Part 1 Hey Alan

105 10 0
                                    

Angin bertiup perlahan mengenai kulitku.

Ya, ini suasana pagi hari di Kota Oslo yang berada pas di tengah-tengah negara Norwegia. Udara sangat sejuk, diimbangi dengan kicauan burung yang menambah suasana pagi ini semakin nyaman.

Jam menunjukan pukul 06.00 AM tak salah jika jalanan masih sepi apalagi ini adalah Hari Minggu, dimana hari ini adalah hari libur dan pastinya mereka sedang menyiapkan liburan untuk hari yang singkat ini.

Secangkir kopi temaniku pagi ini. Aku berfikir jika kopi saja kurasa kurang. Lalu aku mengambil beberapa iris kentang goreng yang ku goreng tadi, agak gosong kecoklatan dikarenakan lupa membaliknya saat di panci penggorengan tadi. Bagaimanapun juga makanan buatanku itu enak tidak enak tapi pasti tidak pasti aku anggap enak. Walaupun harus tetap ku makan sendiri.

Dari jauh aku melihat anak tetangga sebelah. Dia suka menggangguku sebenarnya sih baik tapi tetap saja dia jail. Ciri khasnya selalu memakai jaket hitam dan sering menutupi wajahnya dan membuatnya terlihat sangat misterius. Dengan santai aku melanjutkan untuk membaca novel yang berada di pangkuanku ini. Aku terkejut. Sangat jelas aku melihat tangan tiba-tiba mengambil seiris kentang gorengku dan tangan itu muncul dari belakang tubuhku. Dari tangannya sudah terlihat jaket hitamnya tak salah lagi jika itu pasti Alan. Spontan ia menutup mataku dengan kedua tangannya.

"Alan lagi kan? iya kan? Jangan suka bikin aku kaget gini Al,"

Tetap saja dia tak mau melepaskan tangannya dari mataku.

"Alan siapa ya? Aku bukan Alan. Namaku Olav. Aku datang akan menculikmu Iselin hahaha."

Dengan suaranya yang sok banget menyerupai suara-suara di film horor.

"Namamu aja Alan Olav Walker ngapain juga kamu bohong ga ada gunanya Al." Ucapku.

"Dih, gitu aja ngambek." Ucapnya sambil mengambil lagi seiris kentang gorengku.

"Kok agak aneh rasanya nih kentang." Lanjutnya.

"Rasain."

"Kayaknya yang aneh bukan kentangnya tapi yang goreng kentang wkwk." Dia semakin ngeledek.

"Apaan si ga lucu tau." Ucapku.

Dia mengacak-acak rambutku. Aku heran kenapa harus setiap hari ia bikin ulah padaku. Selalu saja ia berkata bahwa rambutnya jauh lebih bagus dari rambutku karena ya katanya juga cowok rambut coklat itu lebih exotic. Lalu apa hubunganya denganku? aku kan cewek dan rambut pirang ciri khas ku. setiap aku bertanya apa maksudnya dia hanya tertawa. Dia sungguh aneh.

"Iselin, ayo kita foto bareng." Ucapnya sambil mengeluarkan ponselnya.

"Oke boleh juga." Aku merapikan rambutku dengan menggunakan kamera ponselnya tak ada timer tiba-tiba cekrikk!.

"Alan.. hapus nggak hapus cepat hapus Al," Ia ternyata mengcandidku dan tak bilang-bilang aku paling jengkel kalau seperti ini.

"Kamu udah cantik Sel, beneran deh aku nggak bohong nih liat. Imut-imut gini" Ucapnya Sambil menujukan fotoku.

"Muka kek rabbit gitu hapus nggak. Pokoknya hapus. Kaka Alan Olav yang ganteng yang manis yang baik. Aku pinjem ponselnya dong." Ucapku dengan muka-muka sok imut.

"Gombal aja terus kalau ada maunya. Em, pokoknya nggak. Nih mau ambil sendiri." Ucapnya lalu ia lari begitu saja. Aku tak mau kalah aku pun berlari mengejarnya. Pokoknya harus dapat jangan sampai lolos lagi. Aku berlari keliling komplek lama-lama lelah juga walaupun hanya mengejar Alan si anak nakal itu.

Sepertinya aku kehilangan jejak ia lari cepat sekali. Komplek perumahan yang luas dan banyak jalan yang mirip membuatku sulit menemukannya. Oke cukup aku tidak mau berlari lagi. Aku sudah lelah. Aku berjalan pelan di antara batu bata yang tersusun di pinggir jalan. Berjalan santai dan menjaga keseimbangan.

You're Not Alone !Where stories live. Discover now