Tujuh

1.2K 129 25
                                    

"Jika tidak ada yg ingin dibicarakan  , aku tinggal eoh  ?"

"Kenapa dengan kalian?? "

Donghae menyerit heran  . Tidak mengerti dengan pertanyaan tiffany  , terlebih fikiran nya sedang bercabang  . Raga nya saja yg sedang menemani tiffany disini,  tetapi jiwa nya tersangkut disuatu tempat.

"Mwo  ?"

Dia hanya merespon seadanya,  sibuk melirik jam dari ponsel yg digengaman nya  . Kalut,  dia terlambat beberapa menit dari janji nya dengan seseorang.

Nona hwang itu mengalihkan wajah nya dari jalanan,  menatap sedih pada wajahnya dibalik meja kaca didepan nya.  Memperlihatkan betapa memperhatinkan dirinya.

"Kalian berdua berubah  , tidak seperti dulu "

Oke.
Sekarang lelaki itu paham,  akan kemana arah pembicaraan tiffany.  Dan sesungguhnya dia muak mendengarkan ini,  selalu membahas choi siwon.  Ayolah,  mereka sudah dewasa sekarang.

"Semua orang pasti berubah tiffany  . Tidak kah kau lelah terus membahas ini  ? Sudah aku katakan dia menyukai wanita lain"

Dia mengusap kasar surai merahnya , membuang muka nya dari meja kaca itu.  Seakan benci dengan diri nya,  dirinya yg terlalu lemah hanya karna cinta.

Dia mencoba untuk menerima  .
Menerima takdir yg terjadi dihidupnya,  terlebih kisah percintaan nya  . Dia merasa sangat sial dalam urusan asmara,  selalu menjadi pihak yg tersakiti.

Ingatan nya kembali kebeberapa tahun yg lalu  , dimana dia belajar untuk mencintai pria lain selain sahabatnya,  choi siwon  .
Dia memang berhasil,  sosok itu telah mengalihkan segalanya.  Sosok itu telah mampu membuatnya melupakan pria choi itu.  Namun nyatanya,  ya tetap saja kesialan menimpanya.  Sosok itu ternyata tak sepenuhnya mencintainya,  disaat mereka memutuskan kejenjang pernikahan,  dia pergi begitu saja.

Tanpa pamit  , meninggalkan bejuta kepedihan dihati tiffany hwang.

"Fany -  yaa  , aku tinggal dulu"

Dia tidak menjawab
Tidak juga melarang

Selepas kepergian donghae,  dia menjatuhkan wajahnya pada meja kaca itu.  Mengahabiskan hari ini dengan berdiam diri,  sembari memikirkan nasib percintaan nya.

*****

"Pasang seatbelt mu nona im  "

"Rumah sakit tidak terlalu jauh dari sini tuan choi"

Choi siwon menggeleng sambil tersenyum  , mendekat pada wanita ini.

"Meski begitu,  keselamatan tetap lah nomor dua"

"Nde   ?? Bukankah nomor satu? "

"Anniya  , bagi ku nomor satunya diri mu nona im"

Yoona tidak memiliki sayap,  namun dia merasa akan terbang mendengar untaian pria ini.  Bukankah itu terlihat gombalan untuk kalangan anak remaja?  Oh entah lah,  yoona tidak sempat memikirkan itu.  Yg terfikir kini,  kenapa jantungnya berpacu amat cepat.  Apa lagi ketika bersentuhan sedekat ini,  saat siwon meraih sebuk pengaman untuk dipasangankan kedirinya.

"Terimakasih "

Meski begitu dia masih memiliki sopan santun untuk berterimakasih pada choi siwon.

"Iya sayang  !!"

Hening

Siwon seakan sadar atas ucapannya,  refleks dia membekap mulutnya sendiri.
Sedang yoona dia langsung mengalihkan perhatian nya pada jendela,  mencoba mencari sesuatu yg menarik untuk menghentikan dentemun dihatinya,  yg sialnya semangkin kencang  .

MineWhere stories live. Discover now