MB&M 01

23 3 0
                                    

Aku sesekali bersenandung mengikuti lagu yang kudengar melalui headset yang menggantung ditelingaku saat perjalanan menuju halte bis setelah urusan kampusku selesai. Lagu yang dinyanyikan oleh band terkenal asal negara ginsaeng tersebut selalu menjadi favoritku. Bukan hanya lagu yang sekarang ini aku dengar, tapi hampir semua lagu yang mereka nyanyikan. Mulai dari album pertama hingga album terakhir sejak tahun 2012 yaitu sejak pertama kali mereka debut.

Dibilang fans fanatik.., Entahlah. Mungkin aku hanya menikmati kefanatikanku sendiri. Aku tak pernah mengumbar-umbarnya kepada banyak orang terkecuali sahabatku yang baru namanya si fans fanatik. Namanya Jennie. Aku bertemu dengannya sejak baru pertama kali masuk kuliah. Pribadinya yang fungirl membuat dia cepat mendapat teman dan akrab dengan orang lain walau hanya sekali cakap. Berbeda dengan aku yang susah akrab dengan orang baru dikenal. Aku tak tau mengapa dia sampai mau berteman denganku yang pendiam dan terkesan cuek ini. Pernah aku tanyakan hal ini, namun ia menjawab karena aku beda dari yang lain. Apanya?? Katanya sih karena aku itu pengertian, pintar jaga rahasia dan bisa terima dia apa adanya apalagi dengan kefanatikannya terhadap EXO disamping orang lain yang selalu mengatainya alai dan terlalu ke-ABG-an dan satu lagi, karena aku juga nge fans sama EXO. Dia juga sejak pertama kali exo debut, udah jadi fans fanatiknya.

Sekitar tiga kali dalam sehari atau lebih Jennie akan bercerita tentang mereka. Bahkan hal-hal yang tidak penting sekalipun. Tak terlewatkan satu berita apapun yang juga membuatku tahu segalanya tentang mereka. Tapi bedanya aku dan temanku adalah dia akan berteriak heboh di kelas bila mendapatkan info baru sedangkan aku hanya diam menghadapi skandal-skandal mereka karena aku tau info itu belum tentu ada benarnya. Tapi pengecualiannya bagi biasku. Entah mengapa aku begitu kecewa, marah apalagi menanggapi kabar yang pernah membawa-bawa namanya tentang dia yang kagum sama salah satu personil Girl Generation atau SNSD. Benar. Aku tak punya alasan yang kuat untuk membencinya. Aku hanya pengagum berat. Aku hanya salah satu dari berjuta-juta fans mereka yang tersebar hampir di seluruh dunia. Apa boleh buat?

***

Aku berhenti di salah satu halte bis yang biasa aku singgahi setelah pulang dari kampus. Menunggu giliran bis yang datang untuk mengantarkanku pulang ke kosan ku. Jangan lupa aku akan berangkat bekerja setelah sampai di kos. Walaupun aku sudah tidak perlu membiayai biaya kampusku, tetapi tetap saja aku harus membiayai hidupku. Mengandalkan kerja paruh waktu di salah satu kafe yang tidak terlalu jauh dari letak kosanku. Hanya sekitar 10 menit berjalan untuk menempuhnya.

Namaku Lalisa Anggraini. Biasa dipanggil Lisa. Aku memiliki rambut panjang yang ikal sedikit pirang tetapi aku lebih memilih untuk mengucirnya walaupun sebelumnya pernah disuruh untuk diurai oleh Jennie. Aku yang selalu suka dengan ke simple an tentu tidak mau melakukan itu. Itu membuatku gerah. Dan tidak lupa juga aku memiliki kantung mata yang mungkin disebabkan karena aku jarang tidur. Aku tinggal sendiri di kota metropolitan ini, Jakarta. Kuliah di kota ini mengandalkan beasiswa yang aku dapatkan di kota tempat tinggalku dulu. Hidup mandiri tak semudah seperti apa yang aku pikirkan dulu.

Sambil menunggu bis datang, aku duduk sambil membuka google mencari info-info baru apa lagi dari para exo. Dan mataku membelalak setelah melihat kabar yang baru muncul sekitar 2 jam yang lalu yang mengatakan exo akan ke Indonesia awal bulan Oktober. Dan ingat. Ini sudah tanggal 29 September. Tour Asia dan negara dengan beribu pulau ini yang menjadi pilihannya. Wow.

"Hah!!! Benarkah?? EXO akan ke Indonesia??" Aku mengatakan itu refleks sambil berteriak mengekspresikan keterkejutanku dan disertai dengan rasa senang walaupun kabar itu beneran atau tidak. Aku buru-buru menutup mulutku takut didengar oleh orang mengira aku gila atau stres. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling mencari kalau ada orang lain disini. Sepi....tapi sepasang mata menatapku dengan tatapan heran. Walaupun memakai memakai masker dan topi, tetap saja aku bisa melihat sorot matanya kearahku dengan tatapan keheranan. Melihat dari postur tubuhnya, dia pria. Aku hanya bisa melemparkan senyum paksaanku kepadanya sebagai permohonan maaf secara tidak langsung karena telah mengganggu ketenangannya. Tunggu. Sejak kapan dia di sini? Aku tak menyadarinya karena terlalu sibuk dengan duniaku sendiri.

My Bias & MEWhere stories live. Discover now