6

1.7K 189 2
                                    

Jajaran pohon pinus berdiri rapat. Suara jangkrik terdengar nyaring tak putus-putus. Semak-semak tumbuh subur di sana-sini, menyembunyikan jalan setapak kecil di tengah hutan.

Sepasang kaki kecil berjalan di atas jalan tersembunyi. Berjalan cukup cepat. Celana di bagian lutut berlumur tanah akibat jatuh beberapa kali. Tas hitam di punggung berkali-kali tersangkut rerantingan.

Pemiliknya bocah subur bernama Jimin.

Pipi bersemu merah. Bulir-bulir keringat mengalir di pelipis. Bibir kerucut menggumamkan gerutuan kadang-kadang.

Rupanya sedang kesal.




Dari pagi memang sudah di buat kesal.




Berangkat sekolah terlambat. Pulang di tinggal sendiri. Mama dan Suga hyung yang biasa menunggu di belakang sekolah tidak ada. Sudah menunggu lama, tapi tak ada yang datang. Terpaksa pulang sendiri.

Meski pernah pulang sendiri, Jimin tidak pernah suka berjalan di hutan sendirian. Selain agak gelap, banyak hewan liar tinggal di dalamnya.

Jimin takut di makan monster penunggu hutan. Sadar diri bahwa ia mangsa empuk yang cukup mengenyangkan.

Sekarang ia sudah berada di seberang bukit. Tinggal menyeberang jalan raya dan menemukan jalan masuk tersembunyi menuju rumahnya di atas bukit.

Sampai di seberang. Sibak semak yang menutupi jalan kecil.


Jimin, hampir terjengkang.



Seseorang tiba-tiba muncul dari balik pohon. Lelaki. Seperti hantu. Baju hitam, topi lebar hitam, kacamata hitam. Semuanya hitam.

Membeku di atas sepatunya, tahan nafas di pangkal tenggorokan, Jimin mencengkeram tali tas begitu erat.

Lelaki hitam maju. Melepas kacamata. Jimin terkejut. Orang itu ternyata masih sangat muda. Wajah tampan. Mengulas senyum ramah. Bersahabat.

Rasa takut menguap. Jimin tatap mata lelaki itu heran. Keluarkan sesuatu dari saku celana hitamnya. Benda bulat warna-warni di sodorkan di bawah hidung Jimin.



"Adek mau permen?"



Terkejut. Jimin tatap lolipop itu penuh ingin.














Ruangan hening hanya di isi deru nafas dari dua orang di rumah itu.

Mama dan Suga sedang mengintip ke luar melalui celah di dinding kayu. Menunggu seseorang datang.

Tak lama, terlihat sosok mungil berjalan di kejauhan, di antara lebatnya pepohonan. Siluetnya di kenal oleh dua orang yang mengintip.

Mama hembuskan nafas lega.



Jiminnya kembali.



Utuh dan hidup.




Mama intip lagi melalui lubang. Memastikan tak ada yang mengikuti Jimin.

Hembus nafas lega kedua kali. Jimin keluar dari pepohonan seorang diri. Memasuki halaman pondok.

Suga sudah berdiri di depan pintu. Membuka kuncinya dan menunggu Jimin datang.

Jimin sampai. Langsung masuk dengan wajah bertekuk.

"Hyung! Kenapa tadi Jimnie di tinggaaalllll?!" masih tersengal akibat perjalanan jauh, Jimin mengamuk kepada Suga.

Suga hanya diam terkena timpuk tas Jimin. Tidak tahu harus menjawab apa. Oh, apa malah tak bisa jawab?

Last BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang