Bertemu Arya

5.8K 392 19
                                    

Note: udah tau kan ya! tulisan miring itu artinya flashback ke kejadian sebelumnya. 🤓
Selamat membaca. Berhubung nulisnya malem aku tuh suka eror nulisnya. Jadi akan ada beberapa typo yang bermunculan.

🍃🍁🍃

Sepasang matanya menatap tajam kerutan-kerutan yang tercipta di kening milik dy. Sepertinya pikirannya yang kalut sampai terbawa ke alam mimpi. Sesekali dari bibirnya dy menggumam tak jelas. Reno mendekati ranjang dimana dy terbaring meringkuk di tengahnya. Ia mengambil posisi space kosong di tepi ranjang. Membungkuk dan sekarang dengan jelas ia sekarang bisa mendengar gumaman nama arya di sebut-sebut. Perasaan tak senang kembali singgah di hatinya. Tak kuasa membendung perasaan tak terkendalinya reno memajukan tubuhnya semakin dekat. Ia membungkam bibir dy, awalnya hanya menempel kemudian dorongan untuk merasakan lebih dari ini membuatnya semakin penasaran. Jantungnya berdebar. Reno tak mau memejamkan matanya, ia lebih memilih membuka matanya lebar-lebar, mengamati ekspresi dy yang meski terpejam dalam tidurnya mulai tenang bahkan sepertinya menikmati ciumannya. Jantungnya semakin berdebar tapi kemudian terpaksa ia hentikan ketika dy melenguh. Ia tak mau dy memergokinya. Jantungnya berdegup semakin kencang ketika ia kira dy terbangun. Namun yang ia dapati dy malah tersenyum tipis dalam tidurnya.

"Eunghhh...kak arya?".

Baru saja perasaannya membumbung tinggi namun terpaksa harus ia hempaskan lagi.

Reno berbalik memunggungi dy. Menghempaskan tubuhnya di sofa merenung dalam waktu yang lama. Sampai paginya ia baru tersadar telah tidur di sofa yang membuat tubuhnya pegal-pegal. Wajah pertamakali yang ia lihat adalah dy. Gadis dengan rambut panjang dengan mata yang kini perlahan menghipnotisnya. Namun perlahan sosok itu berubah menjadi bayangan. Hilang...dan...

Prank...

Reno menyipitkan matanya demi menyempurnakan fokus objek penglihatannya. Menyadari suara berisik yang mengganggu tidurnya. Bukan sosok dy yang ia lihat melainkan raina yang membungkuk membereskan pecahan gelas yang tercecer ke lantai.

Ternyata ia bermimpi masalahnya mimpi itu benar. Memorinya yang menciumnya dy itu adalah kenyataan. Bahkan setelah bangun pun ia merasakan debaran itu. Seolah baru saja ia lakukan padahal kenyataannya sudah tiga hari berlalu.

"Pak. Maaf saya ganggu, tapi ini udah malam loh pak".

"Malam? Jam berapa sekarang?".

"Jam delapan pak".

"Kamu juga belum pulang jam segini? Alasan kamu bukan karena saya yang belum pulang kan? Saya kan udah bilang kalau kerjaan kalian sudah selesai. Kalian bisa pulang. Apa neera juga masih di sini?"

"Udah pulang pak. Neera pulang jam enam tadi. Bapak cerewet juga ya pak. Tapi mungkin saya yang salah. Soalnya saya pernah bilang ke bapak kalau bapak itu punya sifat yang kebalikan dari yang pegawai lain bilang ke saya. Eh ternyata saya yang salah. Saya pernah mikir bapak itu orangnya lalai dari pekerjaan. Padahal bapak itu orangnya pekerja keras sering kerja sampai lembur malahan".

"Raina. Apa kamu selalu ngomong panjang lebar gini?".

"Eh.. maaf pak. Saya jadi ngomentarin bapak."

"Enggak apa-apa raina. Satu lagi yang harus kamu lakuin, ini udah gak jam kerja, panggil nama aja raina".

"Tapi ini masih di kantor pak. Saya juga masih punya kerjaan beresin gelas yang saya pecahin. Ini juga termasuk kerjaan loh pak".

"Saya jadi berasa tua raina".

"Masih muda kok pak". Raina berbicara sambil memungut pecahan kaca di lantai. Reno yang melihatnya menghentikan raina.

Tentang Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang