ke dalam rumah, mereka pasti suami istri. Lalu mataku tertuju pada kamar tidur lantai atas milik tetangga baruku itu, kamar tidur yang letaknya tepat di seberang kamar tidurku. Pintunya terbuka, dan di dalamnya ada seorang gadis seumuranku. Dia melihatku, dan memberikan isyarat agar aku membuka jendela kamarku, lalu kubuka jendela kamarku. Dia berdiri dekat jendela kamarnya dan berkata, "Senang berkenalan denganmu, Namaku Siti." Aku tertawa, "Senang berkenalan denganmu Siti, Namaku Soni." Dia tersenyum, "Jangan tutup jendelamu." Katanya, lalu pergi menjauh dari jendela kamarnya. Aku bingung, "Kenapa jangan ditutup?" lalu dia kembali dengan memegang sesuatu di tangannya, lalu melemparkan kepadaku, ternyata mainan pesawat dari kertas. Perlahan-lahan pesawat itu memasuki kamarku dan mendarat dengan anggun di lantai kamarku.

Aku menhampiri pesawat mainan itu dan memungutnya. Di atasnya terdapat tulisan, "Buka". Aku membuka lipatannya dan terdapat tulisan di dalamnya,

"Hai Soni, aku akan ke sana malam ini dan memperkenalkan diriku!"

Aku pikir itu sangat aneh, lalu aku menulis di kertas yang sama, "Ke sini malam nanti? Apa maksudmu?" Aku berbalik dan hendak melempar pesawat mainan ke kamarnya, Tapi dia sudah pergi. Jendela kamarnya masih terbuka, jadi aku putuskan untuk tetap melempar pesawt kertasnya, mungkin dia akan membalasnya nanti.

Hari sudah malam, dan tidak ada balasan dari Siti. Ibuku mengundang tetangga baru untuk makan malam bersama, Mungkin ini yang dimaksud Siti dia akan ke sini malam ini. "Soni, sayang. Ayo turun makan malam dan bertemu dengan tetangga baru kita!" Ibuku berteriak. Aku turun dan duduk di meja makan, tapi... Aku tidak melihat Siti, hanya orang tuanya saja. Aku tidak bisa untuk tidak bertanya, "Di mana Siti?" Suami istri tetangga baruku hanya terdiam sambil menatapku tajam seolah-olah aku baru saja mencaci-maki leluhur mereka, "Apa maksudmu?" Tanya si Suami. Aku mengulang pertanyaanku, "Siti, anak gadis kalian, dia tidak ikut?" Si Istri menutup mulutnya, air mata menetes membasahi wajahnya. Si Suami berdiri, "Puteri kami meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan. Aku tidak tahu apa yang kamu inginkan, tapi ini sudah kelewatan." Lalu mereka pergi meninggalkan rumah kami, Ibuku menatapku tajam dan berkata, "Kenapa kamu melakukan itu nak? Naik sana ke kamarmu!"

Gelombang kebingungan melanda pikiranku, Aku tidak bisa berkata apa-apa. Akhirnya aku kembali ke kamarku, menyalakan lampu kamar dan berbaring di kasur. Lalu tiba-tiba sebuah pesawat mainan dari kertas meluncur melewati jendela kamarku dan mendarat mulus di lantai kamarku. Aku bangkit dan memungut pesawat mainan itu, lalu melihat ke arah seberang, Siti sedang berdiri di kegelapan di dalam kamarnya. Jantungku berdegup kencang. Dia begerak mendekati jendela kamarnya, lalu sinar rembulan menyinari wajahnya, matanya terlihat gelap, dan kulitnya pucat. Aku menunduk untuk melihat isi pesan di dalam pesawat mainan, hanya ada dua kata yang tertera di kertas itu .

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SEBUAH CERITA UNTUK MENAKUT-NAKUTI ANAKKUWhere stories live. Discover now